Confession dan Apology, Sudahkah Seorang Guru Menguasai Keduanya?

328
SHARES
2.5k
VIEWS

Sebuah nasihat dalam kitab Ihya Ulumuddin menuturkan bahwa hubungan antara Guru dan Siswa ibarat seperti tongkat dan bayangan. Guru sebagai tongkat dan Siswa adalah bayangannya. Jika tongkat itu bengkok, maka bengkok pula bayangan tersebut.

Kampusdesa.or.id-Begitupula dalam aliran Perenialisme Pendidikan, posisi guru ialah sebagai pusat intelektual yang akan selalu digugu dan ditiru. Disinilah letak pengajaran etika moral, guru harus lebih awal menjadi teladan, setidaknya untuk mengucap kata maaf apabila memang melakukan suatu perbuatan yang tidak sesuai norma.

Sikap guru ketika lalai dalam tugas mengayomi siswa jarang menjadi sorotan, padahal guru yang kehilangan kepercayaan dari siswa akan sulit melakukan manajemen kelas. Budaya mengakui kesalahan dan mengucap maaf perlu dibiasakan terhadap seluruh jenjang pendidikan di Indonesia dari sekolah Anak Usia Dini hingga Perguruan Tinggi. Sebab the Power of Apology dapat mempermudah solusi konflik, sementara guru akan mudah memenangkan hati siswa melalui Confession dan Apology.

RelatedPosts

Overgeneralisasi yang ada pada masyarakat, umumnya mengira bahwa orang yang meminta maaf adalah suatu aib dan kelemahan. Sehingga sangat jarang budaya mengakui kesalahan dan meminta maaf terlihat dalam ruang kelas yakni guru terhadap siswa, manajer kepada karyawan atau lingkup yang terdapat derajad struktural individu. Orang yang berada pada jabatan satu tingkat diatas orang lain akan sulit untuk melakukan budaya ini terhadap individu dibawahnya sebab oleh persepsi yang salah terhadap ungkapan kata Maaf.

Bevery Engel seorang Psikoterapis mencatat bahwa individu yang sulit meminta maaf memiliki sifat perfeksionis, selalu ingin benar, sulit ber empati, selalu ingin mengoreksi orang lain dan suka menjadikan orang lain sebagai alasan. Maka mari kita satukan persepsi positif bahwa ungkapan maaf dan mengakui kesalahan adalah tindakan yang Keren dan Bijak!.

Individu yang sulit meminta maaf memiliki sifat perfeksionis, selalu ingin benar, sulit ber empati, selalu ingin mengoreksi orang lain dan suka menjadikan orang lain sebagai alasan.

True Leader admit the mistakes ” Pemimpin sejati adalah ia yang mampu mengakui kesalahannya dan berbenah. Guru adalah pembimbing, pendamping dan fasilitator dalam kelas yang harus memilii skill tersebut. Apology merupakan kemampuan untuk merehabilitasi seseorang, meredam konflik dan mengembalikan keharmonisan dua batin yang sedang tidak berdamai. Tidak hanya itu , Apology memungkinkan untuk mencegah kesalah pahaman dan memutus sekat diantara kolega yang sedang bekerjasama. Puncaknya kualitas hubungan dan kepuasan hubungan antar individu akan dapat terwujud melalui budaya mengakui dan meminta maaf. Maka Student Engagement atau kelekatan siswa dan guru juga bisa dirangkul oleh pengajar melalui budaya mengakui dan meminta maaf.

Apology merupakan kemampuan untuk merehabilitasi seseorang, meredam konflik dan mengembalikan keharmonisan dua batin yang sedang tidak berdamai.

Penelitian dengan Setting sekolah pernah dilakukan oleh McCullogh yang dirilis dalam Journal of Personality and Social Psychology menemukan bahwa permintaan maaf dan pengakuan salah individu akan memicu terbentuknya empati dan empati secara tidak langsung akan meningkatkan kemampuan individu untuk memaafkan. Intinya orang yang mudah minta maaf maka orang itu juga pasti murah hati atau pemaaf. Dari hal tersebut kita bisa memprediksi bahwa sekolah adalah lahan kondusif dalam melatih kepekaan simpati dan empati siswa dimana guru harus terdepan dalam memberi contoh!.

Permintaan maaf dan pengakuan salah individu akan memicu terbentuknya empati dan empati secara tidak langsung akan meningkatkan kemampuan individu untuk memaafkan. Intinya orang yang mudah minta maaf maka orang itu juga pasti murah hati atau pemaaf.

Mengucap kata maaf tentu tidak sembarangan, ada tekniknya sehingga niat untuk menjalin komunikasi yang baik dapat dimediasi oleh cara meminta maaf yang baik. Engel dalam bukunya the Power of Apology menyarankan Teknik 3R untuk menyampaikan permintaan maaf yang efektif, yaitu Regret, Responsibility dan Remedy. Perhatikan contoh kalimat berikut yang mengandung ketiga unsur tersebut:

“ Mohon maaf ya nak, telah membuat kalian lelah menunggu, dalam waktu yang tersisa saya akan tetap menjelaskan materi dengan jelas dan tuntas. Next time saya akan lebih tepat waktu lagi dalam mengajar. ”

Michael Woods penulis buku Healing Words: The Power of Apology in Medicine menambahkan satu tips dalam mengungkapkan ucapan maaf yaitu Recognition, sehingga menjadi 4R, Recognition, Regret, Responsibility dan Remedy. Sebelum kata penyesalan terucap, baiknya diawali dengan Recognition terlebih dahulu yaitu mengenali perasaan lawan bicara kita, apakah ia sedang takut, sedih atau marah atas perilaku yang telah kita buat. Sehingga kita bisa memilih kata kata Regret (penyesalan) yang sesuai dengan kondisi mereka.

Nyamankan posisi duduk, minum air aqua untuk menambah konsentrasi, berikut penjelasan detail tentang komponen mengucap kata maaf yang efektif.

Mengekpresikan Penyesalan Regret diawali dengan pengakuan diri atas kesalahan yang menyebabkan kerugian pada orang lain. Kita memposisikan diri lebih rendah dari korban yang kita rugikan tersebut, disinilah pentingnya membangun empati ketika mengucap kata maaf, sebab tanpa ada jalinan emosional, pernyataan maaf kita akan kosong.

Contoh yang umum dalam  orang Indonesia “ Aduuh Maaf ya, gara gara saya anda terjatuh “.

Meskipun nampak basa basi, namun hal itu cukup membuat lawan bicara meredam emosi terhadap kesalahan kita. Tentu tidak terhenti disitu , masih ada lagi tahap selanjutnya, yaitu Responsibility.

Sesuai etika, orang yang berbuat salah tentu harus bertanggung jawab. Responsibility yang dimaksud disini memang ungkapan kata untuk bersedia bertangung jawab, sehingga tidak ada celah untuk mebuat alasan atau menyalahkan orang lain.

Misalnya “ saya minta maaf pak atas kecerobohan saya, saya tidak punya alasan untuk membela diri dan saya sadar telah melanggar aturan.  Sekiranya ada sanksi, saya siap menerima sesuai kapasitas saya ”.

Dalam artikel The Importance of Saying “ i’m Sorry ” to Students yang ditulis oleh Larry Ferlazzo seorang Praktisi Pendidikan. Menjelaskan bahwa sangat manusiawi jika guru mendapat stressor buruk di kelas, akan tetapi menjaga ledakan amarah dan senantiasa berkata “ Maaf “ merupakan teknik classroom Management yag sangat disarankan. Sebab hal tersebut dapat membuat individu lebih dekat dengan lawan bicaranya. Dalam teknik 3R, Ferlazzo tidak menggunakan statement Responsibility sebagaimana tips milik Engel dalam pengucapan maaf, namun menggantinya dengan Reason. Sehingga Regret, Reason dan Remedy menjadi alternative lain sesuai identifikasi masalah yang sedang dihadapi.

Dengan catatan, penyertaan ungkapan Reason atau alasan bukan untuk menjadikan orang lain sebagai kambing hitam sehingga kita lepas tanggung jawab, namun lebih kepada penjelasan kenapa kita telah melakukan hal yang kurang menyenangkan atau perilaku yang kita perbuat. Contoh penyertaan Reason:

“ Maaf ya nak jika tadi saya terlalu keras dalam mengajar sehingga membuatmu tidak nyaman, sebetulnya saya sedih ketika kamu tidak bisa mengerjakan soal soal seperti tadi, padahal saya yakin kamu adalah anak yang cerdas. Maaf Ya Nak, saya akan berusaha lebih sabar lagi untuk mengajar mu “

Setelah mengungkapkan penyesalan, kesediaan tanggung jawab atau alasan, maka yang terakhir adalah ungkapan Remedy. Yaitu ungkapan yang menggambarkan bahwa kita punya keinginan untuk mengevaluasi dan berubah, berupaya semaksimal mungkin untuk tidak terjatuh dalam kesalahan yang sama. Seyogyanya kita tidak akan pernah bisa merubah satu detik kejadian yang telah lalu, namun kita masih bisa memperbaiki situasi sekarang untuk menghangatkan kembali interaksi yang nyaman akibat perilaku yang telah kita perbuat. Ungkapan Remedy dapat diilustrasikan sebagai berikut:

” Maaf ya, saya tidak tahu kalau kamu akan tersinggung dengan leluconku tadi, next time aku akan memilah humor apa yang sopan untukmu.“

Siswa harus melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana guru bertanggungjawab atas kesalahannya. Pengakuan dan Permintaan maaf guru merupakan pelajaran penting serta akan menjadi model bagi siswa bagaimana cara mengatur diri ketika ia berada pada posisi bersalah. Sekali lagi, dengan mengakui kesalahan dan meminta maaf ketika kita merugikan orang lain merupakan suatu integritas yang akan membentuk pribadi menjadi insan yang lebih baik, karena disitu ada proses evaluasi diri, kemampuan observasi dan ke bagusan attitude. Finally, Let me say attitude is everything!

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.