• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Opini

Akademisi Militan, Menguji Konsistensi Kebenaran

Kampus Desa Indonesia by Kampus Desa Indonesia
March 28, 2022
in Opini
191 10
0
Akademisi Militan, Menguji Konsistensi Kebenaran
Share on FacebookShare on Twitter

Akademisi Militan, Menguji Konsistensi Kebenaran
Apakah yang anda ketahui tentang akademisi militan? Apakah ada akademisi yang tak punya militansi. Dan apakah anda bisa membedakan bagaimana akademisi militan dengan akademisi pesanan. Yang pasti akademisi militan itu bukan tentang wajah yang etis, bukan pula wajah yang sopan, apalagi wajah plonga-plongo. Akademisi yang militan itu independen, berintegritas dan etis ketika menganalisa dan mengkritik. Itu artinya, ia dapat dipercaya. Akademisi militan adalah kemampuan berada dalam teruji secara konsisten terhadap kebenaran yang dimiliki.

Misalnya saja, kini Capres dan Cawapres-nya sudah ada. Sebagai akademisi maka ujilah mereka. Bila perlu, kritiklah mereka dengan sepuas-puasnya, kritiklah setajam-tajamnya. Tapi ingat harus dengan argumen bukan karena sentimen. Karena benci itu artinya bukan tidak memahami, tapi tak mau mengerti. Dan ingat, masa depan tidak bisa datang hanya dengan mencari-cari kesalahan orang di masa lalu. Karena ia bisa tiba, apabila sudah ditemukan kemungkinan-kemungkinan jalan yang bisa di buka untuk di tempuh. Begitulah semestinya watak akademisi yang berpihak pada akal sehat. Yakni, jeli melihat argumen yang keliru supaya diganti dengan argumen yang bermutu.

Jadi kritik dia, maki dia, debat isi kepalanya, meski ia dari kalangan santri. Telanjangi argumentnya, nyiyiri terus Caper-nya, (sekali lagi) Caper bukan Capres. Ajuhkan dalil dan prasangka meski dari kalangan anak muda melenial. Karena akademisi yang cuma bisa memuji-muji dan mau menjadi buzzer saja, kalau tidak bisa di sebut; akal sesat karena fanatik, maka bisa juga di sebut penghiyanat akal sehat.

Negeri ini didirikan dengan akal sehat, bukan dengan plonga-plongo. Tapi politik hari ini justru membuat masyarakat menjadi dongok dan lekas marah-marah tanpa arah. IQ nasional jongkok. Dan tambah diperparah dengan Akademisi pesanan dari penguasa. Bisa diskon 50% pula. Seharusnya akademisi tidak begitu. Seharusnya mereka hanya loyal pada kemanusiaan. Karena itu mereka melakukan analisa dan kritik. Dan bukannya malah seperti kakak kandung melindungi adiknya dengan membawa senjata power-point tentang elektabilitas murahan, penjelasannya panjang. Artinya untuk menipu rakyat. Bersorak-sorak “kerja, kerja, kerja” membantu rakyat, Sambil ceramah hoax dan kesalahan-kesalahan masalalu. Itu sama saja seperti memperlihatkan bahwa adik kandung yang sedang dibela itu tidak bisa jawab sendiri, karena akalnya tak ada isi. Pendek kata, Seakan-akan akademisi itu adalah kakak dari pemerintahan yang plonga-plongo, dan tidak punya integritas. Seakan-akan akademisi itu anjing pelacak, pihak oposisi, yang gonggongkan sentiment bukan argument.

Akademisi yang militan, tidak akan lebih memilih minum cemara beracun daripada menjual integritasnya pada kekuasaan. Adalah Socrates, sebagai seorang akademisi, ia dikenal karena pikiran-pikiran cerdas dan kejenakaannya. Sebagian besar yang bisa kita ketahui tentang Socrates berasal dari Dialog karya Plato, muridnya, dimana percakapan di antara guru dan murid ini mengenai subyek Filsafat telah di catat.

Socrates berkeyakinan bahwa manusia itu ada untuk suatu tujuan, dan bahwa benar dan salah itu memainkan peran penting dalam menentukan relasi seseorang dengan lingkungan hidupnya dan dengan orang lain. Bahkan Socrates juga berkeyakinan bahwa kebaikan itu berasal dari pemahaman diri, bahwa orang pada dasarnya jujur, dan bahwa kejahatan adalah usaha yang menyimpang untuk memperkaya kondisi pribadi. Kita berkali-kali dengar Semboyan socrates, “kenalilah dirimu sendiri.”

Socrates berkeyakinan bahwa Pemerintahan Ideal itu melibatkan orang bijaksana (akademisi), disiapakan secara semestinya, dan memimpin demi kebaikan masyarakat.

Socrates berkeyakinan bahwa Pemerintahan Ideal itu melibatkan orang bijaksana (akademisi), disiapakan secara semestinya, dan memimpin demi kebaikan masyarakat. Ia juga percaya pada ide kekuatan tunggal yang terfokus dan kekuatan transenden tersembunyi di balik dunia alam, sebuah pendapat yang bertentangan dengan keyakinan konvensional terhadap dewa-dewa pantheon. Hal itulah akhirnya mengarah pada penahanannya dengan tuduhan merusak kaum muda Athena.

Pengadilan terhadap Socrates dikisahkan oleh Plato dalam karya Apology dan phadeo, yang telah menjelaskan percakapan socrates bersama para siswanya saat ia sedang berada di dalam penjara. Setelah pengakuannya, ia diperbolehkan untuk melakukan bunuh diri dengan meminum hemlock (cemara beracun).

Maka Seharusnya para Akademisi militant itu seperti itu. Meski karya Socrates sebenarnya langka, namun karena militansinya, karyanya dan hidupnya tetap bertahan sepanjang masa tertuang dalam tulisan-tulisan Plato dan Xenophon, kurang-lebih sejak 430-357 SM.

Rifki Rahman Taufik. Pendiri Progresif institut

Tags: akademisikebenaransocrates
Previous Post

Kampoeng Dolanan Ajak Disabilitas Bermain Permainan Tradisional, Salah Satunya Sepak Bola Api

Next Post

Mahasiswa Baru FK Unismuh Bersemangat Pelajari Literasi Digital

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Platform informasi dan literasi seputar dunia ilmu pengetahuan yang dibangun dari kearifan lokal desa. Kami juga mengembangkan pendidikan dan pembelajaran terkait dengan pengembangan sumberdaya manusia untuk mandiri, berkarya, dan berilmu pengetahuan yang berperadaban

RelatedPosts

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan
Opini

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan

by Astatik Bestari
November 24, 2022
0
24

Kampusdesa.or.id -- Pernahkan kita mendengar larangan begini, "jangan sering absen mengajar, nanti diiri guru yang lain!" Larangan ini sering  diperdengarkan...

Read more
Kawula muda  bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti
Opini

Kawula muda bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti

by Maulana Arif Muhibbin
March 30, 2022
0
212

Ini tentang musik, sifatnya yang universal terkadang mereduksi pemikiran rasional. Lantas bagaimana dengan hal yang bersifat emosional? Bisa dibilang musik...

Read more
Apakah Olimpiade Tokyo 2020 Paling Ramah Gender ? Simak Fakta Berikut
Lifestyle

Apakah Olimpiade Tokyo 2020 Paling Ramah Gender ? Simak Fakta Berikut

by Nur Aisyah Maullidah
March 25, 2022
0
204

SOBAT! YUK FLASHBACK SEJENAK KE GELARAN OLIMPIADE OLAHRAGA DUNIA TAHUN 2020. PADA MOMENT ITU TOKYO MENJADI TUAN RUMAH YANG MENYELENGGARAKAN...

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (8) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (10) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (133) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (147) Wacana (1) World (1)

Recent News

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

March 27, 2023
Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

March 8, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In