• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Refleksi

Mengenal Filosofi Ketupat Lebaran dari Si Mbah

Muhammad N. Hassan by Muhammad N. Hassan
May 6, 2022
in Refleksi
208 16
0
Mengenal Filosofi Ketupat Lebaran dari Si Mbah
Share on FacebookShare on Twitter

Selain cerita dari Si Mbah, banyak referensi yang menyatakan filosofi dari “Ketupat”. Ada yang membeberkan ajaran-ajaran para wali, pesan moral dari masyarakat jawa, maupun menafsirkan simbol-simbol ini dari segi pendidikan. Apapun itu, yang terpenting di balik lezatnya sepotong ketupat ternyata tersimpan filosofi yang begitu indah yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan manusia, terutamanya umat muslim. Silakan disimak ulasan dalam tulisan berikut ini.

Kampusdesa.or.id–Lebaran selalu jadi momen istimewa. Setiap lebaran selain momen kumpul keluarga, ada salah satu momen yang paling ditunggu-tunggu adalah makan opor ayam. Tidak lengkap rasanya jika opor ayam tanpa ketupat. Berkumpul bersama keluarga besar sambil menikmati hidangan yang hanya ada satu kali dalam setahun ini rasanya memang berbeda. Bisa jadi makan ketupat saat momen lebaran sudah jadi tradisi turun-temurun di Indonesia. Maka tidak heran sebagian menyebut hari raya idul fitri dengan istilah lebaran ketupat (Jawa: rioyoyo kupat/kupatan). Sampai dengan memasuki bulan syawal tradisi makan ketupat ini masih menjadi semarak di Indonesia.

Sebagai anak rantau di negeri orang, tentu saya juga tidak mau ketinggalan. Seperti menjadi hal yang wajib bisa mencicipi makan ketupat di hari lebaran, karena sudah terpatri dalam budaya Indonesia bahwa ketupat adalah bukan makanan biasa. Pokoknya harus ada di antara hidangan lainnya. Untung di sini setiap hari raya idul fitri bisa makan ketupat di Kedutaan saat acara open house di wisma nusantara. Sayangnya di masa pandemi sekarang ini momen tersebut tidak dapat saya rasakan kembali. Tentu sedih karena kangen suasana kumpul-kumpul sembari makan ketupat sebagai “tombo kangen” keluarga di rumah.

Ada hal lain yang saya kangeni jika mengingat tentang “ketupat”, yaitu almarhum kakek. Dulu sewaktu kecil, kakek saya si mbah Marzuki pernah mengajari cara membuat ketupat, dengan janur kelapa yang biasa kami beli di pasar. Saat belajar membuat ketupat, beliau juga menceritakan sejarah ketupat dan filosofi di balik ketupat ini. Setelah saya baca-baca ulasan di berbagai artikel, ternyata kurang lebih sama meski ada sedikit perbedaan atau tambahan.

Ketupat itu berasal dari masa hidup Sunan Kalijaga (ada sumber lain yang mengatakan sejak pemerintahan Demak), tepatnya di masa syiar Islam di Indonesia pada abad ke-15 hingga 16. Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai budaya sekaligus filosofi Jawa yang berbaur dengan nilai ke-Islaman. Alkulturasi budaya jawa yang dibumbuhi ajaran Islam ini sebagai bentuk media dakwah bagi Sunan Drajat. Sehingga mudah dalam menyampaikan dan mengena, buktinya masih tetap dilestarikan hingga sekarang.

Sebelum saya paparkan mengenai filosofi ketupat bagi yang belum tahu, ketupat itu berasal dari masa hidup Sunan Kalijaga (ada sumber lain yang mengatakan sejak pemerintahan Demak), tepatnya di masa syiar Islam di Indonesia pada abad ke-15 hingga 16. Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai budaya sekaligus filosofi Jawa yang berbaur dengan nilai ke-Islaman. Alkulturasi budaya jawa yang dibumbuhi ajaran Islam ini sebagai bentuk media dakwah bagi Sunan Drajat. Sehingga mudah dalam menyampaikan dan mengena, buktinya masih tetap dilestarikan hingga sekarang. Walaupun saya yakin tidak banyak yang tahu apa makna di balik ketupat ini.

Banyak yang beranggapan kata “Kupat” juga berasal dari “Ngaku Lepat”. Kata yang berasal dari bahasa Jawa ini memiliki arti “mengaku bersalah”. Jadi ketka hari raya Idul Fitri biasanya dijadikan ajang mengakui kesalahan masing-masing dan saling bermaaf-maafan.

Si mbah saya mengatakan kalau karena umumnya ketupat disajikan beserta opor ayam yang bersantan, di mana dalam pantun Jawa dikatakan “kupat santen” artinya “kulo lepat nyuwun ngapunten”. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya “saya salah, saya minta maaf”. Banyak yang beranggapan kata “Kupat” juga berasal dari “Ngaku Lepat”. Kata yang berasal dari bahasa Jawa ini memiliki arti “mengaku bersalah”. Jadi ketka hari raya Idul Fitri biasanya dijadikan ajang mengakui kesalahan masing-masing dan saling bermaaf-maafan.

Ketupat dibungkus dengan janur (daun muda krambil atau kelapa) ini juga mengandung makna yang bagus. Dulu para wali berdakwah tidak hanya menyerap bahasa masyarakat setempat, tetapi juga mengenalkan bahasa arab sebagai bahasa leluhurnya. Janur diambil dari kata “jatining nur” yang dijadikan lambang cahaya hati nurani.

Bentuk ketupat yang balok segiempat ini juga mengandung pesan. Pada masa Islam, Sunan Kalijaga memberikan sentuhan makna lain. Empat sisi ketupat direpresentasikan dengan Lebaran, Luberan, Leburan dan Laburan. Semua ini berhubungan dengan sikap manusia. Lebaran berarti pintu ampun yang dibuka lebar terhadap kesalahan orang lain. Luberan berarti melimpahi, memberi sedekah pada orang yang membutuhkan. Leburan berarti melebur dosa yang dilalui selama satu tahun. Adapun, Laburan yakni menyucikan diri, bersih kembali layaknya bayi tanpa dosa.

Adapun versi lain menafsirkan bahwa anyaman janur melambangkan tali silaturahmi. Pola anyaman yang rapi melambangkan kesempurnaan. Beras menggambarkan nafsu duniawi dan yang terakhir isi ketupat berwarna putih mencerminkan kesucian hati. Rupanya selain lezat, di balik sepotong ketupat tersimpan filosofi yang begitu indah yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan manusia, terutamanya umat muslim.

Beda halnya menurut Idirs Apandi (2017), ketupat bukan hanya sekedar menu wajib lebaran, tetapi jika ditelaah dari konteks pendidikan, ada tujuh pesan moral  yang dapat dijadikan pelajaran di antaranya kebersihan, kebaikan, penuh perhitungan, proporsionalitas, persatuan, keindahan, dan sinergi. Berdasarkan kepada uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ketupat bukan hanya makanan yang enak dinikmati pada saat lebaran, tetapi memberikan sejumlah pesan moral untuk meningkatkan kualitas diri bagi manusia yang berpikir.

Apa daya saya yang jauh dari rumah, tidak bisa menikmati hidangan spesial ini. Hanya bisa memasang muka pengen sambil menyanyikan lagu “Ketupat Lebaran” sebagai berikut:
…
Nana nanan nana
Ketupat lebaran
Nana nanan nana
Ketupat lebaran
Ketupat lebaran dengan sayap opor ayam
Disantap sepulang dari shalat idul fitri
Untuk kakek dan nenek tetangga sahabat
Senangnya…
(Tasya, 2000)

Wallahua’lam.

Tags: filosofi ketupathariraya ketupatidul fitri 1441 Hketupatketupat lebaranlebaran
Previous Post

Menuju Guru Profesional

Next Post

Buya Syafii: Sosok Negarawan Kosmopolitan

Muhammad N. Hassan

Muhammad N. Hassan

RelatedPosts

“Matur Nuwun”, Ungkapan Sederhana Namun Bermakna
Opini

“Matur Nuwun”, Ungkapan Sederhana Namun Bermakna

by Repan Purba
March 29, 2022
0
234

Matur Nuwun adalah salah satu ungkapan yang sangat akrab di telinga masyarakat Jawa. Matur nuwun artinya adalah terima kasih. Ungkapan...

Read more
Kemerdekaan dan Kebebasan
Refleksi

Kemerdekaan dan Kebebasan

by Nurani Soyomukti
March 25, 2022
0
200

Kemerdekaan mutlak menjadi pengalaman personal. Kata itu tidak semata sebuah semangat merdeka dari penjajahan dan pertanda kemerdekaan bangsa yang dirayakan...

Read more
Motivasi Sukses dan Dewasa Menyikapi Kegagalan
Psikologi Hari Ini

Motivasi Sukses dan Dewasa Menyikapi Kegagalan

by Nangimatur Rofingah
March 24, 2022
0
205

Usia dewasa ditandai dengan kemandiri. Itu artinya seseorang bisa disebut sukses, meski kadarnya berbeda-beda. Ada yang selalu terjebak dalam kegagalan....

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan

Sehat dengan Hemat Menggunakan VCO Buatan Sendiri

Bunga Kenanga berpadu VCO Bermanfaat untuk Kecantikan Kulit dan Rambut

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (7) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (9) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (131) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (146) Wacana (1) World (1)

Recent News

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

January 22, 2023
Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

January 9, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In