• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Uncategorized

Gerakan Menanam: Menjadi Warga Desa Sesungguhnya

Kampus Desa Indonesia by Kampus Desa Indonesia
March 30, 2022
in Uncategorized
190 12
0
Gerakan Menanam: Menjadi Warga Desa Sesungguhnya
Share on FacebookShare on Twitter

Kampus Desa News-Bangsa ini sangatlh kaya akan keaneragaman pangan, namun kekayaan alam tersebut seakan-akan tercerabut dari akar bangsa ini. Mayarakat lebih memilih untuk mendapatkan pangan secara instan, dengan membeli tanpa kemudian mau melestarikan dan membudidayakan pangan tersebut. Hal inilah yang menjadi kegelisahan Abdullah Sam, penggagas dan penggerak Pesantren Rakyat Al-Amin Sumberpucung Kabupaten Malang.

“Kalau mau sekarang ayok! Kita bisa manen terong atau bayam di belakang sana” Cak Dul menunjuk area belakang gedung PAUD pesantren rakyat. “kita bahkan bisa manen sampai satu kilo.” Ajaknya kepada peserta Tutut Desa (08/09).

Tim tutur desa yang sebagian besar mahasiswa, duduk melingkar bersama Cak Dul mendengarkan ceritanya: sayur-sayur di kebun boleh diambil semua warga yang membutuhkan. Gratis, agar warga tidak perlu risau hanya untuk makan harian.

“warga itu sebenarnya bisa mandiri, makanan nggak usah import! Meski tida memiliki lahan luas, kita bisa menggunakan polybag yang bisa kita letakkan di teras-teras rumah atau tempat sempit lainnya.” Suara Cak Dul terdengar jelas dan tegas. Menurutnya, menanam sayuran secara mandiri dapat membantu mengurangi jumlah uang belanja harian yang dikeluarkan oleh warga. Mereka bisa memasak terong, setelah mengambilnya dari polybag depan rumah yang sudah mereka rawat.

Cerita Cak Dul membawa saya mengingat beberapa bulan yang lalu, saat harga cabe dan sayuran melonjak naik. Saya yang kala itu masih mahasiswa, harus berpikir dua kali untuk mengonsumsi cabe, dengan uang lima ribu rupiah saya hanya bisa mendapatkan sekitar 15 butir cabe. Saya juga harus menghitung dengan cermat sayur apa saja yang harus saya beli, agar tidak menguras uang bulanan. Sarapan anak kos di kota begitu penuh perhitungan. Barangkali saya hidup di sini, di desa yang dikelola oleh orang-orang yang sadar bahwa kita bisa memproduksi makanan sendiri, mungkin sarapan saya akan menjadi mudah. Lebih mudah hidup di desa, dibanding di kota.

Beberapa teman saya mungkin lebih suka makanan instan seperti mi setan dibanding nasi campur. Lebih suka makan pitza dan kfc dibanding sayur. Tapi itu bukan karena mereka butuh, melainkan pengaruh kata “hits” dan gengsi yang membelit. Pada akhirnya, tiap akhir bulan, di mana dompet menjadi semakin tipis, anak-anak kos yang sebagian besar mahasiswa itu kembali ke warung. Menyapa ibu warung dengan ramah dan memesan tempe mendol atau sayur tewel.

Kami, para anak kos yang hidup di perkotaan sana benar-benar harus kembali menjadi orang desa. Hidup sederhana dengan kemampuan sendiri, bukan sok mewah mengikuti iklan-iklan tapi di waktu yang sama harus sakit kepala untuk sarapan saja. Menanam sendiri apa yang hendak kita makan, bukan membelinya di gerai-gerai modern milik perusahaan. (uus)

Tags: budaya instan vs menanamgerakan menanampemberdayaan masyarakat desapersediaan pangansayuran dan buah-buahan
Previous Post

Abdullah Sam: Dari Sesrawungan Sampai Teror Psikologi

Next Post

PBNU ala Pesantren Rakyat sebagai Pengingat Masyarakat

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Platform informasi dan literasi seputar dunia ilmu pengetahuan yang dibangun dari kearifan lokal desa. Kami juga mengembangkan pendidikan dan pembelajaran terkait dengan pengembangan sumberdaya manusia untuk mandiri, berkarya, dan berilmu pengetahuan yang berperadaban

RelatedPosts

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah
Uncategorized

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

by Sigit Priatmoko
March 27, 2023
0
204

Pemberian tugas menulis makalah kepada mahasiswa, apalagi dengan berkelompok, sepertinya harus dipikir ulang oleh dosen. Berdasarkan penelusuran saya di beberapa...

Read more
Kuliah Pakar, Kajian al-Qur’an dan Neurosains
Kuliah Terbuka

Kuliah Pakar, Kajian al-Qur’an dan Neurosains

by Kampus Desa Indonesia
September 22, 2022
0
224

Kampusdesa.or.id – Senin (1/8) telah hadir dilaksanakan Kuliah Pakar: Kajian Al-Qur’an dan Neurosains. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Universitas Al-Azhar Indonesia...

Read more
Perdamaian pun Bisa Dimulai dari Perempuan Muda
Uncategorized

Perdamaian pun Bisa Dimulai dari Perempuan Muda

by Nur Aisyah Maullidah
March 25, 2022
0
308

Apa jadinya jikalau perempuan angkat tangan dan kaki menjadi agen perdamaian untuk mencegah lahirnya generasi teroris dan radikal? Ya, tentu...

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (8) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (10) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (133) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (147) Wacana (1) World (1)

Recent News

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

March 27, 2023
Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

March 8, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In