Minggu, Mei 18, 2025
Google search engine
Beranda blog

Kesalahan Berpikir Netizen 4.0, Lima di antaranya Sering Kamu Alami.

0

Secuil fakta yang buruk akan mampu menutupi segudang fakta kebaikan seseorang. Hal itu terjadi ketika individu mengalami Distorsi Kognitif, yaitu pembenaran irasional tak sesuai realita. Rupanya leluhur bangsa ini sudah menyadari akan kesalahan berpikir yang turun temurun akan sering terjadi dengan mengabadikannya dalam sebuah seni kata ” Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga “.

Kampusdesa.or.id-Otomasisasi teknologi cyber 4.0 terhadap setiap inchi kehidupan  membuat individu di masa ini cepat dalam membagikan informasi. Akan tetapi adaptasi masyarakat untuk mengelola kecepatan jaringan komunikasi perlu dipertanyakan dan dibahas mendalam. Jika tidak, pecahan informasi yang salah pemaknaan dapat menjadi Hoaks dan sentimen emosi antar netizen. Terlalu remeh jika bangsa ini masih berkutat soal Hoaks dan Isu isu sensasional. Saat nya belajar mandiri dengan mengenali kesalahan berpikir sehingga kita bisa bangkit lebih produktif menjajaki peluang Revolusi Industri di Pemerintahan yang baru ini.

Berpikir adalah sesuatu yang pasti dilakukan oleh manusia bahkan menjadi pembeda yang paling mendasar antara hewan dengan manusia. Kesalahan berpikir dapat terjadi pada seluruh jenjang usia, dari anak sekolah, pegawai bahkan ilmuwan pun bisa terjebak dalam kelalaian berpikir. Akan selalu ada kejadian yang tidak diharapkan dan mood negatif disetiap masa kehidupan sehingga setiap individu pasti pernah mengalami kesalahan berpikir. David Burns seorang Psikiater dan ahli Cognitive Behavioral Therapy dari Stanford University menyebutnya sebagai Thinking Errors Pattern atau dalam istilah psikologi disebut Cognitive Distortions.

Bagaimana kesalahan berpikir terjadi?

Karunia tuhan yang pertama kali digunakan untuk menerima informasi adalah panca indera. Melalui indera tersebut informasi dilangsungkan ke dalam internal map, otak akan memberikan makna terhadap masing masing informasi yang kita terima. Pemberian makna oleh otak merujuk pada Historical Files individu yang berisi tentang keyakinan suatu norma perilaku berdasarkan pengalaman masa lalu.

Keyakinan masa lalu ini menciptakan nilai atau frame of mind yang terulang ulang di bawah alam sadar manusia. Makna yang diproses melalui otak tadi akan berhubungan dengan central nervous system atau pusat syaraf. Dari pusat syaraf akan menghasilkan sebuah perasaan yang menghantarkan individu pada suatu reaksi berbentuk perilaku. Dapat disimpulkan bahwa tindakan kita saat ini dalam pengambilan keputusan sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu.

Dapat disimpulkan bahwa tindakan kita saat ini dalam pengambilan keputusan sangat dipengaruhi oleh kejadian masa lalu.

Dalam proses pemberian makna yang sudah di jelaskan tersebut, terdapat celah terjadinya suatu kesalahan dalam penerjemahaan makna yang disebut thinking error pattern. Terdapat foggy atau kabut yang menyebabkan otak meleset dalam pemberian makna sehingga sesuatu yang kita yakini tidak sesuai dengan realita. Banyak faktor yang memicu terbentuknya foggy, selain berasal dari ingatan realita masa lalu, foggy bisa disebabkan oleh stress, kurang energi, gaya berpikir childish, cemas dan kondisi negatif.

Ketika gaya berpikir individu semakin dominan dalam melibatkan masa lalu maka foggy akan semakin tinggi, sebab realita masa lalu dan kini merupakan hal yang berbeda. Masa lalu memang bisa digunakan sebagai prediksi pengambilan keputusan namun perlu diimbangi dengan identifikasi fakta dan realita yang sedang terjadi sehingga kesalahan interpretasi informasi bisa dihindarkan.

Menurut Mahrus Affif seorang Behavioral  Specialist dalam seminar Online “ Thinking Error Pattern and Teenager “ (Inmed, 25 Oktober 2019), Kurang lebih 80 % orang yang mengalami Distorsi Kognitif disebabkan karena individu mengambil keputusan dalam keadaan emosi yang tidak stabil. Jika hal ini tidak dibenahi, individu akan larut dalam kesalahan berpikirnya dimana kesalahan berpikir itu dijadikan argumen utama untuk membenarkan perilaku individu yang salah tersebut. Orang akan mengambil sudut pandang irasional terhadap peristiwa tertentu sehingga menyebabkan pikiran dan emosi yang tidak dapat dikendalikan, parahnya hal ini bersifat kebiasaan. David Burns dalam bukunya The Feeling Good menjelaskan sepuluh jenis kesalahan berfikir, lima diantaranya akan diulas dalam tulisan ini.

Kurang lebih 80 %  orang yang mengalami Distorsi Kognitif disebabkan karena individu mengambil keputusan dalam keadaan emosi yang tidak stabil.

Yang pertama adalah Over Generalization. Hal ini terjadi ketika anda menyimpulkan suatu perkara yang buruk berdasarkan satu buah bukti saja. Tidak hanya itu, anda akan membesar besarkan masalah itu dan melabeli hal tersebut dengan rumor negatif. Jenis kesalahan berpikir ini akan membuat orang menggunakan kata “ Biasanya” atau “ tidak pernah “ sebagai kata kunci.

Contoh:  ketika anda melihat berita seorang artis sedang menangis karena tertimpa suatu musibah. Kemudian terbesit dalam pikiran anda “ wah biasanya itu cuman akting saja” sehingga kemudian anda mencibir dan merendahkan artis tersebut.

Suatu ketika anda melihat Bapak Paruh baya yang tidak rupawan menjemput wanita muda cantik di sebuah caffe. Kemudian terbesit dalam pikiran anda “ wahh jangan jangan wanita simpanan nih, biasanya seperti itu”. Lantas anda berbisik bisik dengan teman nongkrong dan menganggap wanita tersebut seorang yang gampangan.

Kedua adalah Black and White Thinking. Gaya berpikir ini terjadi ketika individu membagi dirinya dalam dua kategori yaitu “ aku benar benar baik” atau “ aku benar benar buruk”. Hal ini teradi karena sikap perfeksionis yang dominan, memikirkan diri sendiri ditambah lagi merasa dirinya harus berpengaruh dalam kelompoknya, sehingga ketika suatu hal terjadi tidak sesuai standar atau ekpektasi, maka individu akan menganggap dirinya tidak berguna. Tidak ada pilihan ketiga dan tidak ada tempat untuk berbuat salah.

Contoh: Arif adalah seorang ketua team player basket. Saat pertandingan, Arif tidak berhasil membawa teamnya menuju kemenangan. Akhirnya ia murung dan merasa bahwa ia adalah orang yang tidak berguna. Ia malu dan menganggap semua itu terjadi karena kesalahannya semata.

Ketiga ialah Jumping to Conclusion atau labeling. Pernahkah anda menjustifikasi orang lain tanpa di dukung informasi yang jelas? itulah yang disebut labeling. Individu mendeskripsikan seseorang dengan fakta yang tidak sempurna, ada sebagian realita seseorang yang disembunyikan. Hal ini adalah proyeksi bahwa diri kita sedang marah , cemas , frustasi atau sedang tidak percaya diri. Bahkan, ketika anda memberi label negatif kepada seseorang, hal itu akan membuat anda tidak nyaman dan sulit membangun komunikasi yang positif. Pada kasus ekstrim, memberi label negatif  terhadap seseorang mampu mengubah identitas sosial dan konsep diri individu.

Contoh: Ulum adalah mahasiswa yang sedang menyusun skripsi, ia dibimbing oleh Dosen A. Setiap kali bimbingan, Dosen A selalu emosi dan memarahi ulum yang selalu datang terlambat. Akhirnya Ulum menyebarkan rumor kepada temannya bahwa Dosen A adalah Dosen yang Killer. Nah, ini lah yang disebut Jumping to Conclusion, ulum hanya mensifati Dosen A berdasarkan perasaan yang mewakili dirinya bahwa dosen A selalu memarahi Ulum. Padahal Jika mahasiswa datang tepat waktu, Dosen tersebut akan bersikap ramah dan lembut. Nah Sifat ramah dan lembut disembunyikan oleh Ulum sehingga terbentuklah labeling yang tidak adil.

Apakah kita tidak boleh melabeli seseorang? boeh asal dengan fakta yang jelas dan adil. Contoh: Dosen ini killer ketika melihat mahasiswa yang melanggar aturan. nah ini labeling yang diperbolehkan.

Ke Empat adalah Victim Mentality atau Blaming. Kesalahan berfikir pada jenis ini akan membuat orang hidup dengan sejuta keluhan. Individu akan mengkritik dan menyalahkan orang lain atas hal buruk yang menimpa dirinya. Artinya tidak ada niatan untuk memperbaiki diri justru menganggap orang lain lah akar dari semua masalah.

Contoh : Yoyo adalah pengangguran, setiap bertemu teman temanya  ia selalu mengkritik pemerintah atas kondisinya, seakan akan Yoyo dirugikan oleh Negara. (Padahal Yoyo terlalu cepat menyerah mencari pekerjaan dan tidak mau meng upgrade skillnya).

Amin mendapat nilai jelek di bidang Matematika, ia menyalahkan gurunya bahwa gurunya tidak cermat dalam mengajar. (Padahal Amin sendiri sering bolos sekolah).

Ke Lima adalah Discounting, orang yang memiliki kecenderungan seperti ini akan selalu mengeluarkan statement negatif tentang kelebihan dirinya. Maksudnya ialah individu tidak apresiatif terhadap prestasinya sendiri, mendiskon segala pencapaian yang ia buat. Pribadi ini menunjukkan bahwa ia memiliki konsep diri yang lemah dan kepercayaan diri rendah.

Contoh: Arif mendapat nilai 70 dalam pelajaran Bahasa, kemudian gurunya memberi pujian “ wah arif kamu hebat ya, pintar dan cerdas”. Akan tetapi Arif berfikir dalam hati “ aiiih apa apaan sih, pasti bohong itu bu guru. Padahal yang lain banyak yang lebih pinter ”.

Kecepatan sistem informasi yang setiap detik dapat berubah, tanpa batas dan selalu ada identitas anonim akan menyebarkan ranjau ranjau Distorsi Kognitif bagi Netizen. Terutama bagi Rakyat +62 yang minat bacanya masih tergolong rendah. Lantas apa yang bisa dilakukan untuk mengindari kesalahan berfikir?.

Mulailah dengan membudayakan One Day One Page, membaca buku akan melatih reasoning otak kita menjadi lebih awas dalam mengelola informasi. Kemudian gunakan aturan Lima menit, gunakan waktu tersebut untuk mengecek informasi di media atau fakta di lapangan melalui sumber yang kredibel dan selama lima menit tersebut usahakan untuk tidak mengomentari apapun.

Kenali pola kesalahan berpikir yang berkembang di masyarakat, setelah mengenali pola , cobalah untuk mengkategorisasikan jenis kesalahan berpikir yang dirasa sangat berpotensi terjadi pada diri anda. Latihlah pikiran anda untuk melawan jenis kesalahan berpikir tersebut, gunakan humor humor untuk membuat pikiran anda stabil. Yang terpenting jadilah pribadi yang suportif, bijak dan sabar dalam segala situasi.

Hubungan Harmonis Netizen sangat mahal harganya, dan sangat remeh jika kesalahan berpikir yang beredar di masyarakat membuat konflik dan buruk sangka . Buku “Feeling Good: the new mood therapy,” dan  “When Panic Attacks” yang ditulis  David Burns dapat menjadi rujukan bagaimana merawat akal sehat ditengah pusaran peradaban Revolusi 4.0. Bangsa yang hebat berawal dari akal sehat yang selalu dirawat.

Magang Digital Marketing Mengesankan; Belajar Pengembangan Bisnis UMKM KDI

Kampusdesa.or.id–Magang di Kampus Desa Indonesia bagi kami selaku mahasiswa STIE Malangkucecwara, merupakan sebuah pengalaman yang mengesankan. Para mentor dari Kampus Desa Indonesia mendapingi kami dengan baik dan ramah. Situasi tersebut menciptakan kenyamanan bagi kami untuk melakukan aktivitas magang di Kampus Desa Indonesia. Kami belajar banyak hal, seperti cara memasarkan produk khususnya di Digital Marketing, sesuai dengan jurusan dan peminatan kami di kampus.

Kegiatan magang yang kita lakukan di Kampus Desa Indonesia seperti pengenalan produk, konten produk, dan proses pemasaran secara digital. Dari kegiatan tersebut memberikan pengalaman bagi kami bahwa kerja sama tim adalah hal yang sangat penting. Kita saling membantu satu sama lain untuk menciptakan kreatifitas dalam mempromosikan produk. Dengan demikian kami punya kemampuan mengenalkan produk yang disukai oleh konsumen.

Analisis Pasar dan Ngonten untuk Pemasaran

Selain itu, selama magang di Kampus Desa Indonesia, kami juga belajar bagaimana menganalisis pasar dan memahami kebutuhan konsumen agar strategi pemasaran yang kami terapkan lebih efektif. Kami langsung mengelola akun media sosial, merancang strategi konten, dan mengoptimalkan iklan digital agar produk yang kami pasarkan menjangkau lebih banyak orang.

Baca juga: Menjadi Pengusaha; Memantik Energi dari dalam Perusahaan

Tidak hanya itu, interaksi dengan para pelaku UMKM di Kampus Desa Indonesia juga membuka wawasan kami tentang tantangan yang mereka hadapi dalam mengembangkan usaha. Kami menerapkan teori yang dipelajari di perkuliahan untuk memberikan solusi, sekaligus mengasah kemampuan komunikasi dan negosiasi dalam dunia bisnis.

Take video. Suasana pengambilan konten di arena kampus STIE Malangkucecwara

Pengalaman ini menjadi momen berharga yang memperkaya wawasan dan membangun kepercayaan diri kami dalam menghadapi dunia kerja nyata. Melalui magang di Kampus Desa Indonesia, kami tidak hanya memahami praktik pemasaran digital, tetapi juga menyadari pentingnya strategi yang tepat. Lebih dari itu, kami merasakan betapa kerja sama tim, inovasi, dan semangat untuk terus belajar menjadi kunci keberhasilan. Semua itu membentuk kami menjadi pribadi yang lebih adaptif dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Pengalaman ini sangat berharga bagi kami. Tidak hanya menambah ilmu, tetapi juga membangun rasa percaya diri dalam menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya.

Social Media Analyst

Sebagai social media analyst, kami belajar cara menganalisis performa konten memakai berbagai tools digital. Pada dasarnya kami sudah mempelajarinya di perkuliahan, sehingga kami bisa mengimplementasikan di magang Lembaga Kampus Desa Indonesia. Kami mulai paham bagaimana cara membaca data, mengukur engagement, dan menentukan strategi konten yang lebih efektif berdasarkan insight dari audiens. Ternyata, dunia media sosial tidak hanya soal membuat postingan keren, tapi juga butuh analisis supaya konten yang telah kita buat bisa maksimal.

Baca juga: Tuntas; Tiga Puluh Pemuda Desa Dilatih Bermental Wirausaha

Kami memilih fokus pada media sosial TikTok karena platform ini sangat digemari oleh Gen-Z dan lintas generasi lainnya. Popularitas TikTok memberikan kemudahan bagi kami untuk memahami strategi promosi yang relevan dan kekinian. Melalui konten yang kreatif dan fitur jual beli yang tersedia, kami mampu menarik pelanggan baru secara lebih efektif. TikTok bukan hanya media hiburan, tetapi juga ruang strategis untuk membangun koneksi pasar dan memperluas jangkauan produk secara dinamis.

Menuai Pengalaman Berharga

Sebulan magang di Kampus Desa Indonesia tidak hanya ngajarin soal digital marketing dan social media analysist, tapi juga melatih skill komunikasi, teamwork, dan problem-solving. Pengalaman ini membuka wawasan kami tentang industri fashion muslim dan bagaimana digital marketing berperan penting dalam keberhasilan suatu brand. Kami merasa lebih siap untuk terjun ke dunia profesional setelah pengalaman magang ini.

Kami belajar bagaimana mengelola media sosial, menganalisis pasar, serta menciptakan strategi pemasaran yang efektif berdasarkan data dan tren yang ada.

Jadi magang di Kampus Desa Indonesia memberikan banyak pelajaran dan pengalaman berharga bagi kami, baik dari segi ilmu pemasaran digital maupun pengembangan keterampilan profesional. Kami belajar bagaimana mengelola media sosial, menganalisis pasar, serta menciptakan strategi pemasaran yang efektif berdasarkan data dan tren yang ada. Selain itu, kami juga mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan pelaku UMKM dan memahami tantangan yang mereka hadapi dalam mengembangkan bisnis mereka.

Lebih Siap Kerja

Secara keseluruhan, magang ini membuat kami merasa lebih siap untuk terjun ke dunia kerja yang sesungguhnya. Kami semakin memahami bahwa keberhasilan dalam pemasaran digital tidak hanya bergantung pada strategi yang tepat, tetapi juga kerja sama tim, inovasi, serta kemauan untuk terus belajar dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di industri. Magang di Kampus Desa Indonesia benar-benar menjadi pengalaman yang berharga dan tak terlupakan bagi kami.

Kami mahasiswa STIE Malangkucecwara mengucapkan beribu-ribu terimakasih kepada Kampus Desa Indonesia yang telah memberikan kami kesempatan untuk bekerja sama dan berkembang bersama di Kampus Desa Indonesia, dan kita juga berterimakasih kepada mentor mentor yang telah membimbing kita selama satu bulan ini. Semoga ilmu yang telah kita dapat selama magang di Kampus Desa Indonesia ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga Kampus Desa Indonesia juga dapat berkembang lebih baik dan lebih luas dan dapat berbagi ilmu kepada semua orang (Afiffa Nadine, dkk).

Perempuan dan Kerja Toleransi

Kampusdesa.or.id–Melalui semangat toleransi agama dan solidaritas antarumat, bersama para umat lintas agama dan kepercayaan, ada kegiatan semarak di Hotel Mirabell, Kepanjen, Kabupaten Malang yang membincang bagaimana “Peran Penting Perempuan dalam Menjaga Toleransi dan Keberagaman” (Selasa, 13 Mei 2025). Kegiatan ini mempertemukan berbagai elemen masyarakat, mulai dari tokoh agama, pemuka komunitas, aktivis lintas iman, hingga akademisi yang memiliki perhatian mendorong cipta perdamaian yang penuh toleran.

Baca juga: Menjadi Pengusaha; Memantik Energi dari dalam Perusahaan

Beberapa penampilan budaya mengawali kegiatan tersebut yang mencerminkan semangat keberagaman. Tampil para penari tradisional dari Himpunan Pemuda Hindu Indonesia dan lagu “Bunda” dari perwakilan Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW). Penampilan ini menjadi simbol harmoni antar keyakinan dan nilai kasih universal yang memperkuat posisi perempuan dalam kehidupan berbangsa.

Peran Perempuan untuk Toleransi

Ikhsan, perwakilan Gusdurian Kanjuruhan, Kabupaten Malang membuka sesi diskusi dengan menekankan bahwa perempuan adalah tiang bangsa. “Perempuan memiliki peran besar dalam menjaga toleransi dan keberagaman. Namun, ini bukan hanya tugas perempuan, tetapi tanggung jawab bersama sebagai warga negara Indonesia,” ucapnya.

Perempuan adalah sumber ajaran utama dalam keluarga. Ia tidak boleh mengajarkan kekerasan, melainkan harus menanamkan nilai-nilai kedamaian.

Dari perspektif Hindu, Istiana, Ketua PHDI Kabupaten Malang, mengingatkan sebenarnya perempuan disebut Stri dalam ajaran Hindu. Dia adalah perwujudan sakti atau kesaktian. “Perempuan dengan demikian merupakan sumber ajaran utama dalam keluarga. Ia tidak boleh mengajarkan kekerasan, melainkan harus menanamkan nilai-nilai kedamaian. Karena itu, perempuan wajib dihormati oleh seluruh anggota keluarga,” tuturnya.

Baca juga: Haul Ke-15 Gus Dur di Pesantren Rakyat Al-Amin: Lahirkan Petisi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Tamariska Fendy Putri, Pendeta GKJW Sumberpucung sekaligus Ketua Pemuda MD 1, menyoroti peran perempuan sebagai pendidik toleransi sejak dini. “Perempuan adalah role model utama dalam keluarga dan masyarakat. Meski menghadapi beban kerja ganda dan realitas sosial yang penuh tantangan, perempuan harus tetap menjadi agen yang menyuarakan perdamaian dan menolak narasi kebencian,” jelasnya.

Rekomendasi Aksi Toleransi Kabupaten Malang

Dari ranah akademik, Mohammad Mahpur, mewakili sebagai dosen Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, memaparkan hasil kajiannya bahwa narasi damai seperti empati, silaturahmi, dan toleransi masih bertahan dalam kehidupan anak muda. “Namun, hanya sekitar 20% yang secara sadar menjadikan toleransi sebagai nilai utama. Cara efektif untuk menumbuhkan kesadaran ini adalah dengan menghadapkan generasi muda langsung pada realitas keberagaman agar mereka belajar menghargai perbedaan,” terangnya.

Menutup sesi, Hikmah Bafaqih, Wakil Ketua Komisi E DPRD Jawa Timur, menyampaikan bahwa toleransi harus tumbuh dari cara berpikir yang adil. “Rasa cinta dan kasih sayang adalah bahasa yang dapat menjadi spirit komunikasi mencari jalan keluar menghadapi masalah secara bersama-sama.” Pemerintah, khususnya DPRD Provinsi, berkewajiban memfasilitasi ruang-ruang dialog dan pendidikan keberagaman seperti ini,” tegasnya.

“Kita punya rasa cinta dan kasih sayang untuk mengomunikasikan hubungan lintas agama yang damai. Pemerintah, khususnya DPRD Provinsi, berkewajiban memfasilitasi ruang-ruang dialog dan pendidikan keberagaman seperti ini,”

Bersama narasumber, para peserta tak lupa berpose kenang kebersamaan tolerans

Acara ini menjadi ruang penting dalam memperkuat peran perempuan sebagai penjaga nilai-nilai toleransi di tengah masyarakat multikultural. Perempuan bukan hanya penerus nilai, tetapi juga penggerak utama dalam merawat keberagaman Indonesia agar tetap lestari dan harmonis.

Dewata Kusayang, Dewataku Malang; Bali Digempur Kapitalisme

0

Kampusdesa.or.idTak jelas siapa yang memulai. Jika membuka TikTok tentang Bali, algoritma akan mempertemukan kita dengan FYP berbunyi “bawa lukamu ke Bali” yang mengukuhkan citra pulau berjuluk dewata itu sebagai tujuan healing. Bali laksana ibu yang memeluk luka anaknya dalam diam, kata beberapa orang di kolom komentar.

Sama seperti Yogyakarta dan Bandung yang kita romantisasi, Bali bahkan mengejawantahkan romantisme ini dalam tulisan penulis mancanegara. Saat menulis artikel, saya baru saja menghabiskan buku “Bali: A Paradise Created” karya Adrian Vickers tentang dialektika persepsi masyarakat adat dan imajinasi Barat yang mengubah citra Bali. Penulis menjulukinya “The Last Paradise” tempat budaya Asia-Pasifik bertemu.

“Di Bali, pesona alam berpadu dengan ritus yang bergema seperti Dhanvantari, dewa Ayurveda pembawa Amerta. Namun, pesona ini menyimpan paradoks: yang sakral rapuh, alam yang menyembuhkan rentan terluka, budaya yang tergerus kesakralannya. Bali menunggu tahap kritis: Dewataku sayang, Dewataku Malang.”

Di Bali, alam memang berpadu dengan ritus. Namun, paradoks menganga: alam penyembuh rentan dilukai tangan manusia yang dirawatnya, budaya sakral tergerus komersialisasi. Bali sendiri menyimpan luka yang kian menganga, menunggu ketahapan kritis.

Baca juga: Patuwen Kopi, Setetes Tinta Sejarah dalam Festival Kopi 2025 GKJW

Tattwa, Susila, Acara: Negosiasi Nilai dalam Pusaran Pasar

Dalam kosmologi Hindu Bali, tiga pilar peradaban—Tattwa (filsafat), Susila (etika), Acara (ritual)—adalah sistem dinamis yang beradaptasi. Namun, pariwisata massal sebagai produk kapitalisme mempercepat transformasi ketiganya dengan logika pasar. Ritus tunduk pada kalender pariwisata, sebatas atraksi eksotis tanpa makna transendental.

Pura Besakih dan Tanah Lot menjadi medan pertarungan simbolis: kamera turis menggeser fokus sembahyang. Persoalan etika tergerus saat turis berkendara sesukanya, didukung warga lokal yang membiarkan atau ikut-ikutan. Pemerintah abai meratakan kesempatan kerja, memicu invasi pendatang tak terbendung.

“Melalui fetisisme komoditas Marx, nilai guna budaya Bali—ritual, seni sakral, hubungan kolektif—teralienasi menjadi nilai tukar. Tri Hita Karana jadi semboyan tak bermakna; sawah berubah villa, pohon ratusan tahun terbunuh untuk industri hiburan. Pantai andalan berlandskap tambang, seperti di Selatan Bali dan Nusa Penida.”

Bali dalam Fetisisme Komoditas

Logika akumulasi kapital Marx (1867) mengubah relasi sosial-budaya Bali menjadi komoditas. Yang esensial—ritual adat, seni sakral—tereduksi jadi objek konsumsi. Tri Hita Karana, filosofi keseimbangan alam-manusia-spiritual, hanya diseminarkan tanpa diterapkan.

Baca juga: Menjadi Pengusaha; Memantik Energi dari dalam Perusahaan

Sawah dan pantai menjelma villa dan beach club; laut dipagari kepemilikan pribadi. Gary Bencheghib dalam dokumenter Rahayu Project berkata: “Bali kehilangan kepingan surganya setiap hari.” Proses ini mencerminkan dominasi modal atas ruang hidup dan kontradiksi dialektis: nilai komunal tradisional versus imperatif profit kapitalis.

Nyala Perlawanan dari yang Paling Mungkin

Masyarakat Bali tak diam. Dalam perspektif Dharma vs. Adharma, perlawanan adalah upaya menjaga keseimbangan kosmis. Setiap tindakan mempertahankan tradisi, lingkungan, atau hak budaya adalah wujud dharma—tanggung jawab moral melindungi harmoni alam-manusia-spiritual.

“Perlawanan tak selalu frontal: petani Bali Utara pertahankan Subak, nelayan Serangan lawan privatisasi laut, pemuda ubah Ogoh-ogoh Bhuta Yadnya jadi medium kritik. Seperti api dalam sekam, perlawanan menyala dalam kesadaran dan konsistensi—dharma tak hanya bertahan, tapi jadi cahaya penuntun transformasi beradab.”

Perlawanan tercermin dalam laku sehari-hari. Subak—sistem irigasi tradisional berbasis Tri Hita Karana—dipertahankan petani Bali Utara. Nelayan Serangan melaut melawan privatisasi. Pemuda Bali menyelaraskan ritual Bhuta Yadnya dengan kritik sosial melalui Ogoh-ogoh.

Seperti firman Bhagavad Gita: “Yadā yadā hi dharmasya glānir bhavati… tadātmānaṁ sṛjāmyaham” (“Kapan pun dharma merosot, Aku mewujudkan diri”). Perlawanan ini adalah perwujudan dharma: gotong-royong, kreativitas ritual, dan keteguhan hati. Api itu mungkin tak bergemuruh, tetapi menyala-nyala dalam empati dan kesadaran.

Putu Ayu Sunia Dewi
Aktivis Perhimpunan pelajar Indonesia di Luar negeri / pengurus PPI TV

Haul Gus Dur Ke-15: Dialog Kebangsaan di GKJW Lawang

0

Kampusdesa.or.id–Gusdurian Malang Raya bekerja sama dengan Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Lawang baru saja mengadakan Dialog Kebangsaan memperingati Haul ke-15 KH Abdurrahman Wahid, atau yang akrab disapa Gus Dur. Acara yang berlangsung pada Minggu, 23 Februari 2025, di gedung GKJW Jemaat Lawang, Desa Kalirejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, ini mengangkat tema “Endahing Saduluran, Menajamkan Nurani Membela yang Lemah”

Baca juga: Haul Ke-15 Gus Dur di Pesantren Rakyat Al-Amin: Lahirkan Petisi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Merajut Kebersamaan dalam Keberagaman

Dialog Kebangsaan ini bertujuan untuk menghidupkan kembali semangat kebangsaan yang inklusif dan humanis, sejalan dengan nilai-nilai yang diperjuangkan oleh Gus Dur. Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh agama, pejabat pemerintah daerah, dan perwakilan organisasi kemasyarakatan di Malang Raya dan sekitarnya. Partisipasi dari Koordinator Garuda Malang, Muspika Lawang, umat Buddha, Penghayat, Baha’i, umat Muslim, umat Hindu, komunitas Arela, GP Ansor Lawang, GKA Immanuel, GPIB Pelangi Kasih, mahasiswa Universitas Yudharta Pasuruan, serta warga GKJW Lawang dan Kelurahan Kalirejo, mencerminkan semangat pluralisme yang selalu dijunjung tinggi oleh Gus Dur.

Acara ini juga dimeriahkan dengan penampilan tari topeng oleh Avrel, salah satu pemuda GKJW Lawang, yang menambah kekayaan budaya dalam peringatan tersebut.

Menajamkan Nurani untuk Membela Kaum Lemah

Diskusi dalam dialog ini dipandu oleh Pendeta Gideon H. Buono sebagai moderator, membahas berbagai isu aktual yang relevan dengan tema. Topik yang diangkat antara lain pandangan berbagai tokoh agama terhadap Gus Dur, penguatan nilai-nilai kemanusiaan dan toleransi di masyarakat, peran agama dan organisasi kemasyarakatan dalam membela kaum lemah dan marginal, serta langkah konkret untuk mewujudkan keadilan sosial. Selain itu, pentingnya menanamkan nurani yang bersih dan jujur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara juga menjadi fokus pembahasan.

Baca juga: Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Dr. Mahpur menekankan bahwa Haul Gus Dur ke-15 ini menjadi momentum untuk meneguhkan kembali tanggung jawab atas pekerjaan dan kegiatan di wilayah masing-masing. Pendeta Sevi Niasari menyoroti tantangan dalam membangun persaudaraan lintas iman, seperti prasangka dan ketakutan akan penolakan, termasuk yang berkaitan dengan gender. Sementara itu, Gus Najib mengajak semua pihak untuk berani mengambil langkah mengatasi rasa takut terhadap perbedaan. Gus Aan Anshori menegaskan pentingnya keberanian dalam menjalin persaudaraan tanpa memandang perbedaan, serta memanusiakan sesama.

Acara ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh perwakilan tokoh agama, antara lain Habib Achmad Hasan mewakili umat Muslim, Drs. Sa’ib Kundjosasmito S.Kar mewakili Penghayat, Pendeta Jhonatan mewakili umat Kristen, Ibu Rahayu mewakili Baha’i, dan Bante Samanera mewakili umat Buddha. Doa bersama ini dilanjutkan dengan menyanyikan lagu “Endahing Saduluran” sebagai penutup, mencerminkan semangat persaudaraan dan kebersamaan dalam keberagaman.

Melalui peringatan Haul Gus Dur ke-15 ini, diharapkan masyarakat Indonesia, dan khususnya Malang Raya, semakin memperhatikan isu keberagaman agama dan menanamkan nilai toleransi antar sesama. Berbagai tokoh yang hadir menyatakan dukungan dan semangat untuk terus memperjuangkan keberagaman dan toleransi di Nusantara. Acara diakhiri dengan ramah tamah dan menikmati hidangan yang disediakan oleh GKJW Lawang, mempererat tali silaturahmi antar peserta.

Patuwen Kopi, Setetes Tinta Sejarah dalam Festival Kopi 2025 GKJW

Kampusdesa.or.id–Festival Kopi 2025 dengan istilah Patuwen Kopi, yang digelar di GKJW Jemaat Sengkaling pada 15-16 Februari 2025 resmi berakhir. Acara ini menjadi ajang silaturahmi sekaligus pemberdayaan petani kopi yang tergabung dalam Patuwen Kopi. Dengan konsep yang lebih matang, festival tahun ini menghadirkan pengalaman yang lebih guyub dan interaktif bagi pengunjung.

Mengapa Festival Kopi 2025 Digelar di Kota Malang?

Setelah dua kali penyelenggaraan di Surabaya, kali ini Festival Kopi digelar di Malang dengan beberapa alasan utama:

  1. Aspirasi petani kopi dari Malang yang ingin berpartisipasi lebih aktif.
  2. Lokasi strategis di GKJW Jemaat Sengkaling yang mudah diakses oleh jemaat lain.
  3. Dukungan SDM dari warga jemaat yang memiliki kapasitas budaya dalam penyelenggaraan acara.

Baca juga: Roasting Kopi dan Secangkir Kopi Bagi Petani Kopi

Pemilihan tempat ini juga memperkuat komitmen Patuwen Kopi dalam membangun jejaring ekonomi berbasis komunitas.

Format Festival Kopi yang Lebih Interaktif

Jika sebelumnya sarasehan kopi, cupping coffee, dan bazar berlangsung bersamaan, kali ini penyelenggara mengatur ulang konsepnya:

  • Sarasehan digelar Minggu pagi, sehingga petani dan pengunjung bisa lebih fokus pada diskusi.
  • Sabtu malam dipenuhi dengan hiburan live music, bazar kopi, dan sesi interaksi pengunjung dengan petani kopi.
  • Tim Patuwen Kopi semakin profesional dengan dukungan admin penjualan, seperti Mas Anang dan Mbak Margaretha, yang memastikan kelancaran distribusi produk.

Pengunjung yang hadir pun dimanjakan dengan sajian kopi gratis, aneka kuliner dari stand UMKM, serta hiburan dari grup musik lokal. MC acara bahkan berkeliling mengenalkan produk-produk unggulan secara langsung.

Patuwen Kopi: Gerakan Ekonomi Berbasis Komunitas

Gagasan utama dari Patuwen Kopi adalah membangun ekosistem ekonomi berbasis komunitas dengan prinsip “sinau bareng”. Seperti yang disampaikan oleh Pdt. Em. Dr. Suwignyo, pemberdayaan ekonomi gereja bukan hal baru, tetapi kali ini dilakukan dengan lebih terstruktur dan berorientasi pada penguatan kelompok tani.

Baca juga: Menanam Bibit Kopi, Menanam Pengharapan Hidup

Lho yang dulu-dulu kok enggak seperti ini?,” ujar beliau. “Ya, mungkin sekaranglah Kairos-nya. Saatnya kita membangun sistem yang lebih kuat dengan mengorganisasi petani kopi dalam kelompok tani.”

Komitmen ini juga mendapat dukungan akademisi. Prof. Dr. Setyono Yudo Tyasmoro dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya menekankan pentingnya pendampingan dan penguatan kelembagaan kelompok tani agar program ini berkelanjutan.

Selain itu, Pdt. Prof. Dr. Gerrit Singgih dari Universitas Kristen Duta Wacana melihat Patuwen Kopi sebagai sarana membangun relasi lintas agama, mengingat banyak petani yang berasal dari latar belakang berbeda.

Patuwen Kopi Menuju Entitas Kelembagaan

Festival Kopi 2025 bukan sekadar perayaan, tetapi menjadi bagian dari perjalanan Patuwen Kopi menuju entitas kelembagaan yang lebih mapan. Jika sebelumnya gerakan ini hanya berupa program, kini perlahan berkembang menjadi sistem yang lebih terorganisir dengan skema pemasaran, edukasi, dan distribusi yang lebih baik.

Seiring berjalannya waktu, Festival Kopi menjadi setetes tinta sejarah dalam perjalanan Patuwen Kopi untuk membangun kemandirian ekonomi warga.

Menyatukan SDM Kopi

Festival Kopi 2025 bukan hanya sekadar acara tahunan, tetapi momen penting dalam perjalanan pemberdayaan ekonomi berbasis komunitas. Melalui Patuwen Kopi, petani kopi, akademisi, dan komunitas gereja bersatu untuk membangun sistem yang lebih berkelanjutan.

Bagi Anda yang ingin mendukung gerakan ini, ikuti terus perkembangannya di Kampus Desa dan media sosial kami!

#FestivalKopi2025 #PatuwenKopi #PetaniKopiMalang #JemaatSengkaling #KopiNusantara #BazarKopi #SarasehanKopi #GerejaKristenJawiWetan #PemberdayaanEkonomi #KampusDesa

Gus Dur: Sang Demokrat Visioner dan Penjaga Kebebasan

0

Malang, Kampusdesa.or.id – Dalam rangka memperingati Haul Gus Dur ke-15, OASE Institute Kota Malang menggelar diskusi yang penuh makna di Oase Caffe pada Selasa, 14 Januari 2025. Acara ini menghadirkan dua narasumber inspiratif, Savic Ali, salah satu Ketua PBNU dan Founder Islami.co, serta Virdika Rizky Utama, penulis buku Menjerat Gus Dur. Diskusi ini menjadi ruang refleksi mendalam tentang warisan pemikiran Gus Dur dalam demokrasi, kebebasan berekspresi, hingga prinsip keadilan.

Savic Ali menyoroti bagaimana Gus Dur menjunjung tinggi kebebasan berbicara dan berekspresi. Contohnya, pembelaan Gus Dur terhadap Inul Daratista yang kala itu menuai kontroversi atas gaya panggungnya. Gus Dur menilai bahwa kebebasan berekspresi adalah hak setiap warga negara, meski tak selalu berarti menyetujui tindakannya. Gus Dur juga dikenal sebagai pemimpin berani, yang dengan lantang membela hak-hak masyarakat tertindas, seperti kasus Kedung Ombo. “Gus Dur tidak mengatur pikiran orang, tetapi membuka ruang pendidikan dan dialog,” ujar Savic.

Baca juga: Haul Ke-15 Gus Dur di Pesantren Rakyat Al-Amin: Lahirkan Petisi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Gus Dur dan Prinsip Politik Berbasis Civil Society

Virdika Rizky Utama memberikan perspektif yang menegaskan keberanian Gus Dur dalam politik. Ia menceritakan bagaimana Gus Dur memilih untuk diimpeach daripada menyerahkan kekuasaan kepada pihak yang hanya ingin mempertahankan kekuasaan. “Gus Dur menciptakan politik keseimbangan berbasis suara masyarakat, berbeda dengan situasi hari ini yang lebih menyerupai Orde Baru,” ungkap Virdika. Ia menyoroti bagaimana Gus Dur memberi ruang kepada kelompok kritis, termasuk mereka yang berbeda pandangan dengannya, seperti Amien Rais.

Namun, dalam konteks saat ini, kekuatan politik lebih banyak berorientasi pada menjaga kekuasaan, seperti terlihat dalam UU Cipta Kerja. Virdika juga menyoroti fenomena buzzer yang digunakan pemerintah untuk menciptakan ilusi suara rakyat, berbeda dengan masa Gus Dur yang mendukung kebebasan berbicara secara nyata.

Relevansi Pemikiran Gus Dur di Era Kini

Diskusi semakin hidup dengan tanggapan peserta, salah satunya Daniel Stefanus, yang mengingatkan tentang keberpihakan Gus Dur pada kelompok minoritas, seperti kasus pembelaan terhadap Laskar Hijau. Hal ini menegaskan konsistensi Gus Dur dalam membela suara-suara yang termarjinalisasi. Tanggapan dari peserta lainnya, Ilmi Najib, menyoroti isu ekologi, khususnya sikap NU terhadap penambangan. Menjawab hal ini, Savic Ali menjelaskan bahwa dalam pandangan Gus Dur, penambangan perlu diatur dengan ketat untuk menghindari eksploitasi berlebih yang menguntungkan kapitalisme semata.

Baca juga: Menyaudara Melampaui Toleransi: Menggali Jejak Gus Dur di Malang

Savic juga menegaskan bahwa perhatian Gus Dur pada Konghucu bukan karena mengesampingkan kelompok lain, tetapi karena Konghucu menjadi ekspresi yang paling terlihat terdhalimi pada masa Orde Baru. “Negara tak boleh memberangus keyakinan, meski tidak semua diakui secara resmi,” tambahnya.

Belajar dari Warisan Gus Dur

Diskusi ini menegaskan pentingnya menjaga kebebasan berbicara dan keseimbangan kekuasaan dalam demokrasi. Warisan Gus Dur mengajarkan bahwa demokrasi harus berisik, dalam arti mengakomodasi kritik dan dialog yang sehat. Gus Dur adalah simbol pemimpin yang tidak hanya berbicara, tetapi bertindak untuk prinsip keadilan dan keberpihakan pada rakyat.
Acara Haul Gus Dur ini menjadi pengingat bahwa pemikiran dan perjuangan Gus Dur tetap relevan untuk menghadapi tantangan zaman. Semangatnya dalam menjaga demokrasi dan keberpihakan pada kelompok termarjinalisasi adalah warisan yang harus terus kita pelihara.

#HaulGusDur15 #DemokrasiBerisik #OASEInstitute #KebebasanBerbicara

Diet Sehat dengan Makanan Kaya Enzim dan Antioksidan

KampusDesa.or.id–Makanan kaya enzim dan nutrisi, terutama dari buah dan sayuran segar, adalah makanan yang masih mengandung enzim pencernaan alami dan nutrisi yang relatif utuh. Contohnya, beberapa buah seperti nanas mengandung bromelain, enzim yang membantu mencerna protein dan mengurangi keluhan perut kembung. Pisang dan mangga dikenal memiliki amilase, enzim yang memecah karbohidrat menjadi gula sederhana sehingga lebih mudah diserap oleh tubuh. Sementara itu, pepaya mengandung papain, yang berperan dalam memecah protein menjadi asam amino.

Jahe mengandung enzim protease zingibain yang efektif dalam memecah protein dan merangsang produksi enzim lainnya.

Selain buah, madu juga merupakan sumber enzim seperti diastase, amilase, invertase, dan protease, yang membantu memecah karbohidrat dan protein. Jahe mengandung enzim protease zingibain yang efektif dalam memecah protein dan merangsang produksi enzim lainnya. Kimchi, makanan fermentasi yang kaya akan bakteri baik dan enzim, juga dapat meningkatkan kesehatan pencernaan dan sistem kekebalan tubuh. Sedangkan, alpukat menyumbang enzim yang mendukung pencernaan karbohidrat dan lemak, memudahkan proses penyerapan nutrisi. Makanan yang kaya nutrisi , enzim dan antioksidan dijumpai pada makanan tanpa dimasak, ini seringkali juga disebut sebagai rawfood

Kelebihan Diet tambahan Raw Food

Diet dengan cara memberikan tambahan konsumsi raw food golongan buah dan sayuran semakin populer, terutama di kalangan perempuan dan artis, karena terbukti memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Salah satu keunggulan utamanya adalah kandungan vitamin dan nutrisi yang lebih utuh. Proses memasak dapat mengurangi bahkan menghilangkan vitamin, sedangkan konsumsi makanan mentah atau setengah matang pada sayuran, memungkinkan tubuh mendapatkan nutrisi lebih lengkap. Selain itu, diet ini juga mendukung pencernaan yang lebih baik, berkat enzim alami yang masih terkandung dalam makanan mentah. Enzim-enzim ini membantu penyerapan makanan, yang pada akhirnya meningkatkan kesehatan sistem pencernaan.

Baca juga: Herbal Oil untuk Kecantikan

Enzim dalam makanan mentah, termasuk sayuran, memiliki peran penting dalam pencernaan dan kesehatan secara keseluruhan. Saat makanan mentah seperti sayuran ditambahkan ke dalam menu makan, enzim alami yang terkandung di dalamnya membantu mempercepat proses pencernaan dan meningkatkan penyerapan nutrisi.

Enzim alami dalam makanan mentah, seperti protease, lipase, dan amilase, berperan dalam memecah molekul makanan besar menjadi bentuk yang lebih kecil dan mudah diserap. Misalnya, protease membantu memecah protein menjadi asam amino, lipase memecah lemak menjadi asam lemak, dan amilase membantu memecah karbohidrat menjadi gula sederhana. Dengan adanya enzim ini, pencernaan makanan menjadi lebih efisien.

Makanan yang sudah dimasak atau diproses sering kali kehilangan enzim alami akibat suhu tinggi. Makanan jenis ini, harus memaksa tubuh bekerja lebih keras untuk memproduksi enzim pencernaan tambahan agar mudah diuraikan. Dengan menambahkan sayuran mentah yang kaya enzim kedalam menu, tubuh mendapat dukungan tambahan sehingga beban kerja sistem pencernaan berkurang.

Enzim membantu meningkatkan ketersediaan bio (bioavailabilitas) nutrisi dari makanan. Sebagai contoh, enzim pencernaan yang ada dalam sayuran mentah memungkinkan nutrisi seperti vitamin, mineral, dan antioksidan lebih mudah diserap oleh tubuh. Ini berarti nutrisi dari makanan yang kita konsumsi bisa lebih maksimal dimanfaatkan untuk kesehatan.

Enzim dari makanan mentah juga dapat membantu menjaga keseimbangan mikroflora usus. Pencernaan yang lebih baik berkat bantuan enzim akan mendorong lingkungan yang sehat bagi bakteri baik di usus, yang berkontribusi pada kesehatan pencernaan secara keseluruhan.

Baca juga: Lindungi Kulitmu Dengan Tabir Surya 

Secara umum, dengan menambahkan sayuran mentah ke dalam menu makanan, tubuh mendapatkan manfaat dari enzim alami yang memperlancar pencernaan, mengurangi beban sistem pencernaan, serta meningkatkan penyerapan nutrisi yang lebih baik untuk kesehatan dan vitalitas.

Manfaat lain dari diet raw food adalah kemampuannya dalam mengurangi risiko penyakit kronis, seperti penyakit jantung dan diabetes. Ini karena kandungan serat yang tinggi dari sayuran dan buah-buahan yang dikonsumsi secara mentah. Tak hanya itu, serat juga berperan dalam membantu proses pembakaran lemak, yang menjadikan diet ini efektif untuk melangsingkan tubuh.

Kekurangan Diet

Meskipun diet ini menawarkan banyak manfaat, ada peluang terjadi kekurangan bila mengabaikan bahan makanan lainnya. Diet rawfood golongan buah dan sayur tidak boleh totalitas itu saja, tetapi rawfood harus menjadi pelengkap dari menu karbo dan protein baik nabati maupun hewani. Jika hanya berupa sayuran dan buah maka akan kekurangan protein dan zat besi, terutama jika tidak diimbangi dengan asupan sumber protein nabati atau hewani yang cukup.

Kekurangan kalsium juga bisa menjadi masalah, karena sayuran hijau tidak menyediakan kalsium sebanyak produk susu, sehingga konsumsi sayuran harus lebih banyak. Selain itu, bahaya kontaminasi mikroorganisme seperti bakteri Salmonella dan E. Coli, serta pestisida, juga mengintai jika bahan makanan mentah tidak dipersiapkan dengan benar. Diet raw food memang memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga penting untuk mempertimbangkan asupan nutrisi secara seimbang, terutama karbohidrat kompleks dan protein, agar tubuh tetap mendapatkan gizi yang dibutuhkan. Menghilangkan karbohidrat kompleks dari makanan dapat beresiko tubuh kehilangan energi dan protein.

Dengan demikian, diet dengan tambahan Raw Food dapat menjadi pilihan yang sehat jika dilakukan dengan benar dan diimbangi dengan sumber nutrisi yang lengkap. Namun, perlu diingat bahwa setiap individu memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda-beda, sehingga sangat ideal bila konsultasi dengan ahli gizi sebelum melakukan perubahan pola makan.

Untuk memastikan nutrisi tetap tercukupi saat menjalani pola makan ini, pilihlah makanan yang beragam, seperti sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan biji-bijian, karena variasi ini merupakan sumber utama nutrisi.

Untuk memastikan nutrisi tetap tercukupi saat menjalani pola makan ini, pilihlah makanan yang beragam, seperti sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan biji-bijian, karena variasi ini merupakan sumber utama nutrisi. Selain itu, disarankan untuk menggunakan bahan makanan organik guna mengurangi risiko kontaminasi pestisida dan racun. Untuk mendapatkan nutrisi seimbang, kombinasikan makanan mentah dengan makanan yang dimasak.

Dengan mengikuti tips di atas, Anda dapat memastikan bahwa asupan vitamin dan mineral dalam diet raw food tetap terpenuhi dan mengurangi risiko kekurangan nutrisi penting.

Citations:

Sun Jin Hur, Beong Ou Lim, Eric A. Decker, D. Julian McClements, 2011, In vitro human digestion models for food applications, Food Chemistry, Volume 125, Issue 1, Pages 1-12, ISSN 0308-8146, https://doi.org/10.1016/j.foodchem.2010.08.036. (https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0308814610010241)

Haul Ke-15 Gus Dur di Pesantren Rakyat Al-Amin: Lahirkan Petisi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Malang, Kampus Desa – Dalam rangka memperingati 15 tahun wafatnya KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Gusdurian Malang Raya bekerja sama dengan Pesantren Rakyat Al-Amin Sumber Pucung menggelar acara Dialog Kebangsaan bertema “Menajamkan Nurani, Membela yang Lemah.” Acara ini merupakan refleksi atas nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan keberpihakan kepada kaum lemah yang selalu diperjuangkan oleh Gus Dur.

Baca juga: Menyaudara Melampaui Toleransi: Menggali Jejak Gus Dur di Malang

Diselenggarakan pada Minggu, 30 Desember 2024, pukul 13.30–17.00 WIB, acara ini menghadirkan tokoh-tokoh lintas agama, pejabat daerah, dan perwakilan organisasi masyarakat di Malang Raya. Beberapa tokoh penting yang hadir adalah KH. Abdullah Sam, Bhikkhu Jayamedho Thera, RP. Hemriku Suwaji, Pendeta Tamariska, dan Dr. Mohammad Mahpur. Kehadiran mereka mencerminkan pluralisme yang selalu dijunjung tinggi oleh Gus Dur.

Penampilan Budaya dan Dialog Berwawasan Kebangsaan

Acara ini dimulai dengan pertunjukan budaya, seperti Tari Sufi yang diiringi syair Tanpo Waton, Tari Gambyong, dan Tari Jaripah dari GKJW Banyuwangi. Penampilan ini menjadi simbol harmoni dalam keberagaman yang sesuai dengan semangat perjuangan Gus Dur.

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Dialog Kebangsaan membahas isu-isu aktual, termasuk penguatan toleransi, peran agama dalam membela kaum marginal, dan langkah konkret untuk menciptakan keadilan sosial. Tokoh lintas agama sepakat bahwa pentingnya menanamkan nurani yang jujur dan bersih harus menjadi pijakan dalam kehidupan berbangsa.

Baca juga: Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Petisi Bersama untuk Keberagaman

Sebagai bentuk aksi nyata, acara ini diakhiri dengan penandatanganan petisi yang menyoroti kasus-kasus penolakan pendirian tempat ibadah di Malang. Isi petisi tersebut meliputi:

  1. Menghormati hak setiap warga negara untuk memeluk agama sesuai keyakinan masing-masing.
  2. Mendorong masyarakat yang menolak pendirian tempat ibadah agar memberikan hak sesuai konstitusi.
  3. Meminta pemerintah daerah mengawal proses legalitas tempat ibadah.
  4. Mengajak ormas keagamaan menjadi penjaga moral dan nilai-nilai konstitusi.
  5. Mendorong masyarakat untuk aktif mengawasi penyelenggaraan negara demi kesejahteraan rakyat.

KH. Abdullah Sam, pimpinan Pesantren Rakyat Al-Amin, menyatakan komitmennya untuk terus mendukung keberagaman dan menanamkan nilai toleransi kepada para santri.

Penampilan tarian Bayuwangen dari Gereje Kristen Jawi Wetan Sumberpucung

Harapan untuk Bangsa

Faisol, ketua pelaksana Haul ke-15 Gus Dur, menekankan pentingnya menjaga persatuan bangsa. “Acara ini menggambarkan betapa pentingnya menajamkan nurani untuk membela yang lemah. Semoga kegiatan seperti ini terus berkembang dan memperkuat langkah pembangunan bangsa,” tuturnya.

Acara ini sukses menjadi ruang dialog inklusif, menghidupkan semangat Gus Dur dalam membangun kebangsaan yang humanis dan berkeadilan. Semangat ini diharapkan terus mengakar dalam masyarakat, menjadi fondasi untuk Indonesia yang lebih toleran dan harmonis.