Aktualisasi Pendidikan di Era Pandemi

327
SHARES
2.5k
VIEWS

Pandemi Covid-19 telah memaksa mengubah perubahan wajah pendidikan kita dari pendidikan yang semula normal menjadi serba online, hal ini bisa kita lihat dari proses pembelajaran yang tidak lagi mengutamakan tatap muka (luring), melainkan pembelajaran jarak jauh (daring). Pembelajaran yang berbasis pada teknologi yang dilaksanakan dengan sistem daring yang memanfaatkan akses internet. Namun pada kenyataannya pembelajaran daring tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena banyak dihadapkan oleh berbagai persoalan. Seperti keterbatasan siswa dan orang tua dalam menggunakan dan mengakses media pembelajaran daring baik berupa laptop maupun smartphone, lemahnya jaringan telekomunikasi (signal), pembengkakan biaya kuota, ditambah lagi keluhan-keluhan orang tua dalam mendampingi dan mengawasi putra putrinya dalam pembelajaran daring, karena tidak semua orang tua siswa memiliki waktu luang dan latar belakang pendidikan yang tinggi.

RelatedPosts

Berbagai macam cara atau metode perlu dikreasikan untuk meningkatkan keterampilan pembelajaran jarak jauh. Misalnya dengan mengadakan program pelatihan tenaga pendidik dalam penggunaan dan pemanfaatan platform digitalisasi untuk kelancaran dalam pembelajaran jarak jauh, misalnya melalui dialog interaktif antara guru dan anak sehingga menimbulkan tingkat pemahaman anak atas materi yang baik. Dosen atau guru diharuskan untuk selalu kreatif dan inovatif dalam memberikan pembelajaran secara daring, sehingga anak-anak tidak jenuh dalam menerima pembelajaran tersebut. Bagaimana tingkat pemahaman anak atas materi-materi yang telah disampaikan secara daring, dosen atau guru juga tidak cukup hanya memiliki keterampilan teknologi dasar (seperti menggunakan komputer dan tersambung ke internet), tetapi juga pengetahuan untuk menggunakan perangkat rekaman dan perangkat lunaknya, serta metode untuk menyampaikan pelajaran tanpa interaksi tatap muka (gambar atau video visual yang unik juga menarik). Keterampilan tersebut sangat diperlukan untuk menunjang ke berlangsungan dalam menggunakan platform digital.

Selain itu, pada proses pembelajaran  selama masa pandemi covid-19 ini seharusnya tetap dapat mengakomodasi kebutuhan belajar siswa untuk mengembangkan minat dan bakat sesuai dengan jenjang pendidikannya. Hal ini bisa terwujud jika ada kerjasama dari berbagai pihak, antara guru dan peserta didik. Perlunya pemahaman kesadaran akan tugas dan tanggung jawabnya terhadap pendidikan anak inilah yang perlu digencarkan kepada setiap orang tua atau wali murid. Sehingga tugas pertama yang harus diselesaikan negara ialah menanamkan kesadaran kepada setiap orang tua akan pentingnya proses pendampingan anak dalam proses belajar, terutama di daerah pelosok desa dan di pelosok negeri, tentang pentingnya memberikan pendidikan bagi setiap anak di rumah.

Nadiem Makarim (2021), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, mengungkapkan perlu adanya empati antara guru dengan orang tua dan orang tua dengan guru. Empati baru yang dimaksudkan adalah terjalin saling pengertian bahwa guru menyadari akan pentingnya peran orang tua berkontribusi menyukseskan pendidikan anak. Selain itu, orang tua menjadi sadar betapa sesungguhnya tugas guru dalam mendidik anak anak mereka tidaklah mudah.

Di sini peran pemerintah sangatlah dibutuhukan dalam memberikan kualitas pendidikan kepada anak bangsa, karena pendidikan adalah kunci dari keberhasilan sumber daya manusia suatu Negara. Di tangan generasi muda ke depannya kita bisa menjadi maju. (Kemenkeu, 2020)

Semestinya Pemerintah di sini harus mengambil peran untuk mengupayakan keberlangsungan proses belajar, sebagaimana dapat meringankan beban masyarakat ekonomi ke bawah dengan memberikan handphone ataupun laptop kepada anak-anak yang orang tuanya kurang mampu, memberikan kuota kepada anak-anak sekolah dan memberikan dana lebih untuk kebutuhan pokok sehari-hari atas keluarga yang kurang mampu akibat dirumahkan, pemutusan hubungan kerja, pelaku UMKM yang mengalami keterpurukan dan saat ini pun nelayan bersedih karena harga ikan menurun, sementara tangkapan ikan pun menurun. Dalam memberikan dana tersebut, Pemerinah haruslah selektif, agar dana-dana tersebut dapat tepat sasaran dan efektif sampai kepada yang memang benar-benar memerlukan.

Tentu sejumlah rekayasa sosial dalam menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh di tengah pandemi covid-19 telah ditempuh. Namun dalam praktiknya kita membutuhkan banyak kreativitas dalam mengembangkan daya pikir anak. Sebagai contoh, sistem Pendidikan kita masih menggunakan metode belajar hafalan, yang di mana menurut Najwa Shihab “Ilmu jangan hanya obyek hafalan, ilmu untuk memahami dan menuntaskan persoalan

Dengan   demikian   kita   harus mampu  menyelenggarakan proses belajar yang bersifat partisipatif. Pembelajaran ini menitik beratkan pada keaktifan individu dalam mencari atau berinisiatif  belajar mandiri dan aktif dalam proses belajar. Penekanan pembelajaran bukan hanya mengajarkan sesuatu kepada peserta didik kemudian menyuruhnya mengerjakan soal agar memiliki jawaban baku yang dianggap benar oleh tutor, akan tetapi proses pembelajarannya harus menumbuhkan daya kreasi, daya nalar, rasa keingintahuan dan eksperimen untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan yang baru serta membentuk sikap dan kepribadian peserta didik

Perlunya kita menyadari bahwa anak-anak pada generasi sekarang (Gen Z), yang dimana mereka sudah sangat siap dalam merespons perkembangan zaman melalui teknologi, sehingga wajar generasi saat ini disebut sebagai generasi gadget atau generasi menunduk. Banyak hal-hal lain yang anak-anak saat ini dapatkan melalui teknologi sehingga kecakapannya dalam keilmuan non-akademik lebih mumpuni daripada keilmuan akademik. Hal itu menandakan bahwa konsep pembalajaran yang berangkat dari rasa ingin tahu dapat mendorong minat/bakat seorang anak, sehingga hal tersebut dapat terciptanya ruang aktualisasi dan kreativitas bagi anak.

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.