• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Opini

Menjadi Pendidik Kekinian di Era Digital

Sigit Priatmoko by Sigit Priatmoko
March 27, 2022
in Opini
189 12
0
Menjadi Pendidik Kekinian di Era Digital
Share on FacebookShare on Twitter

Bergulirnya revolusi industri 4.0 tidak hanya berdampak pada dunia industri dan ekonomi, namun juga pada dunia pendidikan. Output pendidikan mendapatkan tuntutan lebih dari user. Akibatnya, pendidik di era ini dituntut pula untuk menyesuaikan diri dengan digitalisasi yang telah menjadi konteks kehidupan peserta didik. Lalu, bagaimana menjadi pendidik yang kekinian agar tak ketinggalan zaman? 

Sebagai sarana menyemai benih generasi masa depan, pendidikan senantiasa dihadapkan pada tantangan yang selalu berubah sesuai dengan zaman. Karenanya, sistem dan desain pendidikan haruslah lentur, adaptif, dan akomodatif terhadap dinamika perubahan kehidupan.

Di era 4.0 yang serba digital ini, pendidikan dihadapkan dengan tantangan baru yang sama sekali berbeda dengan era sebelumnya. Ciri utama era ini adalah kecepatan dan keterbukaan akses informasi. Peserta didik bisa dengan mudah mengakses informasi apapun di mana pun dan kapan pun. Hal ini menjadi peluang sekaligus tantangan serius bagi para pendidik.

Keterbukaan dan kecepatan akses informasi ibarat pisau. Jika tidak dimanfaatkan dengan bijak justru akan merugikan diri sendiri. Dua hal yang menjadi ciri utama globalisasi ini dengan mudah dapat menjebak peserta didik ke dalam perilaku negatif. Berita hoaxs, pornografi, hate speech, game online, dan sederet efek samping globalisasi lainnya telah mengintai mereka.

Orang kreatif adalah mereka yang mampu mengubah tantangan menjadi peluang.

Meski demikian, tidak lantas pendidik harus bersikap apatis terhadap digitalisasi. Justru, digitalisasi haruslah menjadi peluang untuk memberikan pelayanan pendidikan yang kekinian kepada peserta didik. Sebagaimana ungkapan bijak yang sering kita dengar, orang kreatif adalah mereka yang mampu mengubah tantangan menjadi peluang.

Lantas, bagaimana menjadi pendidik yang kekinian?

Pertama, tentu saja harus bersedia mentransformasi diri. Meminjam istilah Rheinald Kasali, para pendidik harus legowo untuk mendisrupsi diri. Pendidik harus menyesuaikan diri dengan konteks kehidupan peserta didiknya. Contoh sederhana adalah dengan tidak gagap teknologi (gaptek). Bukankah akan lucu jika kita kalah cerdas dengan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi informasi? Lalu kita menyalahkan keadaan atas hal ini.

Di era 4.0, peserta didik dapat dengan mudah mengakses informasi yang jauh lebih lengkap dibandingkan yang dimiliki pendidik. Oleh karena itu, paradigma mendidik yang semula sarat dengan know-what harus digeser menjadi know-how dan know-why.

Kedua, mengubah paradigma dalam mendidik. Pendidik hari ini bukan lagi the only one sumber belajar di kelas. Ia hanya fasilitator dan motivator. Di era 4.0, peserta didik dapat dengan mudah mengakses informasi yang jauh lebih lengkap dibandingkan yang dimiliki pendidik. Oleh karena itu, paradigma mendidik yang semula sarat dengan know-what harus digeser menjadi know-how dan know-why.

Ketiga, menggeser orientasi mendidik. Mindset yang sampai sekrang masih kokoh terbangun di masyarakat adalah bahwa nilai akademik merupakan segalanya dalam pendidikan. Anak disebut pandai dan cerdas bila mendapatkan ranking satu. Sementara anak yang jauh dari ranking satu dianggap “kurang cerdas dan pandai.” Padahal jika mau jujur, capaian akademik tidak menjamin kesuksesan masa depan anak. Stok pengetahuan yang berlimpah akan percuma jika tidak diimbangi dengan hard skills dan soft skills. Oleh karena itu, pendidikan di era 4.0 harus menitikberatkan pada pengasahan skill yang akan menopang karir peserta didik di masa mendatang.

Keempat, profesional dan berintegritas. Dua hal ini menjadi syarat utama jika pendidik ingin sukses menjalankan tugasnya. Perlu diingat bahwa profesi pendidik tidak sama dengan akuntan, arsitek, pedagang, dan yang lain. Profesi ini membutuhkan keteguhan dan ketulusan hati serta panggilan jiwa. Hal ini tak lepas dari tanggungjawab ganda yang diemban pendidik. Ia tidak hanya bertanggungjawab mengantarkan anak didiknya sukses dalam hal akademik dan kehidupan, namun bertanggungjawab pula mengantarkan anak didiknya menjadi hamba Tuhan yang sebenarnya.

Sebagai ujung tombak pendidikan, para pendidik menjadi tumpuan harapan untuk menyongsong generasi emas masa depan. Tuntutan tentu semakin berat diemban. Namun, tentu saja hal ini bukan semata tugas dan tanggungjawab pendidik. Pemerintah dan masyarakat juga merupakan pihak yang berkepentingan di sini. Oleh karena itu, dibutuhkan sinergi kuat antara ketiga komponen ini untuk mewujudkan sistem pendidikan yang kekinian dan ramah masa depan.

Tags: Orientasi Pendidikanpembaruan pendidikanpendidikan guruRevolusi 4.0
Previous Post

Cemorokandang; Geliat Literasi Menuju Desa Belajar untuk Mandiri Wisata

Next Post

Kampoeng Dolanan Ajak Disabilitas Bermain Permainan Tradisional, Salah Satunya Sepak Bola Api

Sigit Priatmoko

Sigit Priatmoko

RelatedPosts

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan
Opini

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan

by Astatik Bestari
November 24, 2022
0
23

Kampusdesa.or.id -- Pernahkan kita mendengar larangan begini, "jangan sering absen mengajar, nanti diiri guru yang lain!" Larangan ini sering  diperdengarkan...

Read more
Kawula muda  bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti
Opini

Kawula muda bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti

by Maulana Arif Muhibbin
March 30, 2022
0
212

Ini tentang musik, sifatnya yang universal terkadang mereduksi pemikiran rasional. Lantas bagaimana dengan hal yang bersifat emosional? Bisa dibilang musik...

Read more
Apakah Olimpiade Tokyo 2020 Paling Ramah Gender ? Simak Fakta Berikut
Lifestyle

Apakah Olimpiade Tokyo 2020 Paling Ramah Gender ? Simak Fakta Berikut

by Nur Aisyah Maullidah
March 25, 2022
0
204

SOBAT! YUK FLASHBACK SEJENAK KE GELARAN OLIMPIADE OLAHRAGA DUNIA TAHUN 2020. PADA MOMENT ITU TOKYO MENJADI TUAN RUMAH YANG MENYELENGGARAKAN...

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan

Sehat dengan Hemat Menggunakan VCO Buatan Sendiri

Bunga Kenanga berpadu VCO Bermanfaat untuk Kecantikan Kulit dan Rambut

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (7) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (9) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (131) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (146) Wacana (1) World (1)

Recent News

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

January 22, 2023
Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

January 9, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In