• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Kuliah Terbuka

Desa Wisata Jambu: Wujud Nyata Pengelolaan Dana Desa

Nurul Aini by Nurul Aini
March 29, 2022
in Kuliah Terbuka
207 2
0
Desa Wisata Jambu: Wujud Nyata Pengelolaan Dana Desa
Share on FacebookShare on Twitter

Mengolah Dana Desa yang ratusan juta hingga miliaran menjadi tantangan baru bagi Desa. Apalagi para aparatus desa masih banyak yang bermental feodalis. Mental kerajaan yang masih mengunggulkan kepriayian dan menciptakan pola, sing penting opo jare pak Lurah. Situasi begini ini yang membawa budaya aristokratik. Lurah/Kepala Desa masih simbol kekuasaan yang belum mampu mengubah partisipasi dalam pengambilan keputusan pengembangan desa. Yah, nampaknya Desa Wisata Kebun Bibit, Desa Jambu, Pare, Kediri membuktikan jika kelahirkan desa wisata ini adalah bukti pergeseran dari gaya kepemimpinan feodalistik pemerintah desa ke partisipasi untuk melahirkan desa membangun.

Kediri, KampusDesa–Jamak di masyarakat, khususnya mereka yang usianya digolongkan sebagai pemuda atau bahkan mereka yang sudah jauh dari kata muda namun semangat hidupnya membara masih ingin berkontribusi untuk masyarakat setempat. Kendala yang banyak ditemui adalah keterbatasan informasi dan kurang diperhatikan. Bahwa sistem bottom-up seperti Musrenbang belum bisa menyeluruh, sebab hanya beberapa orang saja (yang termasuk kerabat) yang diperkenankan ikut. Padahal bisa jadi, beberapa orang itu hanya akan ber-musrenbang untuk kepentingan diri sendiri.

Khazanah ilmu ekonomi menyebutkan bahwa kelangkaan terjadi akibat sumber daya yang terbatas dan kebutuhan manusia yang tak terbatas. Nah! Konteks kebutuhan dalam hal ini tidak dibatasi melulu untuk konsumsi, melainkan kebutuhan akan pemimpin yang bertanggung jawab. Krisis pemimpin jujur menjadi konflik urgen di era ini. Tidak perlu membahas pemimpin daerah atau wakil rakyat yang akhir-akhir ini mulai menyeruak tercium “bau amis”nya.

Di lingkup desa, pemimpin yang diberi amanah mengelola dana desa saja, belum mampu/malas menyejahterakan masyarakatnya. Sedangkan dari perspektif khusnudzon, kemungkinan besar, mereka (pemimpin dan wakil masyarakat) kekurangan ide untuk mengelola dana desa.

Ini perspektif suudzon saya. Di lingkup desa, pemimpin yang diberi amanah mengelola dana desa saja, belum mampu/malas menyejahterakan masyarakatnya. Sedangkan dari perspektif khusnudzon, kemungkinan besar, mereka (pemimpin dan wakil masyarakat) kekurangan ide untuk mengelola dana desa. “Mau diapakan dana desa sebanyak ini?” Karena kekurangan ide, akhirnya mereka mudah saja memasukkan ke katong pribadi dulu.

Maka saya akan mengambil pembahasan dari sudut pandang khusnudzon. Karena kekurangan ide, pemimpin tersebut kemudian mencari ide kepada orang lain, pemuda misalnya. Berikut adalah desa yang patut dicontoh, baik dari pemimpinnya, pemudanya, juga masyarakatnya.

Wisata Kebun Bibit, Desa Jambu, Pare Kediri. Desa wisata yang dikelola secara mandiri terintegrasi dengan BUMDES dan bisa menjadi APDes alias Anggaran Pendapatan Desa. Foto : Syamsu Dhuha

Berikut adalah ulasan dalam menjawab opini saya sebelumnya, yaitu Rasionalitas dan Ekspektasi Penerapan Dana Desa.

Desa Jambu, Pare, Kediri atau biasa orang-orang menyebutnya Kebun Bibit Kediri. Kebun Bibit Kediri adalah suatu rest area yang memadukan konsep perkebunan dan restoran. Pemandangannya asri dengan pohon buah-buahan banyak tersebar. Ini hanya destinasi awal. Desa Jambu mempunyai 8 wisata edukasi antara lain, wisata edukasi, sungai sejuta ikan, gamelan, tanam padi, peternakan perah susu kambing etawa, taman baca, petik kelengkeng, taman sejuta warna, dan sungai Niagara. Semua wisata tersebut tersebar di dusun-dusun Desa Jambu. Berikut ulasan wisata yang dikembangkan melalui dana desa dan sinergi antara kepala desa dan masyarakat.

Sungai Sejuta Ikan adalah sungai kecil atau parit atau kalen (dalam bahasa jawa) yang letaknya di belakang rumah warga Dusun Kedungcangkring, Desa Jambu. Parit selebar (kira-kira) 2 meter ini dipasang jaring-jaring sepanjang 100 meter dan diisi ikan Koi, tombro, komet, dan ikan lainnya. Pengunjung bisa memberi makan ikan sambil mencelupkan kaki ke parit atau sambil mandi bersama ‘sejuta’ ikan. Adapun wisata edukasi tanam padi. Lokasinya hanya berjarak 50 meter dari sungai sejuta ikan. Namun wisata ini hanya bisa dinikmati bila berombongan minimal 20 orang. Saya yakin potensi-potensi itu ada di beberapa desa lain, namun kurang dikelola dengan baik.

Selain dua wisata di atas ada juga petik kelengkeng. Wisata petik kelengkeng ini berada di Dusun Jambu, berjarak 1 Km dari lokasi wisata sungai sejuta ikan. Lahan seluas 2 hektar ditanami 8400 pohon kelengkeng. Pengunjung bisa menikmati kelengkeng langsung dari pohonnya. Kalau mau bawa pulang buat oleh-oleh? Sangat bisa! Cukup membayar 25 ribu rupiah, 1 Kg Kelengkeng bisa disantap di rumah.

Tidak hanya pertanian dan perkebunan. Sektor peternakan pun mereka kembangkan seperti di wisata ini, yaitu peternakan perah kambing Etawa. Lokasinya hanya berjarak 100 meter dari wisata petik kelengkeng. Puluhan kambing etawa yang ditempatkan di kandang kayu yang besar dan cukup bersih. Kambing-kambing ini tampak bersih, dan siap diperah susunya. Setelah itu, susu yang diperahpun bisa di bawa pulang sebagai oleh-oleh.

Mengelola desa berpenduduk 5790 jiwa ini, tentulah bukan perkara mudah. Segalanya berawal dari tiga tahun lalu, ketika Desa Jambu hanya dikenal sebatas wisata petik buah kelengkengnya saja. Pak Agus sebagai kepala desa memiliki keinginan kuat untuk mengembangkan potensi wisata desa Jambu. Sungai Desa Jambu yang berarus deras di musim penghujan, studio gamelan milik warga, dan peternakan perah susu kambing etawa sudah ada dan sangat potensial untuk dijadikan objek wisata.

“Pengelolaan sumberdaya alam atau desa wisata ini lebih memaksimakan peranan BUMDes sebagai lembaga sosial dan lembaga komersial desa. … Lumayan lho mbak, pemasukan bersih perbulannya sekitar 11 juta dari modal awal 10 juta.

Wisata Edukasi Desa Jambu dikelola oleh masyarakat sendiri, tanpa melibatkan pihak luar dan bernaung pada Badan Usaha Milik Desa atau (BUMDes). “Pengelolaan sumberdaya alam atau desa wisata ini lebih memaksimakan peranan BUMDes sebagai lembaga sosial dan lembaga komersial desa. Dengan adanya Desa Wisata ini, tentu memberdayakan masyarakat dengan mengubah pola pikir dan perilakunya. Kesejahteraan masyarakatpun meningkat. Pendapatan dari pengunjung sebagian kembali kepada masyarakat, kemudian sisanya masuk kas desa dan menjadi pemasukan asli desa atau PADes. Lumayan lho mbak, pemasukan bersih perbulannya sekitar 11 juta dari modal awal 10 juta. Ini sebagai implemetasi nyata tulisan saya sebelumnya, yaitu Peran BUMDes Sebagai Sarana Kemandirian Ekonomi Desa.

Kesuksesan Desa Jambu menjadi destinasi wisata edukasi adalah wujud kerja keras BUMDes di bidang ekonomi dan dukungan nyata dari Dana Desa. Desa memanggil pemuda-pemudinya menjadi motor penggerak pembangunan melalui Karang Taruna maupun BUMDes. Karang Taruna yang merupakan organisasi sosial kemasyarakatan, adalah wadah dan sarana pengembangan setiap anggota masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa/kelurahan. Melalui Karang Taruna, pemuda diharapkan berkiprah di bidang usaha kesejahteraan sosial, kegiatan keagamaan, pendidikan, olah raga, kesenian, dan lain-lain.

Pengelolaan BUMDes oleh pemuda mempunyai beberapa dampak positif: membuka lapangan kerja, mengurangi tingkat pengangguran dan urbanisasi, memaksimalkan potensi desa karena pemuda memiliki kapasitas pendidikan yang tinggi, dan bersih dari kepentingan politis. Di atas adalah implemenatasi dari tulisan sebelumnya, tentang Pemuda Sebagai Informal Leader Penggerak Masyarakat Menuju Desa Lebih Baik.

Tags: BUMDesDana Desadesa wisataMusrembang
Previous Post

Agama dan Keadaban Hidup Bersama

Next Post

Liburanku Seru: Mendadak Aku Disuruh Pidato

Nurul Aini

Nurul Aini

RelatedPosts

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang
Kearifan Lokal

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

by Mohammad Mahpur
March 8, 2023
0
230

Kampusdesa.or.id--Kebutuhan mengkaji Islam untuk menguatkan pemahaman lintas agama pada studi Islamologi menghubungkan Balewiyata dengan Pesantren Ainul Yakin Unisma Malang. Tak...

Read more
Sumber photo: https://static.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/aparat-polsek-citeureup-mengamankan-bakso-daging-babi-_150201220228-436.jpg
Kuliah Desa

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

by Redaksi
February 15, 2023
0
336

Kampusdesa.or.id--Borax itu adalah garam bleng atau juga cetitet dalam dunia industri. Boraks menjadi bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik...

Read more
Mengenal Lebih Dekat Teman Tuli
Kuliah Terbuka

Mengenal Lebih Dekat Teman Tuli

by Siti Fatimah
November 25, 2022
0
103

Kampusdesa.or.id-- Kata tuna umum dipakai untuk menunjukkan keadaan disabilitas atau difabel seseorang. Orang yang tidak bisa melihat disebut tuna netra,...

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (8) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (10) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (133) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (147) Wacana (1) World (1)

Recent News

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

March 27, 2023
Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

March 8, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In