KampusDesa.or.id–Malang, 8 Juli2025. Setelah melaksanakan observasi awal terhadap aset terbengkalai berupa SDN 03 Gadingkulon, tim pengabdian masyarakat Qoryah Toyyibah UIN Malang melanjutkan kegiatan dengan pemetaan potensi desa. Program ini dilaksanakan di Dusun Sempu, Desa Gadingkulon, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, bekerja sama dengan Kementerian Desa dan Lingkungan Hidup DEMA UIN Maliki Malang melalui agenda DEMA Mengabdi.
Kegiatan pemetaan berlangsung selama 8 hari penuh, mulai 30 Juni hingga 7 Juli 2025, dengan melibatkan 10 orang relawan mahasiswa. Seluruh tim menetap langsung di bangunan SDN 03 Gadingkulon, yang kini sudah tidak beroperasi sejak ditutup tahun 2021. Kehadiran mahasiswa selama sepekan lebih ini memungkinkan mereka untuk berinteraksi intensif dengan warga, mengidentifikasi persoalan, sekaligus menggali potensi lokal yang bisa dikembangkan.
Desa Jeruk dengan Dinamika Sosial yang Khas
Hasil pemetaan menunjukkan bahwa mayoritas warga Dusun Sempu adalah petani jeruk. Varietas yang banyak ditanam meliputi jeruk siam, keprok, peras, hingga lemon. Sistem pupuk yang digunakan dominan berbasis kimia dengan tambahan rabuk dari kotoran sapi dan sekam. Namun, dinamika harga jeruk seringkali membuat petani rugi. Saat panen raya dengan permintaan rendah, harga bahkan bisa jatuh hingga Rp2.000/kg, membuat sebagian hasil panen dibiarkan membusuk di pohon.
Baca juga: Hidupkan Aset Komunitas Terbengkalai Melalui Qoryah Toyyibah
Potensi pascapanen sebenarnya sudah beberapa kali disentuh melalui pelatihan olahan jeruk, seperti keripik jeruk. Namun, inovasi itu tidak berlanjut karena dirasa rumit dan kurang diminati. Mayoritas ibu rumah tangga di dusun ini juga terlibat membantu di kebun, sementara anak-anak lebih banyak memilih sekolah swasta, khususnya MI Wahid Hasyim 2. Kondisi ini turut menjadi faktor tutupnya SDN 03 Gadingkulon karena minim murid.

Potret Kehidupan Sosial dan Keagamaan
Dusun Sempu memiliki kehidupan sosial yang harmonis. Tradisi tahlilan keliling setiap malam Jumat masih terjaga, demikian pula tasyakuran tahunan di tiga lokasi punden yang diyakini sebagai sumber air utama warga. Kegiatan masjid juga rutin, seperti pengajian kitab Riyadhus Shalihin dan istighosah setiap Jumat malam.
Keberagaman tetap hadir dengan sebagian kecil pemeluk Kristen dan Buddha. Masyarakat cenderung terbuka terhadap kegiatan pendatang, meski sempat ada trauma akibat kasus terorisme beberapa tahun lalu.
Meski mayoritas Muslim, keberagaman tetap hadir dengan sebagian kecil pemeluk Kristen dan Buddha. Masyarakat cenderung terbuka terhadap kegiatan pendatang, meski sempat ada trauma akibat kasus terorisme beberapa tahun lalu. Kini, kepercayaan mulai pulih dan interaksi lebih cair.
Pemetaan Lapangan: Dari Rembuk Warga hingga Aksi Bersih Sekolah
Selama delapan hari, tim pengabdian tidak hanya melakukan wawancara dan observasi, tetapi juga tinggal bersama warga, rembuk desa, hingga aksi nyata membersihkan sekolah terbengkalai. Diskusi intensif dilakukan dengan tokoh masyarakat, perangkat desa, hingga pengurus RT untuk menggali aspirasi warga terkait pemanfaatan gedung sekolah.
“Kami berusaha menangkap kebutuhan nyata warga. Rata-rata mereka berharap ada program yang tidak hanya seremonial, tapi berkelanjutan dan bisa memberi dampak ekonomi,” ungkap Menyingari Alfianoor Ibrahim, salah satu anggota tim.

Pak RT juga menympaikan bahawa harapannya sekolah tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal. Bukan hanya oleh warga saja, namun apabila ada kegiatan yang mengarah pada Pendidikan, kami sangat terbuka sekali untuk adanya hal tersebut.
Selain itu, keterlibatan mahasiswa DEMA UIN Malang melalui program DEMA Mengabdi memperkuat kolaborasi. Kementerian Desa dan Lingkungan Hidup DEMA turut berperan dalam menyusun agenda bersama, sehingga program tidak berjalan sendiri, melainkan sinergis antara akademisi dan organisasi mahasiswa kampus.
Harapan Baru dari Aset Lama
Bangunan SDN 03 Gadingkulon kini memang sudah tidak berfungsi sebagai sekolah formal. Namun, gedung ini mulai dimanfaatkan untuk kegiatan bimbingan belajar gratis oleh komunitas Pesona anak bangsa yang dinisiasi oleh Ibrahim serta ruang bermain anak-anak. Dengan adanya pemetaan potensi, gedung tersebut berpeluang diperluas fungsinya menjadi pusat kegiatan berbasis pendidikan, pemberdayaan, maupun sosial kemasyarakatan.
“Warga terbuka terhadap gagasan kami. Asal kegiatan berbasis pendidikan dan tidak mengganggu, mereka siap mendukung. Itu yang membuat kami optimis,” jelas Fiqhan koordinator lapangan tim pengabdian.
Menuju Program Berkelanjutan
Pemetaan ini menjadi fondasi untuk tahap lanjutan, yakni merancang program pengabdian yang sesuai kebutuhan. Beberapa potensi yang mulai dirancang antara lain: penguatan literasi anak-anak desa, pelatihan ekonomi kreatif berbasis jeruk, serta revitalisasi fungsi sosial gedung sekolah.
Dusun Sempu bisa menjadi laboratorium sosial tempat mahasiswa belajar sekaligus berkontribusi nyata.
“Harapan kami, Dusun Sempu bisa menjadi laboratorium sosial tempat mahasiswa belajar sekaligus berkontribusi nyata. Tidak berhenti pada observasi, tapi terus berkembang menjadi program yang memberi manfaat jangka panjang,” tutup Alfin Mustikawan.
Dengan selesainya tahapan observasi dan pemetaan, kolaborasi antara Tim Qoryah Toyyibah dan DEMA UIN Malang membuka jalan bagi lahirnya inovasi pengabdian berbasis desa. SDN 03 Gadingkulon yang lama terbengkalai kini diharapkan menjadi pusat kehidupan baru, simbol kebangkitan aset publik, dan ruang kolaborasi antara kampus dengan masyarakat.