Toko Sejarah, Kampung Pahlawan Nasional di Kota Surabaya

325
SHARES
2.5k
VIEWS

RelatedPosts

Daya tarik wisata sejarah masih sepi peminat, nampaknya semboyan Jas Merah yang diproklamirkan Sukarno puluhan tahun silam masih jauh dalam angan. Sangat miris jika generasi bangsa sudah tidak menganggap keren sejarah dan budayanya sendiri. Maka Gembar gembor wisata nasional tak melulu soal keindahan alam, perlu juga memviralkan wisata sejarah sehingga para penerus bangsa mengerti perjuangan para pejuang. Toko sejarah di Surabaya dalam ulasan ini adalah bukti adanya kampung  para pahlawan, semoga menaikkan minat visitasi tempat bersejarah nasional.
Kampusdesa.or.id- Semua orang Indonesia tahu istilah Kota Pahlawan merupakan julukan untuk Kota Surabaya. Sejarah peristiwa lautan api penyerbuan A.W.S Jenderal Mallaby beserta tentaranya melambungkan citra arak-arek Suroboyo sebagai mercusuar kepahlawanan. Namun tak banyak orang tahu, ada banyak cerita di sudut-sudut kampung Ibu Kota provinsi tersebut, salah satunya ialah Kampung Peneleh, kampungnya para pahlawan nasional.
Toko sejarah itu memiliki jam operasional pukul 08.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Sementara waktu berkunjung ke musium Rumah H.O.S Cokroaminoto juga serupa dengan toko tersebut. Khusus di tengah pandemi saat ini, alangkah baiknya sebelum berkunjung, wisatawan diharap meng konfirmasi kehadiran terlebih dahulu kepada penjaga musium. Hal ini sebagai upaya memaksimal prokes Covid-19.
Denah musium H.O.S Cokroaminoto cukup detail, di depan musium anda akan mendapati reklame besi warna putih berisi denah bagian-bagian rumah. Di dalam bangunan juga terdapat foto-foto anggota kos tempo dulu. Meskipun telah ada sejak zaman belanda, musium itu baru diresmikan oleh Wali Kota Ibu Tri Rismaharini pada tahun 2017.
Jika kita menelusuri jalan peneleh dan berhenti di gang VII Peneleh, akan kita dapati rumah sederhana khas jawa, itulah rumah H.O.S Cokroaminoto. Banyak sumber sejarah menyebutkan bahwa di sanalah Bapak bangsa itu menerima pemuda untuk ngekos di rumah tersebut, pemuda itu di antaranya adalah Sukarno, Semaun , Muso dan Kartosuwiryo. Maka tak berlebihan jika di kampung ini lah lahirnya tiga mahdzab pergerakan Indonesia, Nasionalisme, Sosialisme dan Agama.
Sangat dekat, kira kira lima langkah dari rumah H.O.S Cokroaminoto terdapat toko buku tua. Sumber sejarah menyebutkan bahwa toko buku yang sebelumnya berfungsi sebagai percetakan kala itu merupakan milik keluarga Abdul Letif Zein. Toko buku tersebut adalah yang tertua di Surabaya  kira kira dibangun sejak tahun 1800 an.
Baca juga:
Bahaya Daring Tanpa Jeda, Digital Detox di Tengah Pandemi Covid-19 Sangat Dianjurkan.
Merdeka Belajar di Tengah COVID-19, Benarkah Anak Hanya Sebatas Burung Dalam Sangkar?
Sumber sejarah menyebutkan bahwa H.O.S Cokroaminoto merupakan tokoh islam yang dikenal sebagai Raja Jawa Tanpa Mahkota atau De Ongekroonde Van Java. Hal itu berkat perjuangan beliau membesarkan Sarikat Dagang Islam tahun 1912.
H.O.S Cokroaminoto merupakan simpatisan Muhammadiyah, begitu pula sang pemilik toko tersebut. Melalui toko buku itu beserta syiar Da’i-Da’i ajaran Muhammadiyah berkembang di Surabaya. Buku-buku tarjih Muhammadiyah, Khutbah Jum’at, souvenir, bendera dan atribut ke Muhammadiyah an lainnya tersedia di toko itu.
Hal yang menakjubkan adalah sudah tiga generasi yang meneruskan usaha toko buku peneleh itu, tentu masih dengan atribut Muhammadiyah. Sayangnya semangat turun temurun menjaga kelestarian toko sejarah tidak berbanding lurus dengan keinginan pemuda saat ini untuk menjaga monumen- monumen sejarah. Padahal Kampung peneleh sebenarnya terletak di pusat Kota Surabaya tapi entah kenapa sangat jarang turis lokal dari kalangan pemuda tertarik untuk mempelajari sejarah bangsanya sendiri khususnya sejarah kampung peneleh, kampungnya para pahlawan nasional.
Toko buku peneleh dan rumah H.O.S Cokroaminoto bukan satu satunya monumen sejarah di wilayah itu. Tidak jauh, kurang lebih 300 meter, terdapat Masjid Plampitan tempat Sang Pencerah K.H Ahmad Dahlan berdakwah. Masjid yang diperkirakan berdiri tahu 1858 itu adalah tempat Sukarno dan H.O.S Cokroaminoto ngintil pengajian K.H Ahmad Dahlan.
Inilah hal yang unik dan otentik, bagaimana tokoh-tokoh besar bangsa ditakdirkan berkumpul dalam ekosistem yang sama, mengusung gagasan besar bernama Bangsa Indonesia. Peristiwa-persitiwa semacam ini adalah ingatan sejarah yang mahal harganya, harus disadari dan digandruingi oleh angkatan muda saat ini. Jas Merah, jangan sekali kali melupakan sejarah!-Sukarno.

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.