• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Opini

Modernisasi Desa, Kebutuhan atau Peminggiran

Hasan Abdillah by Hasan Abdillah
March 30, 2022
in Opini
190 10
0
Modernisasi Desa, Kebutuhan atau Peminggiran
Share on FacebookShare on Twitter

Semenjak era kepemimpinan kabinet kerja Ir. Jokowi, nampak desa mulai mendapatkan perhatian secara masif. Beberapa terobosan dilakukan oleh pemerintah untuk terus meningkatkan kemajuan desa, di antaranya terdapat pendamping desa yang di terapkan oleh Kementrian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Dari sektor pembiayaan, anggaran pemerintah desa juga sudah mulai meningkat dan hal lainnya lagi. Faktor kerentanan (kerawanan) masyarakat desa yang memang menjadi titik sentral kemandekan juga nampak mulai berkembang, yang dulunya menggunakan alat-alat tradisional kini telah mulai menggunakan alat-alat modern.

Namun, jika berbicara soal pengentasan keterpurukan, realitas menyatakan bahwa masyarakat desa dalam skala umum masih menjadi problematika kesejahteraan yang paling utama. Di Indonesia, secara geografis hanya memeliki dua macam tipe daerah; daerah agraris dan daerah pesisir atau laut. Tanah dan laut adalah dua konteks kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia. Tak dapat dipungkiri, dua macam type ini kemudian yang menjadi tumpuan kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Masyarakat yang  berada di daerah pesisir laut mayoritas tertinggi akan berprofesi sebagai nelayan. Masyarakat yang berada di daerah agraris mayoritas tertinggi akan berprofesi sebagai petani. Dan hal ini telah menjadi sebuah tradisi turun menurun, hingga pada era saat ini.

Hal ini sebenarnya sah-sah saja, namun akan menjadi sebuah keterpurukan jika masyarakat desa hanya mengandalkan tradisi turun menurun. Sebab, era saat ini arus modernisasi yang semakin melambung, akan menggerusnya setiap saat jika masyarakat desa secara kapasitas sumber dayanya masih terbatas. Jika mengklasifikan lagi modernisasi kebanyakan lahir dari orang yang memiliki sumber daya mumpuni, sedangkan masyarakat desa lebih mengandalkan hal yang bersifat tradisional, dan tentunya dengan keyakinan turun menurun yang diwariskan oleh orangtuanya. Terlebih kondisi ini di perparah dengani perasingan pasar yang semakin bebas nan ketat, maka masyarakat tradisional secara perlahan telah termarginalisasi keberadaannya.

Dapat dilihat, perusahaan ataupun pabrik besar saat ini sudah mulai melirik tanah-tanah yang berada di daerah agraris pedesaan. Pembangunan pabrik PT. Semen Indonesia di Kendeng Rembang Jawa Timur salah satu contohnya, semua orang mengetahui bahwa pembangunan yang dilakukan akan sangat berdampak terhadap para petani di sekitarnya, dan tentunya bersifat merugikan para petani. Lagi di daerah Agraris Kota Batu, dahulu Kota ini sangat terkenal dengan buah Apelnya, namun maraknya pembangunan wisata dan Home Stay, hunia bagi para wisatawan, di Kota Batu ternyata sangat berdampak terhadap para petani Apel, sebab suhu yang semakin panas akibat pembangunan menjadikan buah Apel tak mau tumbuh dengan baik lagi. Sehingga banyak petani Apel yang kini beralih pada bentuk tanaman-tanaman lain yang hasilnya tak sebesar sewaktu menanam Apel.

Lalu, daerah pedesaan pesisir. Dr. Bagong Suyanto (Anatomi Kemiskinan:2013) mengatakan, “dibandingkan dengan daerah agraris, daerah ini umumnya merupakan kantong-kantong kemiskinan struktural yang acapkali lebih kronis. Sebagian besar masyarakat nelayan yang bertempat tinggal di daerah pesisir umumnya memiliki taraf kesejahteraan hidup sangat rendah dan tak menentu”. Tentu bagi sebagian besar nelayan hal ini telah menjadi ketentuan yang harus di terima.

Jika menelisik sedikit, lagi-lagi arus modernisasi secara tidak langsung menggerus kesejahteraan hidup masyarakat pesisir. masyarakat yang masih menggunakan peralatan melaut tradisional menghasilkan tangkapan ikan yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan peralatan modern. Belum lagi soal keterbatasan biaya dalam mengelola hasil tangkapan ikan, juga persaingan pasar yang masyarakat pesisir relatif pasrah dengan harga dari tengkulak, sebab keterbatasan sumber daya manusia untuk berani melakukan terobosan-terobosan penjualan yang dapat dikatakan rendah.

Realitas ini, sejatinya tak boleh terus menerus terjadi. Banyak fakta yang mengungkap ketimpangan ini. Tentang kebijakan pemerintah yang justru salah sasaran, tidak diterima oleh yang seharusnya berhak untuk menerimanya. Selain itu tentang program-program penanggulangan kemiskinan yang digulirkan juga hanya bagus di tingkat rencana, belum sampai pada taraf pelaksanaan. Sebenarnya hal ini sudah menjadi pandangan umum, dan mungkin dapat dikatakan krisis. Banyak anak dari seorang petani atau nelayan yang diberangkatkan untuk menimba ilmu ke luar daerahnya, namun seusai menimba ilmu mayoritas jarang yang mau kembali ke desa dan membantu mensejahterakan masyarakat desanya. Dan hal inilah sebenarnya akar persoalan yang membuat keterpurukan masyarakat pinggiran semakin berkepanjangan.

Dalam keadaan seperti ini, masyarakat kota lah yang diuntungkan. Sebab secara kondisi geografis, masyarakat kota atau lebih tepatnya saya mengatakan masyarakat modern jauh keberadaanya dengan masyarakat desa, dan mayoritas memiliki pendidikan lebih di banding masyarakat desa. Mayoritas mereka pun selalu berkumpul dengan orang yang berpendidikan pula, sehingga ketimpangan sosial pun semakin nampak terlihat. Ironisnya lagi, banyak orang tidak memahami hal ini, entah karena dasar gengsi atau sudah merasa taraf sosialnya berbeda. Sehingga untuk bersentuhan dengan masyarakat pinggiran secara langsung menjadi suatu hal yang bias.

Jika hal ini terus berkelanjutan, maka Indonesia sedang dalam kondisi pertarungan. Bukan pertarungan ideologi apalagi politik, melainkan pertarungan antara masyarakat tradisional dengan masyarakat modern. Memprihatinkan bukan? Akan semakin memprihatinkan jika seorang yang sudah memiliki tingkat keilmuan lebih, ternyata enggan kembali ke desa untuk berupaya meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat desa. Lalu siapa yang akan menang jika pertarungan ini terus berlangsung? Masyarakat modernkah? Atau masyarakat tradisional? Modern yang belum tentu jelas asalnya dari indonesia, atau tradisional yang sudah jelas asal kelahirannya dari tanah indonesia?

Batu, 17 April 2018

Tags: desadiskriminasikebijakan desakemiskinanmodernisasipasar tradisional vs toko modernpembangunanTradisional
Previous Post

Kapan Seharusnya Karir Itu Dirintis?

Next Post

Nasi Kotak Sabillah

Hasan Abdillah

Hasan Abdillah

RelatedPosts

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan
Opini

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan

by Astatik Bestari
November 24, 2022
0
24

Kampusdesa.or.id -- Pernahkan kita mendengar larangan begini, "jangan sering absen mengajar, nanti diiri guru yang lain!" Larangan ini sering  diperdengarkan...

Read more
Kawula muda  bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti
Opini

Kawula muda bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti

by Maulana Arif Muhibbin
March 30, 2022
0
212

Ini tentang musik, sifatnya yang universal terkadang mereduksi pemikiran rasional. Lantas bagaimana dengan hal yang bersifat emosional? Bisa dibilang musik...

Read more
Apakah Olimpiade Tokyo 2020 Paling Ramah Gender ? Simak Fakta Berikut
Lifestyle

Apakah Olimpiade Tokyo 2020 Paling Ramah Gender ? Simak Fakta Berikut

by Nur Aisyah Maullidah
March 25, 2022
0
204

SOBAT! YUK FLASHBACK SEJENAK KE GELARAN OLIMPIADE OLAHRAGA DUNIA TAHUN 2020. PADA MOMENT ITU TOKYO MENJADI TUAN RUMAH YANG MENYELENGGARAKAN...

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (8) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (10) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (133) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (147) Wacana (1) World (1)

Recent News

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

March 27, 2023
Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

March 8, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In