• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Uncategorized

Virginia, Aku Mencintaimu seperti Aku Mencintai Regina dan Zakiyah

Ahmad Z. El-Hamdi by Ahmad Z. El-Hamdi
March 25, 2022
in Uncategorized
198 2
0
Virginia, Aku Mencintaimu seperti Aku Mencintai Regina dan Zakiyah
Share on FacebookShare on Twitter

Perdebatan boleh dan tidak perayaan Valentin, dipengaruhi oleh sejarah Valentin yang berkembang menjadi prasangka keagamaan. Lebih dari perdebatan tersebut, kasih sayang menjadi modal hubungan kemanusiaan yang harmoni. Apakah pelarangan tersebut akhirnya melupakan pesan kasih sayang? Valentin perlu dimaknai lebih merdeka, bukan tentang impor, apalagi diperkeras dengan sentimen agama

KampusDesa– Seperti biasa, dia langsung saja masuk rumah. Tapi hari itu terlihat ada yang lain di wajahnya. Ada semacam guratan kekhawatiran dan kebingungan. Saya menyambut dan menyapanya seperti hari-hari sebelumnya. Dia hanya melihatku dengan diam. Tampak sekali ada sesuatu yang ingin dikatakan. Bahkan saat dia duduk di sampingku, dia hanya bungkam.

“Ada apa?,” tanyaku dengan lembut. Dia tetap diam. Tapi kegalauannya akhirnya memberi tenaga padanya untuk membuka mulut dan mengeluarkan suara.

“Kita tidak boleh merayakan Valentine. Kita tidak boleh mengucapkan ‘Selamat Valentine!,” ucapnya dengan muka cemberut yang bimbang.

Aku mengusap lembut rambutnya, memeluknya dan mengujaninya dengan ciuman. Sekalipun diam, jelas sekali dia menyukainya. Biasanya dia akan memnbalas pelukanku, bahkan menyodorkan pipinya untuk mendapatkan lebih banyak ciuman dariku. Tapi hari itu, dia tampak ragu, tidak tahu harus berbuat apa dengan limpahan cinta dariku.

Aku sudah bisa menduga apa yang terjadi. Sebagai seorang ayah, aku tahu ketika anakku mengatakan sesuatu sepulang sekolah. Hampir pasti, dia baru saja mendapatkan “didikan” tertentu di sekolahan, baik dari gurunya maupun teman sekolahnya. Hari itu adalah 14 Februari, Hari Valentine. Ketika dia datang dari sekolah dan mengatakan bahwa kami tidak boleh merayakan Valentine, aku memastikan itulah didikan yang dia dapatkan di hari itu.

Aku bertanya pelan, “Mengapa kita tidak boleh merayakan Valentine?”

Dia kemudian bercerita bahwa gurunya melarang siswa-siwa untuk merayakan Valentine karena kita seharusnya menyayangi orang setiap saat, bukan hanya di Hari Valentine, dan Valentine itu bukan budaya kita. Penjelasan yang tidak sedikit pun membuatku kaget karena itulah yang biasa kita dengar.

Aku tidak meresponnya secara langsung. Aku membiarkan waktu berlalu agak lama hingga keriangan kanak-kanaknya muncul kembali. Kami kemudian bermain, bercengkerama, berpelukan, dan melakukan apa saja sebagai wujud kami saling mencintai. Seharian aku melimpahinya cinta dan kasih sayang.

Saat menjelang tidur, seperti biasa, aku memberikan sebelah lenganku untuk menjadi bantalnya, dan tanganku yang lain mengusap-usap punggungnya. Saat akrab seperti itu, aku katakan padanya:

“Virginia, kita tidak harus saling mengucap sayang, karena yang lebih penting adalah kita saling menyayangi. Kita memang harus saling menyanyangi setiap saat, tidak hanya di hari Valentine. Kita juga harus memberi cinta dan sayang kepada siapa saja setiap saat.”

Tanganku tetap mengusap punggungnya dengan lembut.

“Nah, sekarang camkan! Jika kita harus saling menyayangi setiap saat, lalu mengapa kita tidak boleh mengucap sayang di tanggal 14 Februari? Itu sama seperti kita harus mencintai mama setiap saat tanpa harus melarang peringatan Hari Ibu.” Sesekali kurasakan geliat tubuhnya.

“Valentine memang bukan budaya kita. Tapi, lihatlah apa yang melekat pada tubuh kita, barang-barang di sekitar kita, hingga kebiasaan harian kita. Apakah semua berasal dari budaya kita?

Tidak, Virginia! Dalam hidup, kita belajar dari banyak tradisi. Ambil kebaikannya dan campakkan keburukannya, tak peduli dari mana pun datangnya. Kita akan menjadi manusia yang miskin budaya jika kita hidup dengan sikap tertutup. Kita menjadi berkembang karena diperkaya melalui persentuhan dengan budaya orang lain.”

Aku tidak tahu apakah dia tidak paham atau tidak dengan penjelasanku.

“Jika yang mereka khawatirkan adalah perbuatan dosa, tak perlu Valentine untuk menemukan dosa-dosa. Ketika papa selalu mengucapkan ‘Selamat Valentine’ ke kamu setiap tanggal 14 Februari, papa hanya ingin memiliki momentum untuk memperbarui cinta dan sayang papa ke kamu. Papa mencintai kamu seperti papa mencintai kakak Regina dan mama.”

Ketika akhirnya aku berhenti bicara, aku lihat dia sudah tertidur pulas. Aku yakin dia mungkin hanya sanggup mendengar dua kalimat pertama sebelum pada akhirnya tertidur. Tidak mengapa, aku hanya ingin mendidiknya agar tidak mengharamkan kasih sayang, agar dia tumbuh dengan mencintai orang-orang di sekelilingnya.

Aku juga tidak kuat menahan kantuk. Sebelum tidur, aku berdoa: “Ya Allah, jangan jadikan anakku sebagai manusia pembenci yang bangga menyerang orang-orang yang ingin merayakan kasih sayang. Amien!”[]

Tags: 14 februarivalentine
Previous Post

Merajut Asa Di Tanah Cendrawasih (Part 1)

Next Post

Sukimin Radja (2) Jiwa Kepemimpinan yang Selaras dengan Profesinya

Ahmad Z. El-Hamdi

Ahmad Z. El-Hamdi

RelatedPosts

Kuliah Pakar, Kajian al-Qur’an dan Neurosains
Kuliah Terbuka

Kuliah Pakar, Kajian al-Qur’an dan Neurosains

by Kampus Desa Indonesia
September 22, 2022
0
224

Kampusdesa.or.id – Senin (1/8) telah hadir dilaksanakan Kuliah Pakar: Kajian Al-Qur’an dan Neurosains. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Universitas Al-Azhar Indonesia...

Read more
Perdamaian pun Bisa Dimulai dari Perempuan Muda
Uncategorized

Perdamaian pun Bisa Dimulai dari Perempuan Muda

by Nur Aisyah Maullidah
March 25, 2022
0
308

Apa jadinya jikalau perempuan angkat tangan dan kaki menjadi agen perdamaian untuk mencegah lahirnya generasi teroris dan radikal? Ya, tentu...

Read more
ISTRI  “NGLUNJAK” KARENA SUDAH MANDIRI FINANSIAL?
Opini

ISTRI “NGLUNJAK” KARENA SUDAH MANDIRI FINANSIAL?

by Nurani Soyomukti
March 25, 2022
0
205

Jika seorang perempuan sudah mandiri—punya pekerjaan dan penghasilan—dan dalam hak pemenuhan ekonomi tak tergantung pada laki-laki, bagaimanakah ketika ia menikah?...

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan

Sehat dengan Hemat Menggunakan VCO Buatan Sendiri

Bunga Kenanga berpadu VCO Bermanfaat untuk Kecantikan Kulit dan Rambut

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (7) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (9) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (131) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (146) Wacana (1) World (1)

Recent News

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

January 22, 2023
Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

January 9, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In