Merebut Ruang Publik untuk Anak

Kampusdesa.or.id–Mengapa tempat cangkrukan di pos lebih banyak didominasi oleh bapak-bapak, atau yang diberi tempat berkumpul ibu-ibu PKK? Sementara anak-anak berkreasi mandiri entah mau bermain di mana, tergantung keberuntungan mereka mendapatkan ruang bermain.  Saat anak merebut ruang publik di gang-gang, mereka dimarahi mengganggu ketenangan. Kehadiran anak-anak dianggap menjadi masalah, sementara mereka ingin ruang bebas bermain dan mendapatkan kegembiraan ala mereka sendiri. Anak tidak lagi diberi hak ruang publik oleh karena mengganggu sementara orang dewasa bebas mendapatkan ruang publik tersebut. Anak tidak dianggap secara ramah ketika hadir di ruang publik kampung.

RT 5 Perum Joyogrand Merjosari Malang andil memulai membiasakan kampung memberi ruang publik bagi anak-anak. Di pagi hari mulai 08:30, Minggu, 09 Oktober 2022, Taman Baca RT 5 dihadiri pegiat literasi dari Gubuk Tulis, Gusdurian Malang, dan Kampus Desa Indonesia, serta mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Malang. Mereka membawa buku anak-anak, peraga menggambar, dan permainan tradisional. Altar baca buku dibeber di depan Taman Baca RT 5. Tebar baca dilakukan sejak pukul 08:00 sampai 10:30 WIB. Kegiatan tersebut memperkuat pengakuan jika Taman Baca adalah ruang publik anak yang perlu dibela.

RelatedPosts

Mengapresiasi Ruang Publik Ramah Anak

Kegiatan tebar baca bertujuan mengenalkan kepada anak-anak, dan warga kampung lebih dekat dengan buku. Bertempat di Taman Baca RT 5, tebar baca memberikan penekanan ke warga jika membaca tidak bisa dipaksakan ke anak-anak, tetapi mereka perlu dipancing melalui tebar baca terbuka sehingga anak-anak mudah mendapat kesempatan menemukan bahan bacaan dengan mudah. Gubuk Tulis dan jaringannya berusaha menjembatani agar anak-anak terlayani secara ramah. Taman Baca seperti RT 5 ini wajib dilestarikan. Gubuk Tulis membantu anak-anak merebut ruang publik anak.

Taman Baca RT 5 Perum Joyogrand, Merjosari, Lowokwaru, Malang. Pemkot Kota Malang perlu membuat aturan pengembang untuk Fasum Anak

Selain itu, tebar baca juga menguatkan beberapa pojok kampung yang sudah memiliki ruang publik terpadu ramah anak. Melalui tebar baca, konsultasi, dan bermain permainan tradisional, cara demikian dapat mendekatkan kegiatan literasi menyenangkan, terbuka, dan inklusif. Di ruang terbuka ramah anak, sebagian anak kecil perlu dikenalkan berbagai rangsangan literasi baik membaca, bermain, bercerita bersama, berkumpul secara mendekat. Beberapa anak menikmatinya. Apresiasi ruang publik terpadu ramah anak membutuhkan dukungan dari orang dewasa secara terus-menerus.

Merebut Kegembiraan Tanpa Batas

Sebagian anggota Gubuk Tulis langsung beraksi. Altar digelar untuk tempat menggambar dan membaca. Sebagian di antara anak-anak lebih suka mewarna. Ada gambar tokoh, pemandangan, dan aneka pilihan sketsa untuk diwarna. Bahkan anak balita pun menikmati menggambar dengan gaya menjungkit. Beberapa ibu mendampingi anak-anak yang sedang mengekspresikan rasa ingin tahu mereka. Rasa ingin tahu yang lucu bagi anak, seperti belajar egrang batok padahal usia nya masih dua tahun. Anak-anak memperoleh kesempatan sehingga terbantu rangsangan pertumbuhan fisik dan ruang sosialisasnya.

Anak-anak memperoleh kesempatan sehingga terbantu rangsangan pertumbuhan fisik dan ruang sosialisasnya.

BACA JUGA
Saatnya Menggeser Teori Parenting Impor dalam Psikologi

Sebagian orang dewasa juga bergabung seolah menunjukkan mereka rindu masa anak-anak. Seorang ibu mencoba egrang besar, meski juga belum bisa. Ada juga sejumlah bapak-bapak menunjukkan ketrampilan bermain egrang seolah menunjukkan masa lalunya adalah seorang anak yang piawai bermain. Perebutan ruang publik untuk anak menunjukkan interaksi terpadu di antara anak-anak dan orang dewasa. Mereka berbagi aktifitas tanpa terbatasi usia. Tebar baca Gubuk Tulis membantu imajinasi masa lalu terhubung dengan masa kini dalam kegembiraan.

Mengadvokasi Ruang Publik Terpadu Ramah Anak

Kami bersyukur Rumah Baca RT 5 menjadi ruang publik terpadu ramah anak. Tempat ini meningkatkan kepedulian terhadap hak-hak anak di ruang publik, meskipun ruang publik ini harus berbagi dengan jalan perumahan dan harus menutup salah satu portal agar jalan pinggir perumahan dapat dimanfaatkan anak lebih aman. Cara ini dapat menjadi bagian dari advokasi rukun tetangga untuk menjamin hak anak terlayani.

Ketersediaan ruang publik terpadu ramah anak membantu variasi gerak anak menjadi sehat mental secara individu dan terampil sosial.

BACA JUGA
Pengasuhan Anak Berbakat, Bisakah Menjanjikan Masa Depan Sesuai Cita-Cita Anak?
Gulat dengan Sang Profesor

Ruang publik terpadu ramah anak perlu ditumbuhkembangkan, utamanya kota Malang, karena belum maksimal. Khususnya di perumahan yang acapkali tidak menjadi prasyarat fasilitas umum. Alih-alih anak-anak sering merebut jalan untuk bermain (Budiyanti, 2018; Herlina & Nadiroh, 2018; Karsten & Van Vliet—, 2006; Puspa et al., 2021; Suryo P & Siswanto, 2018). Tebar Baca dan Taman Baca RT 5 memaksa menjawab kebutuhan anak di tengah belum maksimalnya layanan Kota Ramah Anak Kota Malang. Ketersediaan ruang publik terpadu ramah anak membantu variasi gerak anak menjadi sehat mental secara individu dan terampil sosial. Ia menjadi wadah mengalihkan kegiatan dari gawai monoton ke sosialisasi yang menyehatkan dan membantu kebutuhan gerak tubuh merangsang kecerdasan anak (Ndari et al., 2019).

Ia menjadi wadah mengalihkan kegiatan dari gawai monoton ke sosialisasi yang menyehatkan dan membantu kebutuhan gerak tubuh merangsang kecerdasan anak (Ndari et al., 2019)

Di Amsterdam dan Rotterdarm Belanda, perebutan keluarga dan masyarakat terhadap jalan yang digunakan untuk bermain anak menjadi rekomendasi penting agar pengembang memerhatikan hunian kota layak anak (Karsten & Van Vliet—, 2006). Tebar Baca, atau Rumah Baca yang semestinya hadir pada setiap kampung pada masyarakat urban, tidak mudah terwujud ketika setiap jengkal hunian selalu bernilai ekonomis. Anak tidak lagi sanggup bersuara. Dia berebut dalam ruas-ruas jalan.

Sumber bacaan

  1. Budiyanti, R. B. (2018). Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA): Layakkah sebagai ruang publik ramah anak? Seminar Nasional Pakar Ke 1.
  2. Herlina, N., & Nadiroh, N. (2018). Peran strategis ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) dalam rangka pemenuhan hak anak terhadap lingkungan. JPUD – Jurnal Pendidikan Usia Dini. https://doi.org/10.21009//jpud.121.09
  3. Karsten, L., & Van Vliet—, W. (2006). Children in the City: Reclaiming the Street. Source: Children, Youth and Environments.
  4. Ndari, S. selaras, Chandrawaty, C., Mujtaba, I., & Ananto, M. C. (2019). Children’s Outdoor Activities and Parenting Style in Children’s Social Skill. JPUD – Jurnal Pendidikan Usia Dini. https://doi.org/10.21009/jpud.132.02
  5. Puspa, S. N., Surjono, & Wijaya, I. N. S. (2021). Pemanfaatan dan kualitas ruang bermain anak pada kampung tematik Kota Malang. Planning for Urban Region and Environment Journal, 10(1).
  6. Suryo P, D. T. W., & Siswanto. (2018). Kajian perilaku pengguna ruang publik di Kota Malang. Jurnal Pangripta, 1(2).
Mohammad Mahpur

Mohammad Mahpur

Ilmuan Psikologi Sosial, Peace Activist and Gusdurian Advisor, Writer, Pemberdaya Masyarakat dan Komunitas. Founder Kampus Desa Indonesia. Memberikan beberapa pelatihan gender, moderasi beragama, dan metodologi penelitian kualitatif, khusus pendekatan PAR

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.