Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan

Kampusdesa.or.id — Pernahkan kita mendengar larangan begini, “jangan sering absen mengajar, nanti diiri guru yang lain!” Larangan ini sering  diperdengarkan pimpinan atau pengawas dalam rangka menertibkan guru-guru yang kurang baik dalam melaksanakan tugasnya di sekolah. Era berperilaku baik dalam pendidikan menjadi kebutuhan massif dalam meningkatkan mutu merdeka belajar.

Masuk akal, bisa diterima larangan ini. Namun sadarkah kita bahwa himbauan yang menyandarkan perilaku buruk guru, karena ulah guru yang lain, tidak berdampak sama sekali. Guru berperilaku baik atau berperilaku buruk, dampak manfaat dan ruginya, guru tersebut yang merasakan. Tidak ada sangkut pautnya dengan guru yang baik-baik saja kerjanya atau guru yang semrawut kinerjanya. Tidak percaya? Coba tengok di lingkungan sekolah atau madrasah kita masing-masing.

RelatedPosts

BACA JUGA:
Masih Relevankah Mata Pelajaran Sekolah Di Tengah Keajaiban Mbah Google!

Dalam suatu sekolah atau madrasah ada guru yang istiqamah masuk kelas tepat waktu dan meninggalkan kelas tepat waktu tidak terpengaruh oleh kinerja guru yang seenaknya saja dalam menghargai waktu saat  masuk dan keluar kelas dalam tugas mengajarnya. Ini fakta.

Dalam suatu sekolah atau madrasah ada guru yang istiqomah tidak sungkan dan tidak malu datang telat,  tidak terpengaruh oleh kinerja guru yang  konsisten dalam menjaga amanah  mendidik anak bangsa. Ia tidak sadar bahwa dirinya adalah pribadi yang digugu dan ditiru. Ini fakta.

Motivasi guru yang menjaga Istiqomah berkinerja baik sebenarnya bukan karena ingin mendapatkan penghargaan dari sekolah atau madrasah. Mereka istikamah bekerja baik karena bekerja baik adalah kebutuhan mereka. Guru melaksanakan pembelajaran yang baik, peduli dengan siswa-siswanya, menemani mereka saat salat jamaah, mendisplinkan dengan ungkapan dan tindakan yang baik, meskipun tidak mendapatkan penghargaan dari sekolah atau madrasah, karena ia merasa berkinerja baik adalah kebutuhan, maka mereka tetap lakukan.

Untungnya bagi guru yang berkinerja baik keduanya tidak menjadikan sebab dan akibat.

Tidak banyak sekolah atau madrasah yang memberlakukan apresiasi itu lebih penting daripada hukuman. Untungnya bagi guru yang berkinerja baik keduanya tidak menjadikan sebab dan akibat. Diberi apresiasi “Alhamdulillah” , tidak diberi apresiasi “ya sudahlah”, ikhlas melaksanakan tugas “lillahi ta’ala.” Ya memang cukup disayangkan, malah kadang-kadang kinerja buruk lebih disoroti daripada kinerja baik. 

Merdeka Belajar, Guru Berkarya

Di era Kurikulum Merdeka melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM) ini, guru lebih fokus berkarya untuk kepentingan pendidikan bagi siswanya dan siswa serta guru di luar tempat tugasnya. Guru sama sekali tidak peduli apakah teman sesama guru ini lelet dalam bertugas, sembrono dalam menjaga amanah dari masyarakat karena mereka sekolah di tempat tugasnya, sembrono menjaga amanah pemerintah padahal sudah dapat tunjangan profesi.

Guru era Kurikulum Merdeka tidak sempat memikirkan atau menggunjing bahkan iri hati dengan kinerja buruk sejawatnya. Mereka fokus bagaimana bisa survive menjadi guru berkinerja baik melalui karya yang dibuat, guru yang selalu update dalam melaksanakan tugasnya. 

Nah, kini semakin gamblang, bahwa motivasi guru berkinerja baik karena bekerja dengan baik adalah kebutuhan bukan tuntutan. Semoga tidak berlaku bagi guru yang berkinerja buruk, bahwa bekerja dengan kualitas buruk adalah kebutuhan. Kita do’akan mereka segera kembali ke jalan yang  benar. 

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.