KampusDesa.or.id-Malang, 18 Agustus 2025. Nuansa kemerdekaan 17 Agustus tahun ini terasa berbeda bagi warga Dusun Sempu, Desa Gadingkulon, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Sebuah sekolah yang lama terbengkalai, SDN 03 Gadingkulon, kembali hidup dengan tawa anak-anak, antusiasme ibu-ibu, dan semangat kolaborasi lintas komunitas melalui acara Semarak Kemerdekaan 2025.
Kegiatan ini digagas oleh Tim Pengabdian Qoryah Toyyibah UIN Malang bersama Kementerian Desa dan Lingkungan Hidup DEMA UIN Malang, dengan dukungan berbagai komunitas sosial. Berlangsung pada 16 Agustus 2025, sehari sebelum upacara kemerdekaan di desa, acara ini menjadi momentum penting untuk menjadikan kembali gedung SDN 03 sebagai pusat kegiatan masyarakat.
Dari Bangunan Sunyi Menjadi Ruang Ekspresi
Sejak resmi ditutup pada 2023 karena kekurangan murid, SDN 03 Gadingkulon lebih sering sunyi dan terbengkalai. Namun, melalui acara Semarak Agustusan, bangunan tua itu mendadak penuh aktivitas. Berbagai stand edukasi dan hiburan digelar, mulai dari ruang cerita, ruang baca, healing art, cek kesehatan gratis, hingga terapi tradisional Bali dan kartu tarot Nusantara.

Anak-anak tampak larut dalam kegiatan menggambar bebas di stand healing art dan membaca buku di ruang baca. “Rasanya senang, seperti sekolah lagi tapi lebih seru,” ungkap salah seorang anak desa dengan wajah ceria.
Sementara itu, stand kesehatan gratis menjadi daya tarik tersendiri bagi para lansia. Panitia bahkan menjemput warga untuk memastikan mereka bisa mendapat layanan pemeriksaan kesehatan.
Baca juga: SDN Terbengkalai Di Tengah Masyarakat Petani Jeruk
Meski sempat terkendala karena bertepatan dengan lomba gerak jalan tingkat kecamatan, acara ini tetap berlangsung meriah. Berawal dari anak-anak yang datang, informasi pun menyebar dari mulut ke mulut, membuat jumlah pengunjung semakin ramai menjelang siang dan sore.
Ibu-ibu desa menjadi peserta paling antusias ketika senam berhadiah digelar. “Alhamdulillah acaranya seru dan ramai. Sekolah ini adalah sekolah masa kecil kami. Kami berharap kegiatan seperti ini bisa sering diadakan, agar sekolah ini kembali hidup walau hanya setiap minggu,” tutur salah satu warga penuh harap.
Simbol Kebangkitan Aset Publik
Bagi Tim Qoryah Toyyibah, Semarak Agustusan tidak sekadar perayaan kemerdekaan, tetapi juga simbol kebangkitan aset publik yang lama terbengkalai. Pak Mahpur, ketua tim penabdian menegaskan bahwa kegiatan ini adalah langkah nyata untuk menghidupkan kembali potensi SDN 03 Gadingkulon.
“Sekolah ini berada di lokasi strategis. Sayang jika hanya dibiarkan kosong. Melalui acara ini, kami ingin menunjukkan bahwa aset lama bisa bernyawa kembali bila diisi dengan kegiatan positif,” ujarnya.

Harapan serupa datang dari pemuda desa. Mereka menilai perayaan tahun ini lebih meriah dibanding sebelumnya karena sekolah menjadi tempat pelaksanaannya. Untuk pertama kalinya, warga Dusun Sempu menggelar upacara bendera 17 Agustus di halaman SDN 03 Gadingkulon, sehingga memperkuat simbol bahwa gedung ini mulai hidup kembali dan digunakan untuk berbagai kegiatan yang bermanfaat.
Baca juga: Hidupkan Aset Komunitas Terbengkalai Melalui Qoryah Toyyibah
“Kami berharap Semarak Agustusan ini menjadi pintu pembuka. Selanjutnya, program-program berbasis pendidikan, literasi, hingga pemberdayaan ekonomi akan terus dilaksanakan di sini,” tutur Alfin Mustikawan.
Dengan semangat kebersamaan, acara Semarak Agustusan 2025 berhasil membuktikan bahwa gedung sekolah yang lama sunyi dapat kembali menjadi pusat kehidupan desa. SDN 03 Gadingkulon kini tidak hanya menyimpan kenangan masa lalu, tetapi juga harapan baru bagi warga Dusun Sempu.