Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

348
SHARES
2.7k
VIEWS

Kampusdesa.or.id–Borax itu adalah garam bleng atau juga cetitet dalam dunia industri. Boraks menjadi bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoa bukan bahan pangan. Masyarakat sudah harus waspada dan mulai meninggalkan makanan yang memiliki kandungan boraks atau garam kuring.

Boraks banyak digunakan di berbagai industri non pangan, seperti di industri kertas, kayu, plastik, keramik dan gelas. Selain sebagai pengawet anorganik, boraks juga merupakan pembunuh mikroba yang ampuh. Asam borat dengan rumus molekul H3BO3, merupakan senyawa organik lemah yang kerap digunakan sebagai antiseptik, obat kumur, semprot hidung dan salep luka kecil. Namun, masih ada saja sebagian produsen makanan menyalah gunakan boraks agar produk makanannya menjadi lebih kenyal dan awet.

RelatedPosts

Sumber boraks di alam berasal dari tambang garam dan kawah lumpur, misalnya di Bledug Kuwu, Jawa Tengah. Boraks secara lokal dikenal juga sebagai garam bleng jika dalam bentuk kristal padat. Cara pembuatan boraks mirip dengan cara produksi garam tradisional. Yakni air mineral bleng dituangkan dalam bambu, kemudian dikeringkan. Hasilnya adalah padatan garam yang merupakan bentuk tidak murni dari asam borat.

Garam kuning. Garam kuning nama yang familier di masyarakat. Garam ini tidak lain adalah boraks.

Bahan kimia ini juga kerap ditemukan di dalam berbagai produk makanan, antara lain mie, bakso, pangsit, tahu, kerupuk, dan tak jarang pula ditemukan pada jajanan anak sekolah. Hal ini didukung oleh data menurut BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Pada tahun 2011, BPOM melakukan sampling dan pengujian laboratorium terhadap pangan jajanan anak sekolah (PJAS) yang diambil dari 866 sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah yang tersebar di 30 kota di Indonesia. Sampel pangan jajanan yang diambil sebanyak 4.808 sampel, dan 1.705 (35,46%) sampel di antaranya tidak memenuhi persyaratan (TMS) keamanan dan mutu pangan.

Baca juga: Sehat dengan Hemat Menggunakan VCO Buatan Sendiri

Dari hasil pengujian terhadap parameter uji bahan tambahan pangan yang dilarang, yaitu boraks dan formalin yang dilakukan terhadap 3.206 sampel produk PJAS yang terdiri dari mie basah, bakso, kudapan dan makanan ringan, diketahui bahwa 94 (2,93%) sampel mengandung boraks dan 43 (1,34%) sampel mengandung formalin (Paratmanitya & Aprilia, 2016; Hal. 49-55).

Padahal perlu kita ketahui bahwa boraks sendiri sangat berbahaya bagi kesehatan manusia apabila terhirup, terminum, bahkan termakan dan masuk ke dalam tubuh manusia. Makanan yang mengandung boraks bila dikonsumsi sedikit demi sedikit mengakibatkan terjadinya akumulasi bahan kimia boraks yang bersifat karsinogen dalam organ tubuh manusia seperti hati, otak, ginjal dan testis. Apabila boraks dikonsumsi dengan presentase yang cukup tinggi maka dapat menyebabkan gejala pusing, pingsan, mual, muntah, diare, lemas, nyeri perut, kemerahan di kulit kerusakan ginjal, hilang nafsu makan dan lain-lain.

Bahaya karsinogennya terhadap kesehatan manusia, maka pemerintah secara resmi telah melarang penggunaan boraks sebagai bahan tambahan dalam proses produksi makanan

Karena dampak bahaya karsinogennya terhadap kesehatan manusia, maka pemerintah secara resmi telah melarang penggunaan boraks sebagai bahan tambahan dalam proses produksi makanan. Selain itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, juga turun tangan melakukan pengecekan secara berkala sekaligus menarik berbagai produk makanan yang mengandung boraks dan beberapa bahan kimia berbahaya lainnya. Hal ini dikarenakan kesadaran masyarakat terhadap bahaya boraks masih minim. Sebab informasi mengenai bahaya penggunaan boraks pada makanan juga masih terbatas. Padahal, bahan ini telah dijadikan campuran pada makanan sejak lama.

Mengenali Kandungan Boraks

Makanan yang mengandung boraks memang tidak mudah untuk dikenali. Namun, ada beberapa ciri yang dapat dilihat dari makanan yang mengandung boraks. Cara mudah mengenali bahan makanan mengandung boraks dengan memperhatikan tampilan fisiknya, seperti:

  1. Bentuk dan teksturnya sangat kenyal, padat, dan tidak mudah hancur
  2. Warna terlihat lebih putih
  3. Lebih tahan lama atau awet selama beberapa hari

Tahu yang proses produksinya menggunakan boraks rasanya tajam, terasa getir pada lidah. Mie yang menggunakan boraks sebagai pengawet menjadi sangat mengkilat seperti dilumuri minyak, tidak lengket dan tidak mudah putus.

Adapun ciri-ciri dari beberapa makanan yang sering kali mengandung boraks di dalamnya, yakni tahu yang proses produksinya menggunakan boraks rasanya tajam, terasa getir pada lidah. Mie yang menggunakan boraks sebagai pengawet menjadi sangat mengkilat seperti dilumuri minyak, tidak lengket dan tidak mudah putus.

Baca juga: Bunga Kenanga berpadu VCO Bermanfaat untuk Kecantikan Kulit dan Rambut

Bakso, lontong, dan ketupat adalah makanan yang juga acap kali masih menggunakan boraks sebagai pengawet dan pengeras. Bakso yang mengandung boraks cenderung berwarna putih tidak kecoklatan seperti penggunaan daging. Kalau digigit bakso kembali ke tekstur semula, kenyal dan cenderung keras. Demikian juga ketupat dan lontong. Warnanya menjadi putih pucat. Selain itu, boraks juga digunakan sebagai pengawet untuk kecap, teh, cenil, kerupuk dan beragam jenis makanan lain.

Mengenali boraks. Contoh bakso yang mengandung boraks.

Bahan Pengganti Boraks

Adapun bahan pengganti boraks yang aman dipakai dan dapat memberikan efek sama sebagai pengenyal dan pengawet alami adalah air abu yang berasal dari pembakaran tangkai bulir padi (merang) dan daun pisang kering (klaras).

Pengganti alami boraks yang fungsinya sama dapat diganti dengan air abu merang dan klaras (daun pisang kering)

Banyak hal yang dapat dilakukan oleh pedagang makanan jajanan untuk meningkatkan pengetahuan dan mengubah perilaku/kebiasaan para pedagang. Misalnya dengan mengikuti penyuluhan dan kursus tentang makanan sehat. Meningkatnya pengetahuan masyarakat akan mengubah sikap dan perilaku penjual makanan menjadi lebih baik (Riyanto, 2012; hal. 77-82).

Pemerintah juga dapat melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan dengan cara melakukan sosialisasi bahaya BTP (Bahan Tambahan Pangan) sintetis kepada masyarakat dan juga memperketat pengawasan dosis pengawet makanan sintetis yang diizinkan disamping mengawasi penggunaan dari pengawet yang tidak diizinkan seperti boraks.

Redaksi

Redaksi

Sejumlah artikel pilihan yang dikirim secara temporer oleh penyumbang tulisan yang berhasil dipilih oleh redaksi. Tulisan ini didedikasikan sebagai bahan terbuka bagi literasi publik pembaca Kampus Desa Indonesia

Arsip Terpilih

Related Posts

No Content Available

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.