• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Opini

Isi Raport Siswa Selalu Membosankan Apapun Kurikulumnya. Mengapa?

Astatik Bestari by Astatik Bestari
March 27, 2022
in Opini
203 2
0
Isi Raport Siswa Selalu Membosankan Apapun Kurikulumnya. Mengapa?
Share on FacebookShare on Twitter

Laporan hasil belajar siswa seringkali hanya dilihat dari aspek kognisi. Aspek afeksi yang sejatinya justru mempunyai peran jauh lebih besar masih kerap dianaktirikan. Hal ini seharusnya menjadi perhatian bagi kita semua, baik orang tua, pendidik, maupun lingkungan sekolah. Apalah arti nilai angka setinggi langit jika tidak diiringi dengan akhlak yang mulia?

KampusDesa–Saya diingatkan oleh facebook bahwa empat tahun lalu saya pernah menulis status facebook begini,

“Masih berharap dan sedang mencari sekolah formal yang bisa memberi apresiasi kepada kemampuan siswa dalam mengaplikasikan ilmunya di kehidupan nyata yang nampak pada cara berakhlak mulia kepada sesamanya dan berakhalak mulia kepada Sang Khaliq melalui semangatnya untuk senang beribadah sosial dan ritual yang benar dan tepat.

Klise, melihat raport siswa yang cuma begitu-begitu saja yang dilaporkan kepada orang tua. Ya tentang nilai mata pelajaran matematika, IPA, IPS, Fiqh, al-Quran, dan lain-lain. Demikian itu sebagai tolak ukur bagi siswa, bahwa ia peringkat sekian dari sekian siswa dalam kelasnya.

Belum saya temukan report siswa yang mendefinisikan peringkat kelas siswa dengan tolak ukur yang antara lain; ia yang gemar sholat dhuha, taat pada aturan sekolah, menghormati guru, menyayangi teman dan nilai-nilai moral lainnya.

Sehingga (mungkin) akhirnya masih banyak  moral-moral yang (sedikit) mengecewakan di masyarakat dan ternyata pelakunya include insan-insan yang dulunya rangking kelas.

Pendidik dan sekolah adalah salah satu tempat bersandarnya harapan orang tua agar anak-anaknya terdidik dan akhirnya menjadi makhluk-makhluk yang rohmatan lil ‘alamin.

Sadar betul, juga realistis tidak mudah menyusun instrumet penilaian semacam itu bagi para pendidik. Namun, menyadari bahwa pendidik dan sekolah adalah salah satu tempat bersandarnya harapan orang tua agar anak-anaknya terdidik dan akhirnya menjadi makhluk-makhluk yang rohmatan lil ‘alamin. Tidakkah instrument penilaian itu akan mudah disusun? Sekali lagi dengan mengingat, membayangkan tentang harapan orang tua yang disandarkan kepada pendidk dan sekolah.

Siswa-siswa itu memang sebagian besar waktunya di luar sekolah, lebih banyak di rumah dan lingkungan sekitarnya, tapi begitu hebatnya sekolah jika ia bisa memberi konstribusi besar terhadap kebaikan moral masyarakat dengan dimulai dari mengapresiasi ibadah sosial/ akhlak siswa juga ibadah ritual mereka dalam bentuk penilaian yang terukur dalam buku laporan siswa/ raport siswa”.

Tanggapan komentar dari akun atas nama Kentar Budhojo,

Pangkalnya dari orientasi kurikulum kita yang berbasis KKNI yang diimplementasikan dalam kurikulum berbasis kompetensi, membuat anak hanya seperti robot yang diperlukan dunia kerja, butuh kemampuan kerja yang terukur, yang kebanyakan hanya menyangkut pengetahuan (K3) dan kemampuan melakukan suatu kinerja standar (K4), sementara kaitannya dengan K1 (etika moral dan agama) dan K2 (kedewasaan dalam hidup bersosial di tengah manusia lain) kurang diperhatikan, atau malah tidak diperhatikan sama sekali.

Lalu saya tanggapi dalam komentar tersebut,

Pak, apa mungkin ya dunia kerja bisa diajak bekerjasama dalam hal ini, ya agar persyaratan untuk menjadi pegawai melalui proses penilaian ahlak, dan itu menjadi persyaratan utama?

Beliau menjawab,

karena “buruh” dianggap faktor produksi, atau lebih tepat “mesin produksi” yang penting kerja … kerja … kerja, tidak perlu akhlak karena menurut New Weberian … akhlak itu malah bisa menghambat kerja sebagai homo economicum.

Tanggapan saya,

Pak, berarti sistem pendidikan kita terjajah oleh gaya kapitalis? Orientasinya materi melulu. Padahal, materi juga akan mudah diperoleh dengan beretika yang baik. Kira-kira begitu?

Warna-warni kehidupan justru di hati bukan di otak.

Beliau yang menjabat dosen salah PTN di Malang ini membalas,

Panjenengan tidak merasakan? Standardisasi pendidikan menjadikan manusia kerja hanya untuk memenuhi standard yang kuantitatif, sementara itu pendidik yang mendidik dengan hatinya untuk menyentuh hati anak didiknya yang dilakukan dengan sepenuh hati dan dengan cara yang hati-hati semakin langka karena sistemnya dibuat semuanya serba otak, serba rasional, serba logis; yang berbasis feeling dikatakan cengeng; padahal warna-warni kehidupan justru di hati bukan di otak.

Selanjutnya ada komentar dari akun atas nama Isa Ansori yang profilnya menjelaskan bahwa beliau anggota dewan pendidikan Jawa Timur. Berikut ini komentarnya,

Itu kembali kepada gurunya apakah didalam membuat indikator penilaian memasukkan variabel variabel moral dalam penilaiannya, kebanyakan guru kita dalam penilaiannya hanya melihat faktor kognisi lupa di sisi afeksi, apalagi gak pernah ada guru membuat indikator yang memuat capaian afeksi, monggo dimulai dari kita sendiri dengan membuat RPP yang partisipatif sehingga indikator afeksi juga bisa kita buat sebagai pijakan penilaian.

Dan dilanjutkan komentar beliau berikutnya setelah mendapatkan komentar balasan dari Pak Kentar Budhojo,

Karena tuntutannya seperti itu mas Isa Ansori Motivator Pendidikan.

Guru adalah profesi mulia seperti profesinya para nabi, jadi guru harus pandai pandai menyelipkan kebenaran dan ideologi pendidikan yang menjadikan murid bermartabat dan bertanggung jawab.

Jawab Pak Isa Ansori,

Inggih bapak Kentar Budhojo, tapi sebetulnya ruang kelas itu kalau dipahami sebagai ladang jihad, maka guru tidak boleh seratus persen mengikuti aturan yang tidak baik dalam penilaian, guru adalah profesi mulia seperti profesinya para nabi, jadi guru harus pandai pandai menyelipkan kebenaran dan ideologi pendidikan yang menjadikan murid bermartabat dan bertanggung jawab, saya masih berkeyakinan kalau murid dilibatkan dalam proses perencanaan pembelajaran maka dia akan menjadi anak yang bertanggung jawab.

Nah, sampai sekarangpun tetap demikiankan? Raport siswa yang diterimakan tiap akhir semester, meskipun berorientasi pada pendidikan karakter ada KI-1 sebagai pengejawantahan nilai moral, tetap rasanya garing tidak berdampak kepada hasil laku yang berubah secara signifikan.

Editor: Faatihatul Ghaybiyyah

Tags: instansikampus desakampus desa indonesiaPendidikanraportSekolahsiswa
Previous Post

Reformasi Pedagogy: Kunci Pendidikan Hadapi Revolusi Industri

Next Post

Analogi Jalan Normal vs Jalan Pintas

Astatik Bestari

Astatik Bestari

RelatedPosts

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan
Opini

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan

by Astatik Bestari
November 24, 2022
0
24

Kampusdesa.or.id -- Pernahkan kita mendengar larangan begini, "jangan sering absen mengajar, nanti diiri guru yang lain!" Larangan ini sering  diperdengarkan...

Read more
Kawula muda  bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti
Opini

Kawula muda bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti

by Maulana Arif Muhibbin
March 30, 2022
0
212

Ini tentang musik, sifatnya yang universal terkadang mereduksi pemikiran rasional. Lantas bagaimana dengan hal yang bersifat emosional? Bisa dibilang musik...

Read more
Apakah Olimpiade Tokyo 2020 Paling Ramah Gender ? Simak Fakta Berikut
Lifestyle

Apakah Olimpiade Tokyo 2020 Paling Ramah Gender ? Simak Fakta Berikut

by Nur Aisyah Maullidah
March 25, 2022
0
204

SOBAT! YUK FLASHBACK SEJENAK KE GELARAN OLIMPIADE OLAHRAGA DUNIA TAHUN 2020. PADA MOMENT ITU TOKYO MENJADI TUAN RUMAH YANG MENYELENGGARAKAN...

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (8) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (10) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (133) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (146) Wacana (1) World (1)

Recent News

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

March 8, 2023
Sumber photo: https://static.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/aparat-polsek-citeureup-mengamankan-bakso-daging-babi-_150201220228-436.jpg

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

February 15, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In