• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Indonesia Menulis COVID 19

Tumbuh Membaca Bersama Gus Dur

Luthfi Hamdani by Luthfi Hamdani
March 29, 2022
in Indonesia Menulis COVID 19, Kuliah Terbuka, Opini
192 10
0
Tumbuh Membaca Bersama Gus Dur
Share on FacebookShare on Twitter

Bagi seorang yang tumbuh dengan semangat membaca, Gus Dur adalah inspirasi sempurna untuk kalangan terpelajar, lebih-lebih sebagai seorang aktifis. Gus Dur menyadarkan pada seorang Luthfi, yang sekarang telah tumbuh menjadi seorang aktifis cendekiawan. Dia tersadar, perjumpaan literatif saat usia SMP dengan buku Tabayun Gus Dur, memantik kegelisahan masa lalu, seandainya Dia lebih banyak mengonsumsi buku-buku sebagaimana Gus Dur, barangkali Dia akan tercerahkan sejak dini. Bagaimana dengan Anda, sudahkan mengenal buku-buku Gus Dur dan spirit keterbukaan tanpa batas untuk membangun sudut pandang tentang pribadi Anda? (Redaksi).

KampusDesa–Saya lupa pada usia berapa pertama kali bisa membaca. Sejauh saya ingat, pada tahun kedua masa Taman Kanak-Kanak (TK) saya lumayan lancar dalam membaca tulisan latin, juga menulis tentunya. Di sebuah desa bernama Ngadirejo, Trenggalek, karena kakek saya merupakan guru ngaji kampung, maka bahasa arab (Al Qur’an) lebih dulu familiar pada memori balita saya. Sebab mendengar orang-orang ‘ngaji’ di surau juga perkenalan saya dengan huruf-huruf hijaiyah lewat buku bernama IQRA.

Menginjak sekolah dasar, pada awal tahun 2000-an orangtua saya berlangganan majalah Bobo dan majalah Ummi. Dua buku yang membuat saya kenal dan mulai suka membaca komik. Sedikit melangkah dari komik di dua majalah tadi, saya mulai membaca kolom ‘pengetahuan’ terutama tentang akhlak, dunia hewan, sains dan sebagainya, yang tentu dikemas sesuai usia anak-anak.

Kalau ada pepatah ‘Witing tresna jalaran saka kulina’ atau ‘Cinta datang karena terbiasa,’ maka begitu pula dengan kebiasaan membaca. Dua majalah tadi dan beberapa buku ‘ngaji’ mendorong minat saya untuk lebih banyak membaca. Di perpustakaan SD yang tidak sepenuhnya dirawat dan mengatur sirkulasi peminjaman bukunya, dimana lebih tepatnya cuma difungsikan sebagai gudang bersama peralatan olahraga, di sana saya mulai mencari bahan bacaan lain. Terutama tentang ilmu pengetahuan sosial dan pengetahuan alam. Buku-buku sederhana yang menceritakan profil wilayah-wilayah di Indonesia, profil negara-negara, tentang galaksi dan planet-planet atau keunikan flora-fauna.

Seandainya pada usia sekolah dasar saya tahu bahwa semakin banyak dan semakin berat bacaan yang dibaca sejak kecil akan mampu melahirkan tokoh sekelas Gus Dur, tentu saja saya bakal lebih banyak membaca.

Seandainya pada usia sekolah dasar saya tahu bahwa semakin banyak dan semakin berat bacaan yang dibaca sejak kecil akan mampu melahirkan tokoh sekelas Gus Dur, tentu saja saya bakal lebih banyak membaca. Saya lupa nama buku apa saja, tapi dalam buku berjudul ‘Tabayun Gus Dur,’ cucu dari pendiri Nahdlatul Ulama ini sudah membaca buku-buku ‘berat’ karya penulis-penulis Eropa, terutama Uni Soviet, sejak usia sangat muda.

Dua buku Gus Dur yang saya baca pada saat SMP berjudul ‘Kiai Nyentrik Membela Pemerintah’ dan buku bersampul hitam dengan judul ‘Gus Dur Bertutur.’ Masa itu saya tidak kenal betul siapa Gus Dur. Kecuali bahwa beliau putra Kyai besar, sebagaimana umumnya alam pikiran santri di pesantren, orang bergelar Gus selalu punya keunggulan. Suatu yang ‘diwariskan’ secara biologis, religius maupun sosial oleh orangtua dan sesepuhnya.

Di kemudian hari baru saya tahu pemikiran Gus Dur lahir dari intensitasnya membaca yang luar biasa, juga pergulatannya dengan realitas tahun 70-an ketika anak-anak muda NU yang semula hanya mendapatkan pendidikan pesantren mulai masuk ke kampus.

Obrolan tentang ‘Gus’ pada usia saya SMP-SMA dominan tentang cerita keramat (khaariq al ‘adat) terutama tentang Gus Miek. Menulis buku tentu saja perkara mudah, bagi seorang Gus Dur, pikir saya waktu itu, sebagaimana keunggulan yang dimiliki Gus Miek. Di kemudian hari baru saya tahu pemikiran Gus Dur lahir dari intensitasnya membaca yang luar biasa, juga pergulatannya dengan realitas tahun 70-an ketika anak-anak muda NU yang semula hanya mendapatkan pendidikan pesantren mulai masuk ke kampus.

Dalam buku Beyond the Symbols: Jejak Antropologis Pemikiran dan Gerakan Gus Dur, diceritakan bahwa pada usia 10 tahun, Gus Dur sudah membaca novel sastra.

“Jangan terlalu banyak membaca, nanti matamu rusak,” begitu pesan ibunya.

Tahun 70-80 an Gus Dur menjadi salah satu yang terdepan dalam dunia gerakan intelektual dan sosial secara nasional. Tulisan-tulisannya banyak dimuat di media masa. Pandangan-pandangannya yang dikenal moderat dan visioner tentu lahir dari ‘ribuan’ halaman buku yang dibacanya sejak muda. Dalam banyak ulasan, Gus Dur diakui sebagai tokoh yang berperan sangat besar mengantar organisasi Nahdlatul Ulama masuk pada abad duapuluh satu. Dengan orientasi dan gerakan yang lebih modern.

Buku Gus Dur yang berjudul ‘Gus Dur Bertutur’ saya baca dua kali. Selain banyak bagian yang saya lupa tidak lama setelah terbaca, saya juga tertarik dan kagum pada teknik menulis artikel Gus Dur. Gus Dur mengulas berbagai macam isu atau masalah aktual. Dengan penyampaian yang begitu mudah dimengerti dan dipahami. Banyak dalam buku tersebut dengan teknik bercerita.

Gus Dur ini kalau meminjam pujian Ahmad Wahib (2012: 237) kepada Sukarno: ‘….. tidak ada teori-teori atau paham-paham politik yang pelik dan sukar dimengerti bila sudah sampai pada lidah Sukarno,’ demikian juga dengan tulisan, pidato dan guyonan Gus Dur.

Gus Dur (juga Sukarno) adalah inspirasi bagi generasi bangsa kita untuk membudayakan membaca. Dari mereka kita tahu bahwa kemampuan dan kemauan membaca akan mempengaruhi pengetahuan dan ketrampilan (skill) seseorang.

Kebiasaan membaca pada dasarnya diharapkan mengantar masyarakat kita memiliki cara pikir yang benar, punya gagasan strategis dan tidak mudah meributkan (bertengkar pada) hal-hal sepele sebab beda perspektif.

Membaca juga perlu dibiasakan sedini mungkin. Bahkan jika perlu dipaksakan oleh orangtua maupun lingkungan. Fenomena rendahnya minat baca bangsa kita yang sering disampaikan berdasar temuan survey, dibandingkan negara-negara lain tentu memprihatinkan. Kebiasaan membaca pada dasarnya diharapkan mengantar masyarakat kita memiliki cara pikir yang benar, punya gagasan strategis dan tidak mudah meributkan (bertengkar pada) hal-hal sepele sebab beda perspektif.

Kapasitas dan kompetensi Gus Dur tentu bukan sekedar berkat keramat atau khaariq al-adat, tapi juga sebab usaha keras membaca sangat banyak literatur dan bergulat dengan realitas zamannya. Tentu bisa ditiru, dicontoh dan dikuasai oleh generasi mendatang dengan syarat motivasi yang tebal, akses bacaan yang mudah serta murah dan tentunya lingkungan (mulai keluarga sampai masyarakat) yang mendukung.

Tags: adburrahman wahidGus Durliterasi digitalpresiden
Previous Post

Yuk, Menjadi Relawan Camp Literasi Sains 2018

Next Post

Rerimbunan Bambu dalam Pusaran Dialektika Alam

Luthfi Hamdani

Luthfi Hamdani

RelatedPosts

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang
Kearifan Lokal

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

by Mohammad Mahpur
March 8, 2023
0
230

Kampusdesa.or.id--Kebutuhan mengkaji Islam untuk menguatkan pemahaman lintas agama pada studi Islamologi menghubungkan Balewiyata dengan Pesantren Ainul Yakin Unisma Malang. Tak...

Read more
Sumber photo: https://static.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/aparat-polsek-citeureup-mengamankan-bakso-daging-babi-_150201220228-436.jpg
Kuliah Desa

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

by Redaksi
February 15, 2023
0
336

Kampusdesa.or.id--Borax itu adalah garam bleng atau juga cetitet dalam dunia industri. Boraks menjadi bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik...

Read more
Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan
Opini

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan

by Astatik Bestari
November 24, 2022
0
24

Kampusdesa.or.id -- Pernahkan kita mendengar larangan begini, "jangan sering absen mengajar, nanti diiri guru yang lain!" Larangan ini sering  diperdengarkan...

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (8) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (10) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (133) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (147) Wacana (1) World (1)

Recent News

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

March 27, 2023
Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

March 8, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In