Rabu, Oktober 8, 2025
Google search engine
Beranda blog Halaman 3

Mbah Cholil Baureno: Mengungkap Keterlibatan di Balik Peristiwa Penyobekan Bendera di Hotel Yamato 10 November 1945

Dalam sejarah Indonesia, peristiwa penyobekan bendera Belanda di Hotel Yamato, Surabaya pada 10 November 1945, menjadi salah satu momen penting yang menandai semangat perlawanan bangsa terhadap penjajahan. Kisah heroik ini sering kali dikaitkan dengan tokoh-tokoh seperti Hariyono dan Kusno Wibowo, yang menurut catatan sejarah, turut serta dalam aksi tersebut. Namun, dalam sebuah kegiatan bedah buku yang bertajuk “Mbah Cholil Baureno: Kepahlawanan, Khidmah, Keteladanan,” yang diselenggarakan oleh Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kabupaten Malang di Pendopo Kabupaten Malang pada Jumat, 23 Agustus 2024, muncul versi lain dari cerita ini.

Versi Lain dibalik Hotel Yamato

Buku yang dibedah dan ditulis oleh Alfi Saifullah ini mengangkat sosok Mbah Cholil Baureno, seorang ulama kharismatik dari Bojonegoro, Jawa Timur, yang diduga memiliki peran dalam penyobekan bendera tersebut. Menurut Alfi, ada kemungkinan bahwa tokoh yang disebut sebagai Azis dalam peristiwa itu sebenarnya adalah Mbah Cholil Baureno, mengingat kebiasaannya yang sering mengganti-ganti nama. Versi ini menantang narasi resmi yang selama ini mendominasi sejarah, dan menawarkan perspektif baru mengenai siapa sebenarnya yang berperan dalam peristiwa bersejarah itu.

Namun, penting untuk dicatat bahwa dugaan ini tidak didukung oleh bukti fisik yang kuat, melainkan hanya berdasarkan cerita turun-temurun dari keluarga Mbah Cholil. Menurut kesaksian keluarga, Mbah Cholil memiliki karomah, yaitu kemampuan supranatural yang membuatnya dapat melompat tinggi. Kekuatan ini diasumsikan dapat menjelaskan bagaimana seseorang bisa mencapai ketinggian bendera di Hotel Yamato, yang pada saat itu berada di atas gedung.

Baca artikel berikut ini;

 

Dalam bedah buku ini, juga diungkapkan bahwa Mbah Cholil bukan hanya seorang ulama, tetapi juga seorang pejuang yang aktif dalam pergerakan kemerdekaan. Beliau diketahui bergabung dengan gerilyawan di bawah pimpinan Jenderal Soedirman dan juga menjadi anggota Laskar Hizbullah, sebuah laskar yang beranggotakan para santri dan ulama yang turut berjuang melawan penjajah. Peran Mbah Cholil dalam gerilya bersama Jenderal Soedirman menunjukkan komitmennya terhadap perjuangan kemerdekaan, yang dilandasi oleh semangat jihad fi sabilillah, atau berjuang di jalan Allah.

Membaca Versi Lain Pertemupuran 10 Nopember 1945 di Surabaya

Kisah ini semakin menarik ketika salah satu anak Mbah Cholil, Mufidah, yang merupakan anak ke-11 dari beliau dan juga seorang Guru Besar Sosiologi Hukum Islam di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, mengungkapkan bahwa ia sering mendengar cerita heroik seputar tokoh-tokoh seperti KH. Mahrus, KH. Ali, KH. Sahlan, KH. Syukur Bangil, dan KH. Hamid Pasuruan, termasuk cerita mengenai peristiwa penyobekan bendera di Hotel Yamato. Namun, Mufidah juga menyatakan bahwa setiap kali cerita tersebut disampaikan, selalu ada pesan agar cerita tersebut tidak disebarluaskan, seolah-olah ada keinginan untuk menjaga kerahasiaan peran Mbah Cholil dalam peristiwa tersebut.

Mbah Cholil bin Abdullah Umar (lahir 1898 dan wafat 1980), adalah ulama (Kyai) kelahiran Paainan, Kecamatan Baureno, pendiri Pesantren Darul Ulum Al-Cholily (1937), Bojonegoro, Jawa Timur. Beliau pernah menjabat sebagai Asisten Wedana (Camat) Baureno pada 1950. Hari ini pondok pesantren tersebut juga memiliki pendidikan formal yang mempunyai ribuan murid dan santri.

Ulasan dari bedah buku ini menyoroti pentingnya mengkaji ulang dan menelusuri kembali berbagai kisah yang mungkin belum diakui secara luas dalam sejarah resmi Indonesia. Meskipun cerita tentang Mbah Cholil belum sepenuhnya diterima sebagai bagian dari metode penulisan sejarah yang konvensional, namun hal ini mengundang kita untuk mempertimbangkan pendekatan non-mainstream dalam mengungkap sejarah bangsa. Sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Abdurrahman Wahid dan Agus Sunyoto, yang keduanya dikenal sebagai tokoh yang sering mengedepankan pendekatan alternatif dalam menulis sejarah, peran tokoh-tokoh yang tidak tercatat dalam sejarah resmi tetap harus diperhitungkan.

Pendekatan ini memberikan ruang bagi cerita-cerita yang hidup di tengah masyarakat, meskipun tidak didukung oleh bukti tertulis yang konvensional. Dengan demikian, cerita tentang Mbah Cholil dan perannya dalam peristiwa penyobekan bendera di Hotel Yamato bisa menjadi salah satu tambahan yang berharga dalam pemahaman kita tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ini juga menunjukkan bahwa sejarah bukanlah sesuatu yang statis, melainkan dinamis dan terbuka untuk interpretasi baru, seiring dengan munculnya bukti-bukti atau cerita-cerita baru yang mungkin selama ini terpendam.

Di sisi lain, cerita tentang Mbah Cholil juga menggarisbawahi betapa pentingnya peran ulama dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Tidak hanya sebagai pemimpin spiritual, ulama seperti Mbah Cholil juga terlibat langsung dalam medan pertempuran, baik secara fisik maupun spiritual. Hal ini sejalan dengan konsep jihad yang diajarkan dalam Islam, di mana perjuangan untuk kebaikan dan keadilan adalah bagian dari tanggung jawab seorang muslim.

Pada akhirnya, ulasan ini mengajak kita untuk lebih terbuka terhadap berbagai versi sejarah yang mungkin berbeda dari apa yang selama ini kita ketahui. Kisah Mbah Cholil Baureno adalah salah satu contoh bagaimana sejarah lokal dan cerita rakyat dapat memberikan kontribusi penting dalam memperkaya narasi sejarah nasional. Dengan demikian, kita bisa lebih memahami kompleksitas perjuangan kemerdekaan Indonesia dan menghargai berbagai tokoh yang mungkin selama ini terlupakan atau terabaikan dalam catatan sejarah resmi.

Hamid Rusdi: Pahlawan Malang Hidup Kembali di Joyogrand

Malang, 17 Agustus 2024– Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-79 Republik Indonesia, semangat kepahlawanan Hamid Rusdi, pahlawan asli Malang, dihidupkan kembali melalui sebuah fragmen teatrikal yang digelar di lapangan RW 09 Perum Joyogrand, Kelurahan Merjosari, Lowokwaru, Kota Malang. Pertunjukan ini menjadi media edukasi yang menginternalisasi nilai-nilai kemerdekaan di kalangan generasi masa kini yang semakin terpapar oleh popularitas informasi dari internet.

Semangat Edukasi dan Internalisasi Kemerdekaan

Fragmen teatrikal ini melengkapi upacara HUT RI yang biasanya formal dan rutin, dengan menghadirkan nuansa meriah dan penuh makna. Pertunjukan ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga sebagai cara efektif untuk menjembatani masa lalu dengan masa kini, memastikan bahwa nilai-nilai kepahlawanan tetap hidup dan relevan. Dalam fragmen tersebut, diperlihatkan bagaimana tentara pelajar dan pasukan Hizbullah, di mana Hamid Rusdi terlibat, melawan penjajah Belanda dan Jepang. Para perempuan tani juga digambarkan sebagai agen penting yang membantu perjuangan dengan menyusupkan senjata kepada para pejuang.

Baca tulisan terkait:

Melestarikan Nilai-Nilai Kepahlawanan

Pertunjukan ini tidak hanya menjadi bagian dari peringatan hari kemerdekaan, tetapi juga upaya untuk menanamkan semangat juang pada generasi muda. Dalam fragmen ini, terlihat jelas bagaimana Hamid Rusdi, sebagai seorang tokoh penting dari Malang, memimpin berbagai aksi melawan penjajah. Semangatnya yang tak kenal takut, serta kemampuannya dalam menyatukan masyarakat Malang dalam perjuangan, menjadikannya simbol keteguhan dan keberanian yang harus terus dihidupkan.

Bagian dari peran dalam fragmen Berguru pada Pahlawan Pendahulu

Hamid Rusdi, yang lahir pada tahun 1920 dan meninggal pada 29 Desember 1990, dikenal sebagai anggota Hizbullah yang berdedikasi tinggi dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kiprahnya sebagai pemimpin dan pejuang memberikan inspirasi besar bagi masyarakat Malang, hingga akhirnya ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah Indonesia.

Menghidupkan Kembali Spirit Perjuangan

Pertunjukan teatrikal ini mengingatkan kita bahwa perjuangan kemerdekaan bukan hanya sejarah, tetapi juga warisan yang harus terus dijaga. Generasi masa kini diingatkan akan pentingnya semangat persatuan dan keberanian yang ditunjukkan oleh Hamid Rusdi dan para pejuang lainnya. Fragmen ini menjadi bukti bahwa semangat perjuangan tidak akan pernah mati, asalkan kita terus merawatnya dalam berbagai bentuk kegiatan yang menginspirasi.

Barikan Anak Nusantara ke-3: Merajut Persaudaraan Sejati di Malang

Malang, 16 Agustus 2024 – Alun-alun Merdeka Malang menjadi saksi perayaan Barikan Anak Nusantara ke-3, sebuah acara yang diadakan oleh Forum Komunikasi Antarumat Beragama (FKAUB) Malang dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-79 Republik Indonesia. Acara ini bukan hanya sekadar perayaan, melainkan sebuah simbol nyata dari persaudaraan sejati yang merangkul perbedaan agama dan keyakinan.

Acara Barikan yang biasa digelar di kampung-kampung kini diangkat oleh FKAUB Malang ke panggung yang lebih luas, menegaskan bahwa perbedaan agama adalah sebuah keniscayaan yang harus dirayakan oleh semua anak bangsa. Dengan semangat persaudaraan sejati yang menjadi spirit FKAUB Malang, acara ini meneguhkan bahwa kita bisa berdoa bersama dengan bahasa agama yang berbeda, namun tetap bersatu dalam semangat kebangsaan.

Kekuatan Persatuan di Tengah Perbedaan

Para pelajar dengan latar belakang agama yang berbeda-beda turut serta dalam acara ini, menampilkan tarian kreatif yang mencerminkan keberagaman budaya Indonesia. Selain itu, sebuah drama yang mengangkat tema relasi sehat anti-perundungan ditampilkan oleh siswa-siswi sekolah menengah atas, menyoroti pentingnya menghormati perbedaan dan menjunjung tinggi persaudaraan di antara sesama.

Doa bersama dibacakan oleh anak-anak perwakilan agama-agama

Baca juga artikel berikut ini

Barikan Anak Nusantara ke-3 juga menjadi wadah bagi masyarakat Malang untuk mengungkapkan rasa syukur atas kemerdekaan Indonesia. Sebagaimana tradisi Indonesia yang kaya akan budaya syukuran kepada Tuhan Yang Maha Esa, FKAUB Malang bersama masyarakat lintas agama mengadakan syukuran dengan tujuh tumpeng kebangsaan. Tujuh tumpeng ini melambangkan doa syukur dari tujuh agama dan kepercayaan yang berbeda di Indonesia.

Bantengan Malang Kawal Kirab Tumpeng Kebangsaan

Keunikan acara ini semakin terlihat dengan adanya kirab tumpeng kebangsaan yang dikawal oleh performa khas Bantengan Malang. Kirab ini menjadi simbol kuat bahwa budaya lokal dapat menjadi medium ketuhanan yang merangkul semua perbedaan. Setelah kirab, anak-anak dari berbagai agama dan kepercayaan memanjatkan doa secara bergantian, menciptakan momen haru yang menggugah jiwa.

Bantengan Malang kawal kirab tumpeng. Dok. FKAUB

Tidak hanya itu, anak-anak juga diajak untuk saling bertukar kue, sebuah tradisi yang dikenal sebagai tukar brekat/takir. Tradisi ini mengajarkan bahwa perbedaan bukanlah halangan untuk saling memberi dan menerima. Melalui pertukaran sederhana ini, nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia kembali dihidupkan.

Mewujudkan Indonesia yang Bersatu dalam Keberagaman

Barikan Anak Nusantara ke-3 bukan sekadar acara tahunan, tetapi sebuah pengingat bahwa kemerdekaan Indonesia adalah milik seluruh rakyat, bukan milik agama atau golongan tertentu. FKAUB Malang melalui acara ini terus mengingatkan pentingnya merawat keberagaman dan mengajak generasi muda untuk tetap hadir dalam kebersamaan, meski dengan perbedaan yang ada.

Indonesia adalah satu, meski anak-anak bangsa yang hadir di dalamnya berbeda-beda. Perbedaan ini bukanlah ancaman, melainkan kekayaan yang harus dijaga dan dirayakan. Melalui Barikan Anak Nusantara ke-3, anak-anak diajak untuk terampil dalam menyikapi perbedaan, sehingga Indonesia yang bersatu dalam keberagaman dapat terus terwujud.

Konferensi Wilayah XIII Nahdlatul Ulama Jawa Timur Gus Yahya Ajak NU Menerima Tantangan Global

0

Jombang, 2 Agustus 2024 – Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur, menjadi saksi pelaksanaan Konferensi Wilayah XIII Nahdlatul Ulama (NU) pada Jumat dan Sabtu, 2 hingga 3 Agustus 2024. Dengan tema “Merajut Ukhuwah dan Mengukuhkan Jam’iyah dalam Pendampingan Umat,” konferensi ini bertekad untuk memperkuat ikatan antar anggota NU dan meneguhkan peran serta kontribusi organisasi dalam kehidupan umat.

Khutbah Iftitah oleh KH Anwar Manshur, Rois Syuriah PWNU Jawa Timur, membuka acara dengan pesan-pesan yang sangat relevan. KH Anwar menggarisbawahi pentingnya menjaga nilai-nilai lama sekaligus menyambut nilai-nilai baru dengan semangat Aswaja, demi mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Beliau menekankan bahwa dalam rangka kesejahteraan sosial, setiap individu harus berusaha semaksimal mungkin. “Jika tidak bisa berbuat banyak, lakukan sedikit yang bisa dilakukan, karena setiap usaha untuk kebaikan umat adalah langkah berharga,” tegasnya. Menurutnya, sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang memberi manfaat bagi orang lain.

KH Cholil Yahya Tsaquf, Ketua PBNU, kemudian menyampaikan pandangannya yang mendalam tentang tantangan dan masa depan NU. Dalam era perubahan yang cepat, NU harus bertransformasi untuk tetap relevan dan bermanfaat bagi umat. “Dunia terus berubah, dan tantangan-tantangan baru harus kita hadapi dengan strategi yang tepat,” ungkapnya. Beberapa aspek penting yang disoroti oleh KH Cholil meliputi:

  1. Konsolidasi Tata Kelola Organisasi. Digitalisasi organisasi menjadi kunci penting dalam manajemen NU di masa depan. Transformasi digital ini diharapkan dapat memperkuat efisiensi dan efektivitas operasional NU.
  2. Konsolidasi Agenda. Menyusun kebijakan dan strategi eksekusi dengan melibatkan Lakpesdam NU sebagai think tank. Lakpesdam diharapkan dapat berfungsi seperti Bappenas untuk merumuskan kebijakan strategis NU.
  3. Konsolidasi Kader. Mematangkan kader dan mendorong mereka untuk menjadi pemimpin yang visioner di level global.

KH Cholil juga membahas mengenai masalah perizinan tambang yang kini sedang dalam proses penyelesaian, serta tantangan navigasi yang terkait dengan perubahan mindset dan kebiasaan. Ia mengakui bahwa proses transformasi ini tidak selalu mulus dan bisa menimbulkan kontroversi dan konflik.

Lebih lanjut, KH Cholil Yahya menegaskan bahwa NU telah berkembang menjadi sebuah peradaban. “Ketika seseorang telah menjadi bagian dari peradaban NU, mereka tidak bisa keluar darinya. Bahkan ketika bepergian ke seluruh dunia, selalu ada jejak NU yang bisa ditemukan,” jelasnya dengan bangga.

Konferensi ini bukan hanya sekadar ajang berkumpulnya para kader dan pengurus NU, tetapi juga merupakan momentum strategis untuk merumuskan langkah-langkah konkret dalam menjaga relevansi dan peran serta NU dalam konteks sosial dan global. Melalui berbagai diskusi dan sesi, diharapkan NU dapat terus beradaptasi dan berkontribusi lebih besar dalam membangun kesejahteraan umat dan bangsa.

Dengan semangat yang menggelora dan dukungan penuh dari seluruh peserta, Konferensi Wilayah XIII NU diharapkan dapat menjadi langkah awal menuju perbaikan dan kemajuan yang lebih signifikan bagi NU dan umat secara umum.

Menginspirasi Anak-Anak Melalui Permainan dan Pendidikan

0

Kampusdesa.or.id–Pada Minggu, 2 Juni 2024, acara Edufunday Batch 2 berhasil diselenggarakan dengan sukses bersama siswa kelas 6 SDN Merjosari 4 di Pesantren Budaya, Karanggenting, Merjosari, Lowokwaru, Malang. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan interaktif bagi anak-anak melalui berbagai aktivitas yang dipandu oleh para volunteer Edufunday. Dengan antusiasme yang tinggi, anak-anak berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang disiapkan khusus untuk mereka.

Kegiatan Edufunday: Menggabungkan Pembelajaran dan Permainan

Sesi pertama dari acara ini dimulai dengan sharingsession yang membahas persiapan memasuki sekolah menengah. Para volunteer Edufunday memberikan penjelasan yang mendetail tentang apa yang diharapkan dari siswa ketika mereka melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Informasi ini disampaikan dengan cara yang menarik dan mudah dimengerti oleh anak-anak, sehingga mereka merasa termotivasi dan siap menghadapi tantangan baru dalam pendidikan mereka.

Anak-anak mengikuti kegiatan dengan penuh semangat dan antusias.”

Baca juga: Bacarita; Komunitas Baca dan Cerita Hadir di Pesantren Karanggenting

Setelah sharingsession, berbagai games edukatif digelar untuk menghibur sekaligus mengajarkan nilai-nilai penting seperti kerjasama, kejujuran, dan semangat belajar. Beberapa permainan yang dimainkan termasuk Games Mencari Kata, games estafet karet, games estafet kardus, dan games bisik kata. Setiap game dirancang untuk mengasah keterampilan motorik dan kognitif anak-anak, sambil memastikan mereka tetap bersenang-senang.

“Keterlibatan dalam kegiatan seperti ini juga memberikan kesempatan bagi para volunteer untuk mengasah kemampuan kepemimpinan, komunikasi, dan empati mereka.”

Edufunday: Mengembangkan Karakter dan Keterampilan Anak-Anak

Edufunday adalah inisiatif dari sekelompok pemuda relawan yang berkomitmen untuk memberikan edukasi dan pengembangan kepada anak-anak melalui kegiatan yang menarik dan interaktif. Melalui program ini, para volunteer tidak hanya menyampaikan pengetahuan tetapi juga berperan sebagai contoh teladan bagi anak-anak dalam hal sikap, kerjasama, dan semangat belajar.

“Edufunday hadir untuk memberikan edukasi dan permainan yang inovatif, kreatif, dan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak.”

Tujuan utama dari Edufunday adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anak-anak, membangun karakter positif, serta mendukung keterampilan motorik dan fisik mereka. Program ini juga bertujuan untuk mendukung keterampilan bermain dan bersosialisasi, yang sangat penting dalam perkembangan anak. Selain itu, kegiatan ini memberikan kesempatan bagi para volunteer untuk belajar mengenali kebutuhan dan minat anak-anak, sehingga aktivitas yang diselenggarakan dapat disesuaikan dengan lebih baik.

Baca juga: Roasting Kopi Dan Secangkir Kopi Bagi Petani Kopi
Para peserta berpose bersama jelang kegiatan bubar

Kolaborasi antara volunteer Edufunday dan anak-anak SD merupakan langkah yang sangat positif dalam memperkuat pendidikan informal di masyarakat. Ini adalah contoh nyata bagaimana melalui kepedulian dan kerjasama, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, menyenangkan, dan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat.

“Secara keseluruhan, kolaborasi antara volunteer Edufunday dan anak-anak SD merupakan langkah yang sangat positif dalam memperkuat pendidikan informal di masyarakat.”

Acara ini juga tidak lepas dari dukungan Pesantren Budaya Lesbumi Karanggenting, Merjosari, Lowokwaru, Kota Malang, yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk kelancaran kegiatan. Sinergi antara Edufunday dan Pesantren Budaya ini menunjukkan betapa pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak dalam mendukung pendidikan dan perkembangan anak-anak.

Dengan adanya acara seperti Edufunday Batch 2, diharapkan semakin banyak inisiatif serupa yang bisa digelar di masa mendatang, sehingga lebih banyak anak-anak yang dapat merasakan manfaat dari kegiatan pendidikan yang interaktif dan menyenangkan [Anggita, dkk].

Bacarita, Komunitas Baca dan Cerita Hadir di Pesantren Karanggenting

1

Kampusdesa.or.id–Sabtu pagi (01/06/2024), Pesantren Budaya Karanggenting, Merjosari, Lowokwaru, Malang, ramai anak-anak yang bergiat membaca dan bercerita. Anak-anak diajak menggali imajinasi mereka untuk mendengarkan berbagai kisah-kisah yang didendangkan oleh para mahasiswa mata kuliah Psikologi Sosial Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Pesantren Budaya terbuka untuk berkolaborasi dengan komunitas lain dan bersama membuat kegiatan yang bermanfaat untuk para warga sekitar, termasuk anak-anak. Melalui membaca dan bercerita, anak-anak dibantu membangkitkan perkembangan kognitif, utamanya keluasan imajininasi tanpa batas. Kegiatan ini didasari pertimbangan bahwa perkembangan imajinasi seringkali terpinggirkan oleh karena anak-anak lebih banyak otaknya diporsir penalaran akademik di sekolah.

Manfaat Bercerita

Bacarita hadir sebagai kegiatan positif menyeimbangkan perkembangan anak melalui membaca dan bercerita secara mengasyikkan. Dalam pendekatan psikologi sosial, membaca dan bercerita memantik hidupnya relasi positif bagi anak dalam menyerap nilai-nilai yang disajikan secara imajiner. Nilai-nilai dihadirkan dengan tutur verbal, dan juga dikombinasi dengan aktifitas tulis. Kombinasi stimulasi perkembangan yang positif bagi anak-anak tetap butuh diciptakan oleh orang dewasa.

Baca juga: Sholawat Sekarbanjar dan Festival Maulid Nabi 

Selain itu, Bacarita mengajak pada orang tua untuk melatih pentingnya bercerita pada anak. Bercerita mampu menjadi medium kelekatan positif anak orang tua. Bahkan, dalam penelitian, cerita dapat menjadi medium menanamkan nilai tanpa paksaan. Bahkan cerita menjadi cara dialogis yang menciptakan relasi orang tua anak lebih sehat. Suasana demokratis mampu terjaga dalam sebuah nasihat yang mengalir dan dapat menghindari nasihat imstruktif, searah, dan menggurui. Kesempatan ini menjadi penting untuk membantu anak dan orang tua berkembang dalam situasi pengasuhan yang ramah.

Komunitas Bacarita berpose dengan anak-anak di Pesantren Budaya Karanggenting

Komunitas Bacarita

Salsa, sebagai Direktur Komunitas Bacarita menyampaikan, “Bacarita adalah tempat yang kami sediakan untuk masyarakat agar menyukai membaca buku tetapi diisi dengan situasi menyenangkan, ada bermain, dan menggambar. Kami juga mencoba memfasilitasi keluarga untuk lebih akrab dengan anak-anak. Mereka dapat melengkapi ketrampilan pengasuhan lebih bervariasi, saling mendukung, dan bahagia bersama.”

Baca juga: Menanam Bibit Kopi, Menanam Pengharapan Hidup

“Rangkaian acara Grand Opening hari Sabtu tersebut “diramaikan dengan kegiatan mendongeng, kemudian para pengunjung stand buku dan mewarnai yang disediakan oleh tempat Bacarita diberi kesempatan untuk memilih gambar-gambar yang ingin diwarnai dan buku-buku yang ingin dibaca,” jelas Ika Shinta, salah satu penggerak Bacarita.

Ika menambahkan, “selain memberi kesempatan para pengunjung untuk membaca buku, pada hari ini pengunjung diajak untuk berdiskusi terkait buku yang sedang atau sudah dibaca sebelumnya.”

Mari bergabung dengan komunitas Bacarita, sebuah geliat dari ide kelas psikologi sosial yang dmentori oleh ahli Psikologi Sosial, Mohammad Mahpur, kolaborasi Pesantren Budaya Karanggenting, Lesbumi, dan Kampus Desa Imdonesia

Herbal Oil untuk Kecantikan

1

Kampusdesa.or.id–Herbal adalah tanaman atau bagian tanaman yang memiliki khasiat sebagai obat dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit. Indonesia dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, banyak memiliki tanaman herbal yang masyarakat memanfaatkannya untuk menjaga kesehatan dan mengobati penyakit. Herbal biasanya dijual dalam berbagai bentuk seperti segar, kering, powder, tablet, kapsul, teh, dan ekstrak,

Apabila selama ini banyak pemanfaatan herbal tersebut untuk dikonsumsi secara oral, kita bisa memanfaatkan herbal untuk kecantikan kulit. Herbal memiliki popularitas yang baik sebagai suplemen makanan tetapi kurang populer pemanfaatannya di bidang kosmetik.

Beberapa herbal seperti kunyit, jahe, daun kelor dan lain-lian, memiliki kandungan senyawa flavonoid, vitamin, dan senyawa senyawa metabolit sekunder lainnya yang memiliki fungsi sebagai antioksidan, antiinflamasi dan antibakteri.

Aktivitas antioksidan pada herbal dapat digunakan secara topikal untuk melindungi kulit dari radikal bebas yang merusak atau sebagai anti penuaan pada kulit dan mencegah alergi kulit.

Herbal oil atau herbal yang diinfus dengan minyak adalah cara yang bagus untuk memanfaatkan senyawa aktif dari tanaman dan minyak itu sendiri. Kita dapat menggunakan berbagai minyak nabati yang berbeda sebagai dasar untuk infus contohnya minyak zaitun, minyak kelapa, minyak jojoba, yang semuanya merupakan bahan dasar kosmetik yang bagus untuk krim dan salep.

Minyak nabati seperti minyak zaitun mengandung banyak senyawa aktif seperti fenol, tokoferol, sterol, squalene dan vitamin E yang merupakan antioksidan alami yang mampu menangkal radikal bebas pada tubuh yang merupakan penyebab kerusakan sel, sehingga kandungan ini efektif untuk mencegah penuaan dini, mengurangi bekas kemerahan pada kulit dan dapat melindungi kulit dari iritasi.

Kandungan vitamin E pada minyak zaitun yang dioleskan ke kulit akan meningkatkan hidrasi stratum korneum dan meningkatkan kapasitas pengikatan airnya sehingga melembabkan kulit. Beberapa peneliti telah menemukan bahwa beberapa minyak nabati mengandung tabir surya alami yakni dapat menangkal sinar UV.

Metode infus atau ekstraksi yang mudah untuk dilakukan adalah dengan metode maserasi dan hot meserasi yaitu perendaman serbuk kelor dalam minyak nabati sebagai pelarut dalam suhu ruang dan hangat. 

Metode infus atau ekstraksi yang mudah untuk dilakukan adalah dengan metode maserasi dan hot meserasi yaitu perendaman serbuk kelor dalam minyak nabati sebagai pelarut dalam suhu ruang dan hangat. Kelebihan metode tersebut adalah hanya membutuhkan peralatan yang sederhana, biaya murah, dan mudah untuk dilakukan dalam skala rumah tangga.

Karena kandungan senyawa yang ada pada herbal dan minyak nabati memiliki manfaat yang baik untuk kulit maka kita bisa mengambil manfaat dua bahan tersebut dalam bentuk herbal oil.  Penggunaan herbal dalam bentuk herbal oil juga akan memudahkan dan praktis untuk diaplikasikan ke kulit.

Tips Membuat Herbal Oil

Cara membuat herbal oil/Infus herbal dalam minyak nabati dapat mengikuti langkah berikut ini:

  1. Dapat menggunakan bahan herbal dalam bentuk kering atau segar. (Penggunaan dalam bentuk kering lebih dianjurkan karena herbal oil yang dihasilkan nantinya akan lebih awet dan tahan lama)
  2. Pastikan Anda memilih herbal yang bersih atau mencuci untuk menghilangkan kotoran seperti tanah yang menempel dalam herbal.
  3. Tumbuk herbal hingga halus. Penting untuk menumbuk terlebih dahulu karena memaparkan lebih banyak senyawa aktif herbal ke minyak, membuat hasil infus yang lebih baik.
  4. Siapkan wadah/botol kaca kering yang disterilkan dengan cara dipanaskan dengan air mendidih lalu dikeringkan. Masukkan tumbukan herbal ke dalam wadah, bisa dengan perbandingan berat herbal 20% dari jumlah minyak
  5. Isi wadah botol sampai hampir penuh dengan minyak nabati karena celah udara akan menyebabkan oksidasi dan pembusukan.
  6. Aduk isinya dengan pengaduk stainless steel/kaca yang sudah disterilkan sampai semua gelembung udara hilang, lalu tutup. Jangan lupa untuk memberi label stoples Anda
  7. Biarkan meresap dengan ditaruh di ambang jendela yang cerah atau dalam cahaya tidak langsung sampai 2-4 bulan atau panaskan dengan suhu rendah 50-60 oC dengan double boiler selama 4 jam.
  8. Saring dengan kain tipis atau cheesecloth yang sudah disterilkan
  9. Fitratnya atau ekstrak herbal dalam minyak nabati (herbal oil) ini bisa disimpan dalam botol steril dan tutup rapat. Residunya bisa dimanfaatkan untuk masker dan sebagai bahan pembuatan sabun herbal.

Penggunaan herbal oil untuk kulit bisa dilakukan dengan cara pengaplikasikan beberapa tetes herbal oil ke dalam kedua telapak tangan yang bersih, gosok kedua tangan sampai hangat lalu tepuk tepuk berlahan ke kulit wajah dan tubuh yang lembab atau setengah basah. Penggunaanya bisa di pakai sebelum tidur setelah cuci muka atau setelah mandi dalam kondisi tubuh lembab atau setengah basah. Herbal oil seperti daun kelor ekstrak/infus minyak zaitun juga aman digunakan dan meringankan kondisi kulit dengan luka ringan seperti tergores, terciprat minyak/air panas dan lain-lain.

Penulis: Rif’atul Mahmudah, M.Si
Dosen Kimia Lingkungan di Program Studi Kimia UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Sumber bacaan

Baldisserotto, A., Buso, P., Radice, M., Dissette, V., Lampronti, I., Gambari, R., Manfredini, S., & Vertuani, S. (2018). Moringa oleifera Leaf Extracts as Multifunctional Ingredients for “Natural and Organic” Sunscreens and Photoprotective Preparations. Molecules 2018, Vol. 23, Page 664, 23(3), 664. https://doi.org/10.3390/MOLECULES23030664

Daǧdelen, A. (2016). Identifying Antioxidant and Antimicrobial Activities of the Phenolic Extracts and Mineral Contents of Virgin Olive Oils (Olea europaea L.) from Different Regions in Turkey. Journal of Chemistry, 2016. https://doi.org/10.1155/2016/9589763

Korać, R. R., Khambholja, K. M., & Korać, M. R. (n.d.). Potential of herbs in skin protection from ultraviolet radiation. Pharmacognosy Reviews, 10. https://doi.org/10.4103/0973-7847.91114

Mahmudah, R. 2022. Potensi daun kelor (Moringa Oleifera) ekstrak minyak zaitun (Olea Europea L.) dalam menyembuhkan luka bakar. HAKI. UIN Malang

Melo, V., Vargas, N., Quirino, T., & Calvo, C. M. C. (2013). Moringa Oleifera L. An Underutilized Tree With Macronutrients For Human Health. Emirates Journal of Food and Agriculture, 25(10), 785–789. https://doi.org/10.9755/EJFA.V25I10.17003

Silva, L. E., & Dotto, A. R. F. (2022). Herbal oils in healthcare: a review. Brazilian Journal of Science, 1(4), 18–33.

Yara-Varón, E., Li, Y., Balcells, M., Canela-Garayoa, R., Fabiano-Tixier, A. S., & Chemat, F. (2017). Vegetable oils as alternative solvents for green oleo-extraction, purification and formulation of food and natural products. Molecules, 22(9), 1–24. https://doi.org/10.3390/molecules22091474

Saweran dan Ekstase Panggung

Kampusdea.or.id–Bagi penonton, naik panggung sangat menyenangkan, apalagi berinteraksi dengan penyanyi dan berada di hadapan penonton. Sebelum marak nyawer, naik panggung berjoget, pasti diusir keamanan, namun dengan menggenggam uang untuk nyawer penyanyi, seorang penonton mendapat keistimewaan. Dekat dengan penyanyi membuat perasaan membuncah, bahkan berinteraksi aktif dengan penyanyi. Situasi yang tidak semua penonton mendapat kesempatan istimewa.

Ketika ngefans dengan penyanyi, bawa saja segengam uang untuk nyawer, kita bisa berinteraksi secara intim dengan penyanyi pujaan. Uang sebagai simbol saweran menjadi tiket memuaskan perasaan ngefans dan mendapat jatah dekat dengan artis pujaan. Celebrity worship (pemujaan terhadap artis pujaan) dapat terfasilitasi dengan saweran.  Uang dapat menjadi perantara terhubungnya penggemar, penonto, dan orang-orang istimewa untuk menguasai panggung penyanyi.

Saweran, budaya panggung rakyat

Saweran sebagai budaya populer kesenian panggung rakyat. Saweran sangat jarang menjadi tambahan tontonan mainstream. Semua terstruktur dalam tertib pertunjukan. Sementara seni panggung rakyat seperti dangdut, tayub, dan seni tradisi lainnya terbuka untuk warga oleh karena hadiah dari orang yang menanggap. Warga tidak banyak mengeluarkan uang untuk tiket menonton. Seni ini dengan demikian lebih cair dan menoleransi interaksi penonton dengan para artisnya. Saweran nampaknya menjadi relasi alternatif yang mencairkan suana menjadi ekstase istimewa bagi sebagian penonton.

Beberapa literatur, saweran diambil dari tradisi Sunda, dengan kata asli sawer, awer yang artinya tebaran, atau percikan air hujan, atau memercikkan air dalam ember (Kusmayadi, 2018; Masduki, 2015; Supinah, 2006). Biasanya terjadi pada perayaan perkawinan atau hajatan yang melibatkan tamu atau warga. Seorang pemangku hajatan menebar benda kecil, air, dan ada uang receh untuk para pengunjung atau yang mengiringi seorang pengantin (bisa perkawinan, atau sunatan) sehingga pengunjung berebut barang saweran. Upacara sawer, jika itu perkawinan dimulai setelah ijab qabul. Sawer dimaksudkan sebagai sedekah dengan harapan pasangan pengantin diberkahi tuhan. Saweran dengan demikian dimaksudkan sebagai doa/harapan baik dengan sedekah.

Suasana ini seperti ritual khusus yang menghubungkan antara berharap kebahagiaan menjadi berkah.

Saweran menjadi seni-tradisi karena merangkum praktik simbolik (doa) dan nyanyian.  Suasana ini seperti ritual khusus yang menghubungkan antara berharap kebahagiaan menjadi berkah. Kebahagiaan ini tidak hanya milik pengantin tetapi berkesinambungan dengan kebahagiaan orang banyak.  Sawer menjadi emosi kolektif yang terbuka.  Emosi kolektif tercipta karena rasa puas, dan senang menjadi cair baik bagi pemilik hajat dengan orang banyak.

Situasi ini lebih meningkatkan emosi kolektif menjadi hiruk pikuk karena dapat bahagia bersama. Interaksi antara pengunjung dan penyanyi  diberi ruang perjumpaan. Kebahagiaan yang semata pasif dari penonton seolah terwakili dengan adanya aksi saweran. Batas eksklusif penyanyi yang biasanya tidak terjamah, tidak menjadikan panggung berjarak. Interaksi ini menimbulkan koneksi yang meningkatkan surplus emosional  penonton. Kehadiran salah satu penonton ke panggung meningkatkan keterwakilan bagi kegembiraan penonton. Saweran menciptakan sarana panggung rmerakyat. Bebas dari kapitalisasi panggung yang tidak terjamah.

Ekstase Panggung

Saweran dalam bentuk uang memberikan nilai hiburan yang menyiratkan beragam makna emosional. Uang saweran menyimbolkan prasyarat merebut panggung dan sarana mendekati artis pujaan secara terjangkau. Jika hanya berjoget saja,  tanpa diinginkan si penyanyi, niscaya penonton yang berjoget naik di panggungakan tertolak dan diusir keamanan panggung. Berbeda dengan penonton yang nyawer. Dia mendapat privillege berjoget, merasakan lebih  dekat berinteraksi, dan menumbuhkan luapan emosi gembira yang memuncak.

Berbekal sejumlah uang yang sudah disiapkan, penerimaan di atas panggung menjadi momentum untuk memperluas puncak emosi.

Penyawer memiliki kemenangan emosional. Berbekal sejumlah uang yang sudah disiapkan, penerimaan di atas panggung menjadi momentum untuk memperluas puncak emosi. Luapan gembira berhasil merebut panggung bersanding dengan artis menjadi manifestasi emosi yang tidak semua penonton dapat meraihnya. Saweran dapat menjadi media bernegosiasi untuk mendapatkan kegembiraan hiburan dengan ekstase terbuka.

Baca juga: Pribumisasi Maulid, Konservasi Kearifan Lokal

Panggung musik rakyat demikian menunjukkan keterwakilan terbuka bagi penonton. Seni rakyat yang khas sebagai budaya luwes dalam mengelola kegembiraan. Saweran menjadi seni panggung yang menambah suasana emosi penoton mencair lebih orisinil karena keterwakilan rakyat sebagai representasi kegembiraan bersanding dengan para artis panggung. Situasi pertunjukan demikian menjadi magnet bagi budaya berkesenian yang mencair secara emosional dan mengapresiasi keterlibatan perasaan seolah menghidupkan sapaan emosi artis penonton.