Rabu, Oktober 8, 2025
Google search engine
BerandaSDN 3 Gadingkulon Bangkit Lewat Sinergi Deep Learning dan Pemberdayaan Masyarakat Desa

SDN 3 Gadingkulon Bangkit Lewat Sinergi Deep Learning dan Pemberdayaan Masyarakat Desa

Kampusdesa.or.id–Malang, 3 Oktober 2025. Tim Pengabdian Qoryah Thoyyibah bersama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Kawah Chondrodimuko memprakarsai diskusi edukatif bertajuk Deep Learning dalam Kurikulum Merdeka. Kegiatan ini digelar di SDN 3 Gadingkulon, Kabupaten Malang, sebagai bagian dari upaya menghidupkan kembali sekolah dasar yang sempat vakum kegiatan belajar mengajar selama beberapa tahun.

Atta Fauzi Azizi, salah satu narasumber diskusi, membuka sesi dengan pernyataan yang menggugah kesadaran peserta. “Diskusi ini menjadi ajang untuk tidak hanya memahami kebijakan kurikulum, tetapi juga meninjau bagaimana prinsip Deep Learning bisa diterapkan di konteks nyata. SDN 3 Gadingkulon adalah contoh yang tepat untuk menguji relevansi kurikulum baru dalam kondisi lapangan,” tegasnya.

Baca juga: Semarak Kemerdekaan, Tim Qoryah Toyyibah UIN Malang Hidupkan Kembali SDN 03 Gadingkulon

Pernyataan itu disambut antusias oleh para peserta yang terdiri dari mahasiswa, guru, serta perwakilan masyarakat sekitar. Mereka menilai bahwa konsep Deep Learning—pembelajaran mendalam yang menekankan pemahaman, refleksi, dan aplikasi—sangat relevan diterapkan di sekolah desa yang selama ini kurang mendapat perhatian.

Deep Learning sebagai Prinsip Pembaruan Pendidikan di Desa

Diskusi kemudian berkembang menjadi ruang eksplorasi ide tentang bagaimana kurikulum baru dapat diadaptasi dalam konteks pendidikan desa. Peserta berpendapat bahwa Deep Learning bukan hanya metode pembelajaran berbasis teknologi, tetapi juga strategi berpikir yang menuntun siswa untuk memahami makna dari setiap proses belajar.

Tim Qoryah Thoyyibah menegaskan bahwa pendekatan ini sejalan dengan semangat Kurikulum Merdeka yang menempatkan murid sebagai subjek aktif dalam belajar. “Kami ingin menunjukkan bahwa sekolah desa pun bisa menjadi pusat inovasi, asal ada sinergi antara masyarakat, mahasiswa, dan pendidik,” jelas salah satu anggota tim.

Baca juga: SDN Terbengkalai Di Tengah Masyarakat Petani Jeruk

PMII Rayon Kawah Chondrodimuko berperan aktif sebagai penggerak kegiatan. Anggota organisasi ini terlibat langsung dalam merancang materi diskusi, menyiapkan perangkat belajar, dan membangun komunikasi dengan warga. Kolaborasi lintas elemen ini menjadi bukti nyata bahwa pendidikan di desa bisa bangkit jika diiringi semangat gotong royong dan keterlibatan komunitas akademik.

Selain membahas teori, peserta juga meninjau langsung kondisi fisik SDN 3 Gadingkulon. Gedung sekolah yang sebelumnya sepi kini mulai berdenyut kembali. Halaman yang sempat ditumbuhi rumput liar kini dibersihkan dan diatur menjadi area belajar terbuka. “Kami ingin menjadikan sekolah ini sebagai ruang kajian, ruang belajar, sekaligus ruang pemberdayaan masyarakat desa,” kata Atta Fauzi menegaskan arah gerak tim.

Sekolah Desa Sebagai Ruang Pemberdayaan

Kegiatan ini menandai langkah awal dalam menjadikan SDN 3 Gadingkulon sebagai laboratorium sosial pendidikan. Konsep ini tidak hanya menghidupkan kegiatan belajar untuk anak-anak, tetapi juga membuka peluang pemberdayaan bagi masyarakat sekitar.

Warga desa dapat memanfaatkan ruang sekolah sebagai tempat pelatihan keterampilan, literasi digital, hingga forum musyawarah pembangunan. Tim Qoryah Thoyyibah berkomitmen mendampingi proses ini agar sekolah benar-benar menjadi pusat pengembangan potensi desa.

Baca juga: Hidupkan Aset Komunitas Terbengkalai Melalui Qoryah Toyyibah

“Sekolah ini harus menjadi simbol hidupnya kembali semangat belajar dan gotong royong masyarakat. Pendidikan bukan hanya urusan guru dan siswa, tapi juga seluruh warga desa,” ujar salah satu anggota PMII dengan penuh semangat.

Langkah ini diharapkan dapat menjadi model nasional bagi revitalisasi sekolah desa. Dengan dukungan kampus, organisasi mahasiswa, dan masyarakat, SDN 3 Gadingkulon diharapkan tumbuh menjadi ruang inovatif yang memadukan pendidikan, riset, dan pemberdayaan.

Melalui kegiatan ini, Tim Qoryah Thoyyibah menunjukkan bahwa Deep Learning tidak hanya berlaku dalam ruang kelas modern, tetapi juga dapat hidup dalam realitas sosial desa. Proses belajar yang mengakar pada kehidupan masyarakat justru menghadirkan pengalaman mendalam—sebuah bentuk nyata dari education for empowerment.

Dengan semangat kolaboratif dan pendekatan Deep Learning, SDN 3 Gadingkulon kini menapaki babak baru. Sekolah ini tidak lagi sekadar tempat belajar, melainkan simbol kebangkitan pengetahuan di akar rumput yang berdaya, inklusif, dan berkelanjutan.

Penulis: Fiqhan Khoirul Álim
Redaksi
Redaksihttp://kampusdesa.or.id/author/lelang-redaksi
Sejumlah artikel pilihan yang dikirim secara temporer oleh penyumbang tulisan yang berhasil dipilih oleh redaksi. Tulisan ini didedikasikan sebagai bahan terbuka bagi literasi publik pembaca Kampus Desa Indonesia
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments