Rabu, Oktober 8, 2025
Google search engine
Beranda blog Halaman 2

Haul Gus Dur Ke-15: Dialog Kebangsaan di GKJW Lawang

0

Kampusdesa.or.id–Gusdurian Malang Raya bekerja sama dengan Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Lawang baru saja mengadakan Dialog Kebangsaan memperingati Haul ke-15 KH Abdurrahman Wahid, atau yang akrab disapa Gus Dur. Acara yang berlangsung pada Minggu, 23 Februari 2025, di gedung GKJW Jemaat Lawang, Desa Kalirejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, ini mengangkat tema “Endahing Saduluran, Menajamkan Nurani Membela yang Lemah”

Baca juga: Haul Ke-15 Gus Dur di Pesantren Rakyat Al-Amin: Lahirkan Petisi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Merajut Kebersamaan dalam Keberagaman

Dialog Kebangsaan ini bertujuan untuk menghidupkan kembali semangat kebangsaan yang inklusif dan humanis, sejalan dengan nilai-nilai yang diperjuangkan oleh Gus Dur. Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh agama, pejabat pemerintah daerah, dan perwakilan organisasi kemasyarakatan di Malang Raya dan sekitarnya. Partisipasi dari Koordinator Garuda Malang, Muspika Lawang, umat Buddha, Penghayat, Baha’i, umat Muslim, umat Hindu, komunitas Arela, GP Ansor Lawang, GKA Immanuel, GPIB Pelangi Kasih, mahasiswa Universitas Yudharta Pasuruan, serta warga GKJW Lawang dan Kelurahan Kalirejo, mencerminkan semangat pluralisme yang selalu dijunjung tinggi oleh Gus Dur.

Acara ini juga dimeriahkan dengan penampilan tari topeng oleh Avrel, salah satu pemuda GKJW Lawang, yang menambah kekayaan budaya dalam peringatan tersebut.

Menajamkan Nurani untuk Membela Kaum Lemah

Diskusi dalam dialog ini dipandu oleh Pendeta Gideon H. Buono sebagai moderator, membahas berbagai isu aktual yang relevan dengan tema. Topik yang diangkat antara lain pandangan berbagai tokoh agama terhadap Gus Dur, penguatan nilai-nilai kemanusiaan dan toleransi di masyarakat, peran agama dan organisasi kemasyarakatan dalam membela kaum lemah dan marginal, serta langkah konkret untuk mewujudkan keadilan sosial. Selain itu, pentingnya menanamkan nurani yang bersih dan jujur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara juga menjadi fokus pembahasan.

Baca juga: Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Dr. Mahpur menekankan bahwa Haul Gus Dur ke-15 ini menjadi momentum untuk meneguhkan kembali tanggung jawab atas pekerjaan dan kegiatan di wilayah masing-masing. Pendeta Sevi Niasari menyoroti tantangan dalam membangun persaudaraan lintas iman, seperti prasangka dan ketakutan akan penolakan, termasuk yang berkaitan dengan gender. Sementara itu, Gus Najib mengajak semua pihak untuk berani mengambil langkah mengatasi rasa takut terhadap perbedaan. Gus Aan Anshori menegaskan pentingnya keberanian dalam menjalin persaudaraan tanpa memandang perbedaan, serta memanusiakan sesama.

Acara ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh perwakilan tokoh agama, antara lain Habib Achmad Hasan mewakili umat Muslim, Drs. Sa’ib Kundjosasmito S.Kar mewakili Penghayat, Pendeta Jhonatan mewakili umat Kristen, Ibu Rahayu mewakili Baha’i, dan Bante Samanera mewakili umat Buddha. Doa bersama ini dilanjutkan dengan menyanyikan lagu “Endahing Saduluran” sebagai penutup, mencerminkan semangat persaudaraan dan kebersamaan dalam keberagaman.

Melalui peringatan Haul Gus Dur ke-15 ini, diharapkan masyarakat Indonesia, dan khususnya Malang Raya, semakin memperhatikan isu keberagaman agama dan menanamkan nilai toleransi antar sesama. Berbagai tokoh yang hadir menyatakan dukungan dan semangat untuk terus memperjuangkan keberagaman dan toleransi di Nusantara. Acara diakhiri dengan ramah tamah dan menikmati hidangan yang disediakan oleh GKJW Lawang, mempererat tali silaturahmi antar peserta.

Patuwen Kopi, Setetes Tinta Sejarah dalam Festival Kopi 2025 GKJW

Kampusdesa.or.id–Festival Kopi 2025 dengan istilah Patuwen Kopi, yang digelar di GKJW Jemaat Sengkaling pada 15-16 Februari 2025 resmi berakhir. Acara ini menjadi ajang silaturahmi sekaligus pemberdayaan petani kopi yang tergabung dalam Patuwen Kopi. Dengan konsep yang lebih matang, festival tahun ini menghadirkan pengalaman yang lebih guyub dan interaktif bagi pengunjung.

Mengapa Festival Kopi 2025 Digelar di Kota Malang?

Setelah dua kali penyelenggaraan di Surabaya, kali ini Festival Kopi digelar di Malang dengan beberapa alasan utama:

  1. Aspirasi petani kopi dari Malang yang ingin berpartisipasi lebih aktif.
  2. Lokasi strategis di GKJW Jemaat Sengkaling yang mudah diakses oleh jemaat lain.
  3. Dukungan SDM dari warga jemaat yang memiliki kapasitas budaya dalam penyelenggaraan acara.

Baca juga: Roasting Kopi dan Secangkir Kopi Bagi Petani Kopi

Pemilihan tempat ini juga memperkuat komitmen Patuwen Kopi dalam membangun jejaring ekonomi berbasis komunitas.

Format Festival Kopi yang Lebih Interaktif

Jika sebelumnya sarasehan kopi, cupping coffee, dan bazar berlangsung bersamaan, kali ini penyelenggara mengatur ulang konsepnya:

  • Sarasehan digelar Minggu pagi, sehingga petani dan pengunjung bisa lebih fokus pada diskusi.
  • Sabtu malam dipenuhi dengan hiburan live music, bazar kopi, dan sesi interaksi pengunjung dengan petani kopi.
  • Tim Patuwen Kopi semakin profesional dengan dukungan admin penjualan, seperti Mas Anang dan Mbak Margaretha, yang memastikan kelancaran distribusi produk.

Pengunjung yang hadir pun dimanjakan dengan sajian kopi gratis, aneka kuliner dari stand UMKM, serta hiburan dari grup musik lokal. MC acara bahkan berkeliling mengenalkan produk-produk unggulan secara langsung.

Patuwen Kopi: Gerakan Ekonomi Berbasis Komunitas

Gagasan utama dari Patuwen Kopi adalah membangun ekosistem ekonomi berbasis komunitas dengan prinsip “sinau bareng”. Seperti yang disampaikan oleh Pdt. Em. Dr. Suwignyo, pemberdayaan ekonomi gereja bukan hal baru, tetapi kali ini dilakukan dengan lebih terstruktur dan berorientasi pada penguatan kelompok tani.

Baca juga: Menanam Bibit Kopi, Menanam Pengharapan Hidup

Lho yang dulu-dulu kok enggak seperti ini?,” ujar beliau. “Ya, mungkin sekaranglah Kairos-nya. Saatnya kita membangun sistem yang lebih kuat dengan mengorganisasi petani kopi dalam kelompok tani.”

Komitmen ini juga mendapat dukungan akademisi. Prof. Dr. Setyono Yudo Tyasmoro dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya menekankan pentingnya pendampingan dan penguatan kelembagaan kelompok tani agar program ini berkelanjutan.

Selain itu, Pdt. Prof. Dr. Gerrit Singgih dari Universitas Kristen Duta Wacana melihat Patuwen Kopi sebagai sarana membangun relasi lintas agama, mengingat banyak petani yang berasal dari latar belakang berbeda.

Patuwen Kopi Menuju Entitas Kelembagaan

Festival Kopi 2025 bukan sekadar perayaan, tetapi menjadi bagian dari perjalanan Patuwen Kopi menuju entitas kelembagaan yang lebih mapan. Jika sebelumnya gerakan ini hanya berupa program, kini perlahan berkembang menjadi sistem yang lebih terorganisir dengan skema pemasaran, edukasi, dan distribusi yang lebih baik.

Seiring berjalannya waktu, Festival Kopi menjadi setetes tinta sejarah dalam perjalanan Patuwen Kopi untuk membangun kemandirian ekonomi warga.

Menyatukan SDM Kopi

Festival Kopi 2025 bukan hanya sekadar acara tahunan, tetapi momen penting dalam perjalanan pemberdayaan ekonomi berbasis komunitas. Melalui Patuwen Kopi, petani kopi, akademisi, dan komunitas gereja bersatu untuk membangun sistem yang lebih berkelanjutan.

Bagi Anda yang ingin mendukung gerakan ini, ikuti terus perkembangannya di Kampus Desa dan media sosial kami!

#FestivalKopi2025 #PatuwenKopi #PetaniKopiMalang #JemaatSengkaling #KopiNusantara #BazarKopi #SarasehanKopi #GerejaKristenJawiWetan #PemberdayaanEkonomi #KampusDesa

Gus Dur: Sang Demokrat Visioner dan Penjaga Kebebasan

0

Malang, Kampusdesa.or.id – Dalam rangka memperingati Haul Gus Dur ke-15, OASE Institute Kota Malang menggelar diskusi yang penuh makna di Oase Caffe pada Selasa, 14 Januari 2025. Acara ini menghadirkan dua narasumber inspiratif, Savic Ali, salah satu Ketua PBNU dan Founder Islami.co, serta Virdika Rizky Utama, penulis buku Menjerat Gus Dur. Diskusi ini menjadi ruang refleksi mendalam tentang warisan pemikiran Gus Dur dalam demokrasi, kebebasan berekspresi, hingga prinsip keadilan.

Savic Ali menyoroti bagaimana Gus Dur menjunjung tinggi kebebasan berbicara dan berekspresi. Contohnya, pembelaan Gus Dur terhadap Inul Daratista yang kala itu menuai kontroversi atas gaya panggungnya. Gus Dur menilai bahwa kebebasan berekspresi adalah hak setiap warga negara, meski tak selalu berarti menyetujui tindakannya. Gus Dur juga dikenal sebagai pemimpin berani, yang dengan lantang membela hak-hak masyarakat tertindas, seperti kasus Kedung Ombo. “Gus Dur tidak mengatur pikiran orang, tetapi membuka ruang pendidikan dan dialog,” ujar Savic.

Baca juga: Haul Ke-15 Gus Dur di Pesantren Rakyat Al-Amin: Lahirkan Petisi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Gus Dur dan Prinsip Politik Berbasis Civil Society

Virdika Rizky Utama memberikan perspektif yang menegaskan keberanian Gus Dur dalam politik. Ia menceritakan bagaimana Gus Dur memilih untuk diimpeach daripada menyerahkan kekuasaan kepada pihak yang hanya ingin mempertahankan kekuasaan. “Gus Dur menciptakan politik keseimbangan berbasis suara masyarakat, berbeda dengan situasi hari ini yang lebih menyerupai Orde Baru,” ungkap Virdika. Ia menyoroti bagaimana Gus Dur memberi ruang kepada kelompok kritis, termasuk mereka yang berbeda pandangan dengannya, seperti Amien Rais.

Namun, dalam konteks saat ini, kekuatan politik lebih banyak berorientasi pada menjaga kekuasaan, seperti terlihat dalam UU Cipta Kerja. Virdika juga menyoroti fenomena buzzer yang digunakan pemerintah untuk menciptakan ilusi suara rakyat, berbeda dengan masa Gus Dur yang mendukung kebebasan berbicara secara nyata.

Relevansi Pemikiran Gus Dur di Era Kini

Diskusi semakin hidup dengan tanggapan peserta, salah satunya Daniel Stefanus, yang mengingatkan tentang keberpihakan Gus Dur pada kelompok minoritas, seperti kasus pembelaan terhadap Laskar Hijau. Hal ini menegaskan konsistensi Gus Dur dalam membela suara-suara yang termarjinalisasi. Tanggapan dari peserta lainnya, Ilmi Najib, menyoroti isu ekologi, khususnya sikap NU terhadap penambangan. Menjawab hal ini, Savic Ali menjelaskan bahwa dalam pandangan Gus Dur, penambangan perlu diatur dengan ketat untuk menghindari eksploitasi berlebih yang menguntungkan kapitalisme semata.

Baca juga: Menyaudara Melampaui Toleransi: Menggali Jejak Gus Dur di Malang

Savic juga menegaskan bahwa perhatian Gus Dur pada Konghucu bukan karena mengesampingkan kelompok lain, tetapi karena Konghucu menjadi ekspresi yang paling terlihat terdhalimi pada masa Orde Baru. “Negara tak boleh memberangus keyakinan, meski tidak semua diakui secara resmi,” tambahnya.

Belajar dari Warisan Gus Dur

Diskusi ini menegaskan pentingnya menjaga kebebasan berbicara dan keseimbangan kekuasaan dalam demokrasi. Warisan Gus Dur mengajarkan bahwa demokrasi harus berisik, dalam arti mengakomodasi kritik dan dialog yang sehat. Gus Dur adalah simbol pemimpin yang tidak hanya berbicara, tetapi bertindak untuk prinsip keadilan dan keberpihakan pada rakyat.
Acara Haul Gus Dur ini menjadi pengingat bahwa pemikiran dan perjuangan Gus Dur tetap relevan untuk menghadapi tantangan zaman. Semangatnya dalam menjaga demokrasi dan keberpihakan pada kelompok termarjinalisasi adalah warisan yang harus terus kita pelihara.

#HaulGusDur15 #DemokrasiBerisik #OASEInstitute #KebebasanBerbicara

Diet Sehat dengan Makanan Kaya Enzim dan Antioksidan

KampusDesa.or.id–Makanan kaya enzim dan nutrisi, terutama dari buah dan sayuran segar, adalah makanan yang masih mengandung enzim pencernaan alami dan nutrisi yang relatif utuh. Contohnya, beberapa buah seperti nanas mengandung bromelain, enzim yang membantu mencerna protein dan mengurangi keluhan perut kembung. Pisang dan mangga dikenal memiliki amilase, enzim yang memecah karbohidrat menjadi gula sederhana sehingga lebih mudah diserap oleh tubuh. Sementara itu, pepaya mengandung papain, yang berperan dalam memecah protein menjadi asam amino.

Jahe mengandung enzim protease zingibain yang efektif dalam memecah protein dan merangsang produksi enzim lainnya.

Selain buah, madu juga merupakan sumber enzim seperti diastase, amilase, invertase, dan protease, yang membantu memecah karbohidrat dan protein. Jahe mengandung enzim protease zingibain yang efektif dalam memecah protein dan merangsang produksi enzim lainnya. Kimchi, makanan fermentasi yang kaya akan bakteri baik dan enzim, juga dapat meningkatkan kesehatan pencernaan dan sistem kekebalan tubuh. Sedangkan, alpukat menyumbang enzim yang mendukung pencernaan karbohidrat dan lemak, memudahkan proses penyerapan nutrisi. Makanan yang kaya nutrisi , enzim dan antioksidan dijumpai pada makanan tanpa dimasak, ini seringkali juga disebut sebagai rawfood

Kelebihan Diet tambahan Raw Food

Diet dengan cara memberikan tambahan konsumsi raw food golongan buah dan sayuran semakin populer, terutama di kalangan perempuan dan artis, karena terbukti memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Salah satu keunggulan utamanya adalah kandungan vitamin dan nutrisi yang lebih utuh. Proses memasak dapat mengurangi bahkan menghilangkan vitamin, sedangkan konsumsi makanan mentah atau setengah matang pada sayuran, memungkinkan tubuh mendapatkan nutrisi lebih lengkap. Selain itu, diet ini juga mendukung pencernaan yang lebih baik, berkat enzim alami yang masih terkandung dalam makanan mentah. Enzim-enzim ini membantu penyerapan makanan, yang pada akhirnya meningkatkan kesehatan sistem pencernaan.

Baca juga: Herbal Oil untuk Kecantikan

Enzim dalam makanan mentah, termasuk sayuran, memiliki peran penting dalam pencernaan dan kesehatan secara keseluruhan. Saat makanan mentah seperti sayuran ditambahkan ke dalam menu makan, enzim alami yang terkandung di dalamnya membantu mempercepat proses pencernaan dan meningkatkan penyerapan nutrisi.

Enzim alami dalam makanan mentah, seperti protease, lipase, dan amilase, berperan dalam memecah molekul makanan besar menjadi bentuk yang lebih kecil dan mudah diserap. Misalnya, protease membantu memecah protein menjadi asam amino, lipase memecah lemak menjadi asam lemak, dan amilase membantu memecah karbohidrat menjadi gula sederhana. Dengan adanya enzim ini, pencernaan makanan menjadi lebih efisien.

Makanan yang sudah dimasak atau diproses sering kali kehilangan enzim alami akibat suhu tinggi. Makanan jenis ini, harus memaksa tubuh bekerja lebih keras untuk memproduksi enzim pencernaan tambahan agar mudah diuraikan. Dengan menambahkan sayuran mentah yang kaya enzim kedalam menu, tubuh mendapat dukungan tambahan sehingga beban kerja sistem pencernaan berkurang.

Enzim membantu meningkatkan ketersediaan bio (bioavailabilitas) nutrisi dari makanan. Sebagai contoh, enzim pencernaan yang ada dalam sayuran mentah memungkinkan nutrisi seperti vitamin, mineral, dan antioksidan lebih mudah diserap oleh tubuh. Ini berarti nutrisi dari makanan yang kita konsumsi bisa lebih maksimal dimanfaatkan untuk kesehatan.

Enzim dari makanan mentah juga dapat membantu menjaga keseimbangan mikroflora usus. Pencernaan yang lebih baik berkat bantuan enzim akan mendorong lingkungan yang sehat bagi bakteri baik di usus, yang berkontribusi pada kesehatan pencernaan secara keseluruhan.

Baca juga: Lindungi Kulitmu Dengan Tabir Surya 

Secara umum, dengan menambahkan sayuran mentah ke dalam menu makanan, tubuh mendapatkan manfaat dari enzim alami yang memperlancar pencernaan, mengurangi beban sistem pencernaan, serta meningkatkan penyerapan nutrisi yang lebih baik untuk kesehatan dan vitalitas.

Manfaat lain dari diet raw food adalah kemampuannya dalam mengurangi risiko penyakit kronis, seperti penyakit jantung dan diabetes. Ini karena kandungan serat yang tinggi dari sayuran dan buah-buahan yang dikonsumsi secara mentah. Tak hanya itu, serat juga berperan dalam membantu proses pembakaran lemak, yang menjadikan diet ini efektif untuk melangsingkan tubuh.

Kekurangan Diet

Meskipun diet ini menawarkan banyak manfaat, ada peluang terjadi kekurangan bila mengabaikan bahan makanan lainnya. Diet rawfood golongan buah dan sayur tidak boleh totalitas itu saja, tetapi rawfood harus menjadi pelengkap dari menu karbo dan protein baik nabati maupun hewani. Jika hanya berupa sayuran dan buah maka akan kekurangan protein dan zat besi, terutama jika tidak diimbangi dengan asupan sumber protein nabati atau hewani yang cukup.

Kekurangan kalsium juga bisa menjadi masalah, karena sayuran hijau tidak menyediakan kalsium sebanyak produk susu, sehingga konsumsi sayuran harus lebih banyak. Selain itu, bahaya kontaminasi mikroorganisme seperti bakteri Salmonella dan E. Coli, serta pestisida, juga mengintai jika bahan makanan mentah tidak dipersiapkan dengan benar. Diet raw food memang memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga penting untuk mempertimbangkan asupan nutrisi secara seimbang, terutama karbohidrat kompleks dan protein, agar tubuh tetap mendapatkan gizi yang dibutuhkan. Menghilangkan karbohidrat kompleks dari makanan dapat beresiko tubuh kehilangan energi dan protein.

Dengan demikian, diet dengan tambahan Raw Food dapat menjadi pilihan yang sehat jika dilakukan dengan benar dan diimbangi dengan sumber nutrisi yang lengkap. Namun, perlu diingat bahwa setiap individu memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda-beda, sehingga sangat ideal bila konsultasi dengan ahli gizi sebelum melakukan perubahan pola makan.

Untuk memastikan nutrisi tetap tercukupi saat menjalani pola makan ini, pilihlah makanan yang beragam, seperti sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan biji-bijian, karena variasi ini merupakan sumber utama nutrisi.

Untuk memastikan nutrisi tetap tercukupi saat menjalani pola makan ini, pilihlah makanan yang beragam, seperti sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan biji-bijian, karena variasi ini merupakan sumber utama nutrisi. Selain itu, disarankan untuk menggunakan bahan makanan organik guna mengurangi risiko kontaminasi pestisida dan racun. Untuk mendapatkan nutrisi seimbang, kombinasikan makanan mentah dengan makanan yang dimasak.

Dengan mengikuti tips di atas, Anda dapat memastikan bahwa asupan vitamin dan mineral dalam diet raw food tetap terpenuhi dan mengurangi risiko kekurangan nutrisi penting.

Citations:

Sun Jin Hur, Beong Ou Lim, Eric A. Decker, D. Julian McClements, 2011, In vitro human digestion models for food applications, Food Chemistry, Volume 125, Issue 1, Pages 1-12, ISSN 0308-8146, https://doi.org/10.1016/j.foodchem.2010.08.036. (https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0308814610010241)

Haul Ke-15 Gus Dur di Pesantren Rakyat Al-Amin: Lahirkan Petisi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Malang, Kampus Desa – Dalam rangka memperingati 15 tahun wafatnya KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Gusdurian Malang Raya bekerja sama dengan Pesantren Rakyat Al-Amin Sumber Pucung menggelar acara Dialog Kebangsaan bertema “Menajamkan Nurani, Membela yang Lemah.” Acara ini merupakan refleksi atas nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan keberpihakan kepada kaum lemah yang selalu diperjuangkan oleh Gus Dur.

Baca juga: Menyaudara Melampaui Toleransi: Menggali Jejak Gus Dur di Malang

Diselenggarakan pada Minggu, 30 Desember 2024, pukul 13.30–17.00 WIB, acara ini menghadirkan tokoh-tokoh lintas agama, pejabat daerah, dan perwakilan organisasi masyarakat di Malang Raya. Beberapa tokoh penting yang hadir adalah KH. Abdullah Sam, Bhikkhu Jayamedho Thera, RP. Hemriku Suwaji, Pendeta Tamariska, dan Dr. Mohammad Mahpur. Kehadiran mereka mencerminkan pluralisme yang selalu dijunjung tinggi oleh Gus Dur.

Penampilan Budaya dan Dialog Berwawasan Kebangsaan

Acara ini dimulai dengan pertunjukan budaya, seperti Tari Sufi yang diiringi syair Tanpo Waton, Tari Gambyong, dan Tari Jaripah dari GKJW Banyuwangi. Penampilan ini menjadi simbol harmoni dalam keberagaman yang sesuai dengan semangat perjuangan Gus Dur.

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Dialog Kebangsaan membahas isu-isu aktual, termasuk penguatan toleransi, peran agama dalam membela kaum marginal, dan langkah konkret untuk menciptakan keadilan sosial. Tokoh lintas agama sepakat bahwa pentingnya menanamkan nurani yang jujur dan bersih harus menjadi pijakan dalam kehidupan berbangsa.

Baca juga: Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Petisi Bersama untuk Keberagaman

Sebagai bentuk aksi nyata, acara ini diakhiri dengan penandatanganan petisi yang menyoroti kasus-kasus penolakan pendirian tempat ibadah di Malang. Isi petisi tersebut meliputi:

  1. Menghormati hak setiap warga negara untuk memeluk agama sesuai keyakinan masing-masing.
  2. Mendorong masyarakat yang menolak pendirian tempat ibadah agar memberikan hak sesuai konstitusi.
  3. Meminta pemerintah daerah mengawal proses legalitas tempat ibadah.
  4. Mengajak ormas keagamaan menjadi penjaga moral dan nilai-nilai konstitusi.
  5. Mendorong masyarakat untuk aktif mengawasi penyelenggaraan negara demi kesejahteraan rakyat.

KH. Abdullah Sam, pimpinan Pesantren Rakyat Al-Amin, menyatakan komitmennya untuk terus mendukung keberagaman dan menanamkan nilai toleransi kepada para santri.

Penampilan tarian Bayuwangen dari Gereje Kristen Jawi Wetan Sumberpucung

Harapan untuk Bangsa

Faisol, ketua pelaksana Haul ke-15 Gus Dur, menekankan pentingnya menjaga persatuan bangsa. “Acara ini menggambarkan betapa pentingnya menajamkan nurani untuk membela yang lemah. Semoga kegiatan seperti ini terus berkembang dan memperkuat langkah pembangunan bangsa,” tuturnya.

Acara ini sukses menjadi ruang dialog inklusif, menghidupkan semangat Gus Dur dalam membangun kebangsaan yang humanis dan berkeadilan. Semangat ini diharapkan terus mengakar dalam masyarakat, menjadi fondasi untuk Indonesia yang lebih toleran dan harmonis.

Menjadi Pengusaha; Memantik Energi dari dalam Perusahaan

KampusDesa, Malang–Pengalaman menjadi pengusaha perlu mengubah mindset jika ingin meningkatkan peluang dan mengubah kemajuan. Magang Pemuda Desa ke-2 Kampus Desa Indonesia, bekerjasama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia menjadi jalan belajar mengubah mindset bagi bisnis rintisan pewirausaha muda yang ingin segera bertindak memulai wirausaha.

Secara psikologis, magang (internship), menjembatani dua pengalaman yang berbeda tidak semata tentang kerja teknis. Ketika dua pengalaman berinteraksi, secara kognitif terjadi pergeseran pengetahuan dan informasi yang nyambung. Proses tersebut terjadi oleh karena pengalaman memandu kognisi seseorang sehingga pengetahuan terbentuk berdasarkan proses dan kejadian khusus. Meskipun sama-sama sebagai pelaku usaha sejenis, dua pengalaman berbeda menyatu dalam aktifitas. Ada keistimewaannya, yakni setiap orang diajak terbuka dan saling belajar. Hubungan timbal balik saling menguntung terjadi. Magang menjadi stimulus orang agar terbuka, bertukar sudut pandang, bekerjasama dalam aktifitas yang menyatu sehingga perubahan mindset lebih mudah. Magang bukan semata tentang mendapatkan pengalaman kerja teknis, tetapi mengubah dan bertukar sudut pandang.

Menghidupi Kolaborasi dan Otentisitas Usaha

Magang Mitra. Ada dua macam magang bagi para pewirausaha muda Kampus Desa Idonesia. Magang mitra dan mandiri. Magang mitra berkonsep memberikan akses belajar praktis dan terlibat intensif bersama dengan para pemilih usaha atau perusahaan. Peserta diajak menemukan pengalaman dan ketrampilan baru. Bagi yang sudah punya usaha bisa juga magang. Aneh ya, memang? Justru dengan itu mereka punya kesempatan belajar bersama bertukar kompetensi. Bahkan dapat menjadi jalur komunikasi bertukar kekuatan (power sharing), bahkan peluang menjadi kolaborator bisnis. Prinsip magang Kampus Desa berkomitmen menumbuhkan kesadaran kolaboratif daripada kebutuhan kompetitif sebagai isu baru hari ini. Magang mitra Kampus Desa Indonesia adalah jalan transformatif menumbuhkan budaya usaha dengan power sharing sebagai nilai baru relasi antar-pengusaha di Indonesia.

Baca juga: Tuntas; Tiga Puluh Pemuda Desa Dilatih Bermental Wirausaha

Magang Mandiri. Sedangkan pada magang mandiri, Kampus Desa Indonesia juga berkomitmen apresiatif dalam menghargai proses otonom pewirausaha muda. Nilai kemandirian diutamakan sebagai bagian dari pemenuhan mental otentik bagi setiap inisiatif usaha yang sudah dirintis. Kampus Desa Indonesia sangat menghargai otentisitas (keasilian) diri. Magang mandiri dengan demikian memberikan ruang berkarya bagi setiap orang. Pihak kami membantu menciptakan momen perubahan setelah mereka menerima pembelajaran baru bersama pada ahli ketika pelatihan. Mereka juga dihargai untuk menata perubahan dengan gayanya sendiri. Pihak Kampus Desa menjadi mitra yang mengkatalisasi spirit perubahan selama magang. Tanpa ini, upaya perubahan boleh jadi tidak segera disadari, namun dengan batasan magang, mereka didorong memiliki waktu disiplin dan terlibat dalam meningkatkan kemajuan usaha. Kami menghargai habituasi dan waktu sukses mereka dalam lanskap ekosistem budaya sukses mereka. Kami tidak bisa mengintervensinya. Magang mandiri adalah ekosistem jenius lokal yang hanya dikasih kesempatan maju, dan mereka yang melompat dengan caranya sendiri biar otentik.

Kisah di Balik Magang Mitra

Inspirasi Pegalaman Pengusaha. Ada empat lokasi magang mitra, yakni AW Parfum, Setunggal Caffe, Kimya.id, dan Mg. Portraiture. Ada yang istimewa dari magang mitra, antara lain mendapatkan pengalaman langsung mengenai tacit knowledge peserta magang. Yakni, pengetahuan operasional yang muncul setelah mengalami praktik langsung baik di seputar racikan parfum, kopi, fashion, dan potografi. Kadang, banyak teori yang sudah diserap oleh peserta, tetapi tidak pernah tahu praktiknya seperti apa. Melalui praktik langsung di empat lokasi usaha tersebut, peserta magang dapat melakukan tugas dan ketrampilan khususnya dengan benar. Mereka tahu persis operasionalisasi di bidang produksi, marketing, atau pelayanannya. Pengetahuan operasional mereka aplikatif. Mereka tidak berhenti pada berbagai mitos usaha, tetapi mengalami dinamika yang terkunci dalam kebutuhan riil. Pengalaman ini ditemukan pada peserta magang seperti Faisol, Jalal, Fauzan, Hanif, Nida, Sofie, dan lainnya. Pengetahuan kritis mereka tumbuh dari cerita-cerita unik pengalaman selama magang baik di proses produksi, pelayanan, dan dunia teknis pada masing-masing usaha. Pengetahuan yang disusun setelah magang membuat mereka keluar dari imajinasi, mitos, dan gagasan menjadi pengetahuan sistematis-operasional yang menginspirasi.

Baca juga: Herbal Oil untuk Kecantikan

Business Analitical Framework. Mereka juga mendapatkan ketrampilan berpikir berorientasi wirausaha. Fauzan dan Jalal dari  MG Portraitur mengungkapkan, “fotografi menjadi media pengabadian. Ketika kita dapat menghidupkan gambar menjadi memori berkisah, maka disitulah nilai estetik foto mempunyai nilai tambah. Usaha ini yang perlu saya bangkitkan agar pengalaman orang dapat dihidupkan selamanya dengan bantuan gambar.”  Lain lagi dengan Faisoli yang magang di AW parfum Pakis. “Mengelola perusahaan parfum itu butuh dijaga hatinya. Meskipun takaran dalam racikan parfum distandarisasi, namun berbeda orang berbeda hati, menghasilkan aroma yang berbeda. Persis dengan memasak.” Bahkan, Faisoli mengajak pemilik usaha parfum untuk meningkatkan omset dengan konsumen lebih luas. Justru dia direspon oleh pemiliknya dengan menjaga konsistensi untuk melayani pasar desa. “Pemilik parfum bersikukuh menjaga konsumen orang desa. Termasuk produk bigsession parfumBantengan yang wajib memenuhi aroma mistis. Peserta magang memperoleh sejumlah midset baru dari para pengusaha yang membangkitkan semangat baru mereka sekaligus mendapatkan kerangka analsis bisnis (Business analitical framework).

Business Opportunity. Dampak magang mitra ini justru mendapatkan kesempatan usaha dengan sistem kolaborasi. Fauzan ditawari Luluk Lustiana, pemiilk MG Portraiture bekerjasama dalam dunia fotografi. Mereka menggabungkan peluang dunia newborn dan traveling dengan semangat tumbuh bersama dengan tatakelola bersama. Setunggal kafe, Kimya, dan AW Parfum memberikan kesempatan yang sama untuk bermitra mengambil sisi yang perlu diperluas. Berdasarkan pada pendekatan kolaborasi dan power sharing, anak-anak muda memiliki pengalaman baru keluar dari mindset kompetisi, persaingan, menuju berbagi kekuatan untuk meningkatkan penghasilan. Inti dari magang Kampus Desa Indonesia tidak lain menumbuhkan kemitraan dalam mengembangkan kemandiri wirausaha anak muda.

Kisah di Balik Magang Mandiri

Magang mandiri menjadi metode tumbuh otentik dengan ekosistem perubahan berdasarkan kebiasaan budaya pengusaha. Sania, Gita, dan Yusuf suatu contoh, mereka langsung tancap gas menemukan peluang memajukan usahanya. Sania sudah menambahkan nilai layanan psikologi pada bimbingan belajarnya dan memasang iklan digital untuk menjangkau pasar yang selama ini belum tersentuh. Dia menemukan spirit barunya. Demikian dengan Gita, melalui G-Class-nya, dia berhasil membuat titik bisnis di google map. Dia membangun kontennya hingga mencapai dua puluh sembilan bintang lima, seribu depalan ratus (1800) pelihat di media sosialnya. Mereka bermetamorfosis dengan caranya sendiri untuk maju. Kisah Yusuf dengan usaha Santri Mengabdi juga meyakini bahwa layanan perdata untuk lembaga pendidikan mampu memberi kesempatan bagi lembaga untuk mendapatkan status legal mereka. Magang mandiri pun ternyata mampu menciptakan momentum perubahan karena ada spirit yang didorong oleh para pemandu agar mereka harus mau meningkat tingkatannya meskipun bekerja di rumahnya sendiri.

Milestone. Sementara itu, bagi yang belum punya usaha, mereka didorong merancang milestone usahanya. Metode ini menjadi latihan penting agar para peserta dapat keluar dari impian yang tidak membumi. Dengan membuat milestone, mereka mulai dibantu menerjemahkan bayangan usahanya dengan realistik dalam bentuk rancangan bisnis. Cut misalnya, dia diajak menerjemahkan imajinasi pembudidaya jamur tiram. Ketika kesempatan hari ini belum menjadi momentum, tetapi tetap tim KDI berusaha menjadikan mereka tidak kehilangan kesempatan untuk bergerak, meskipun dari pikiran ke penulisan perancangan usaha. Meski mereka belum punya usaha, penyusunan milestone rancangan usaha dapat mengikat ide menjadi operasional secara konseptual.

Anda Mau Gabung ?

Kampus Desa Indonesia selalu terbuka untuk anda. Anda dapat mengusulkan dan mengakses Magang dengan pendampingan dari para tim KDI untuk menentukan kualitas naik tingkat sebagai momen pengembangan diri dan usaha anda. Magang menjadikan para pembelajar Kampus Desa seorang pengusaha. Mereka tumbuh dari ekosistem yang dapat diinternalisasi langsung dari dalam ruang-ruang perusahaan. Kegiatan ini bukan hanya tentang kerja, tetapi ada instrumen KDI yang dapat memantik peserta memeroleh energi dari dalam kekuatan perusahaan. Inilah keunggulannya ketika Anda bergabung. Kampus Desa Indonesia dengan semangat menjadi pembelajar pengusaha ditopang oleh energi kolaborasi dan membangkitkan ekosisitem budaya usaha sebagai momen naik tingkat.

Jika berminat silahkan DM di instragram @kampusdesa.or.id melalui pesan “Magang Pemuda Desa, Internship Program for Youth Villagers.”

Tuntas; Tiga Puluh Pemuda Desa Dilatih Bermental Wirausaha

Malang: Kampus Desa Indonesia–Magang Pemuda Desa Ke-2 ini diselenggarakan oleh Kampus Desa Indonesia bersama dengan Kementerian Pemuda dan Olah Raga RI pada 20 sampai 22 Desember 2024 bertempat di Pesantren Wirausaha Kalasuba Kasembon, Kabupaten Malang. Kegiatan ini adalah lanjutan dari Fellowship Program for Youth Villager. Tiga puluh pemuda desa yang datang dari Kabupaten dan Kota Malang, Blitar, Bojonegoro terlibat secara aktif dan penuh khidmat dalam mengikuti pelatihan ini. “Teman-teman yang kemarin ikut di tahap pertama dan tidak ikut pada sesi lanjutan ini sungguh merugi, karena proses fasilitasi yang luar biasa, berkelas, dan pengetahuan baru sangat berkelas,” tutur Ahmad Jalaludin salah satu peserta yang komitmen mengikut sesi pertama dan kedua.

Heri Cahyono. Pemilik God Managemen School dan Pesantren Wirausaha Kalasuba Kasembon Malang

Mohammad Mahpur, selaku Direktur Kampus Desa Indonesia menyatakan, “kesempatan ini berkelas dan sungguh rejeki bagi peserta yang hadir karena konten pelatihannya diisi oleh para praktisi yang sudah memiliki perusahan dalam negeri dan luar negeri. Bahkan peserta difasilitasi para pelatih yang sudah melayani perusahaan BUMN dan banyak perusahaan ternama di Indonesia.”

Menjadi Pengusaha dalam Panduan Para Pelaku Usaha di Tingkat Internasional

Tujuan dari kegiatan In House Mentality Business Training antara lain 1) membentuk mindset baru bagi seorang pewirausaha, khususnya pemuda desa, 2) membantu menemukan analisis dan posisi dirinya diantara sebagai pengusaha, berusaha, dan perusahaan. Heri Cahyono, pemilih sejumlah perusahaan dalam negeri dan luar negeri, sekaligus pengasuh Pesantren Wirausaha Kalasuba, mengatakan seorang pewirausaha penting membangun posisi mindset dan pembentukan attitude, karakter yang harus dipaksa agar biasa. Sebagaimana yang ada di pesantren tersebut, sejumlah “prinsip pembiasaan hidup berkarakter adalah ketrampilan lembut (soft skill) yang dibentuk di pesantren ini,” kata seorang yang pernah berselancar di gurun Paris Dakar menggunakan motor tril.

Baca juga: Pelatihan Budidaya Kopi, Ada Celah Bersyukur

Tiga puluh pemuda desa, diasah cepat seharian penuh oleh HC, sebutan keren Heri Cahyono. Termasuk diculikkan seorang fasilitator profesional nan handal, Ken Sasmito Effendi, untuk diajak melakukan analisis diri mengetahui peluang potensi dan usaha apa yang cocok bagi setiap orang. Mereka dipandu dengan instrumen analisis diri sehingga tidak salah memilih usaha. Penilaian ini sangat membantu baik yang sudah punya usaha atau yang ingin mengambil inisiatif usaha tertentu agar tidak salah jalur. Bersama Ken Sasmito, peta potensi diri ditata agar kebutuhan usaha memang sejalan dengan bakat masing-masing orang.Peserta berdiskusi kelompok menganalisis prospek usaha

Tidak tanggung, peserta juga mendapatkan sesi konsultasi bisnis ke para pelatih yang bergerak di bidang psikologi sumberdaya manusia. Mereka terinjeksi mentalitasnya untuk berani memulai usaha dan percaya diri bahwa dunia usaha yang implementatif. Harus berani bertindak tepat dan cepat untuk mendapatkan pemasukan finansial. Bagi yang sudah punya usaha, mereka perlu tahu peluang naik tingkat. Para pelatih tersebut ada Achmad Kholili, Abdul Jamil, dan Lucky Abrori. Mereka berkecimpung dalam dunia Psikologi Industri dan Organisasi serta Pengembangan Sumberdaya Manusia.

Asik dan Ceria Tumbuh Bersama

Di akhir kegiatan, peserta diajak rafting di alam Kasembon. Kegiatan ini digunakan untuk menyatukan mereka dengan alam. Sebuah teknik membangkitkan energi yang dikenal dalam psikologi meditatif dengan istilah grounding. Kegiatan rafting tidak sekedar rekreatif. Satu teknik mendekatkan kekuatan diri yang terhubung dengan alam sehingga dapat menyalur-tularkan dan menyerap energi alam untuk diolah sebagai kebaruan. Energi ini dapat dijalin untuk memantik perubahan dan menghindari kemapanan.

Para peserta ditempa menjadi pengusaha melalui jalan fisik, mental, dan emosional.

Menyaudara Melampaui Toleransi: Menggali Jejak Gus Dur di Malang

Kampusdesa.or.id: Malang–Kegiatan bertajuk mBeber Klasa, hasil kerjasama antara PC Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) NU Kota Malang dengan Garuda (Gerakan Gusdurian Muda) Malang, dilaksanakan pada Sabtu, 7 September 2024, di Balaiwiayata Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW), Malang. Kegiatan ini tidak hanya mempertemukan dua agama, Islam dan Kristen, tetapi juga menyatukan agama dan kebudayaan dalam semangat persaudaraan sejati, menggali jejak pemikiran Gus Dur yang inklusif.

Acara ini bertepatan dengan peringatan kelahiran Gus Dur (7 September 1940), seorang tokoh yang selalu dikenal dengan pemikirannya yang terbuka dan kritis dalam menghadapi persoalan agama dan kebudayaan. Di bawah tema besar “Menyaudara Melampaui Toleransi,” kegiatan ini menggali pemikiran Gus Dur dengan napak tilas di Balaiwiyata Malang, tempat bersejarah yang pernah menjadi tempat pengajaran Gus Dur.

Ari Ambarwati, seorang ahli sastra anak dan remaja dari Universitas Islam Malang, menjadi salah satu pembicara yang menyoroti bagaimana nilai-nilai yang diajarkan oleh Gus Dur sangat relevan dengan kehidupan masyarakat saat ini. Menurutnya, Gus Dur tidak hanya mengajarkan pentingnya toleransi, tetapi juga menekankan bahwa pengalaman hidup bersama adalah hal yang paling mendalam dalam membangun persaudaraan.

Menghidupkan Kearifan Lokal melalui Pemikiran Gus Dur

Ari Ambarwati menjelaskan salah satu nilai utama yang diajarkan Gus Dur, yakni tentang pentingnya kearifan lokal. Menurutnya, Gus Dur selalu menekankan bahwa toleransi tidak hanya sekadar teori atau wacana, tetapi harus dialami dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam konteks permainan tradisional, Ari mengisahkan masa kecilnya yang bisa bermain Dakon dengan teman-teman yang berbeda agama, sesuatu yang kini semakin jarang ditemui.

Lebih lanjut, Ari juga menyoroti bahwa masyarakat Indonesia saat ini mulai kehilangan kosakata terkait makanan lokal. “Ketika kita berbicara tentang keragaman, salah satu cara untuk memahaminya adalah melalui apa yang kita makan. Orang Papua, misalnya, memiliki hubungan yang kuat dengan sagu atau ubi-ubian sebagai makanan pokok mereka. Sayangnya, saat ini banyak dari kita yang mulai melupakan kekayaan ini karena makanan kita sudah terlalu seragam,” katanya. Seragam yang setiap warga seolah harus makan beras. Tanpa itu mereka akan kelaparan.

Pdt. Gideon dari GKJW (kiri) menerima pohon Sawo Kecik dari Fathul Pranatapraja (kanan), Ketua Lesbumi NU Kota Malang

Ari juga menegaskan, menjadi seorang Indonesia harus didahulukan sebelum menjadi seorang Muslim, Kristen, atau penganut agama lainnya. “Pengalaman lidah kita dalam mengapresiasi bahan makanan lokal adalah cerminan dari kekayaan budaya kita. Ketika kita mulai seragam, kita kehilangan esensi dari kearifan lokal itu sendiri,” tutupnya.

Dari Toleransi ke Persaudaraan

Pdt. Gideon, yang mewakili Teolog Balaiwiyata GKJW, berbagi pandangannya tentang perubahan signifikan yang terjadi di kalangan GKJW sejak interaksinya dengan Gus Dur. Ia mengisahkan bahwa Gus Dur tidak hanya mengajarkan toleransi, tetapi menanamkan pemahaman bahwa umat beragama tidak harus selalu berada dalam ketegangan atau persaingan. “Gus Dur menunjukkan bahwa agama bisa dijalani dengan santai, penuh humor, dan tidak harus tegang. Ini yang mulai hilang sekarang,” kata Pdt. Gideon.

Baca juga artikel terkait;

Ia mengungkapkan bahwa interaksi GKJW dengan Gus Dur pada tahun 1990-an melahirkan perubahan besar dalam paradigma gereja tersebut. Dari awalnya bersifat misionaris, GKJW berubah menjadi lebih terbuka, dengan fokus pada persaudaraan sejati. “Kami tidak lagi melihat orang lain sebagai ‘liyan’ yang harus ditobatkan, tetapi sebagai saudara yang harus kita jaga. Gus Dur mengajarkan bahwa perbedaan bukan untuk dihadapi dengan konflik, tetapi untuk dipahami dan dihargai,” tambahnya.

Foto bareng antara Jemaah GKJW, Lesbumi, dan Garuda

Salah satu perubahan besar yang terjadi di GKJW adalah transformasi Badan Pengkaderan Injil menjadi Komisi Kesaksian, yang lebih berfokus pada memberikan kesaksian iman Kristen kepada semua orang, bukan untuk misionaris. “Kami ingin menekankan bahwa Islam dan Kristen bukanlah dua kubu yang saling berhadapan, tetapi dua entitas yang bisa hidup berdampingan dengan saling menghargai dan mendukung,” jelas Pdt. Gideon.

Gus Dur, bersama Pdt. Sri Wismoady Wahono dan beberapa tokoh lintas agama lainnya seperti Romo Mangun dan Sarlito, Johan Effendy, dan lainnya memperjuangkan konsep persaudaraan sejati yang melampaui sekadar toleransi. Mereka meyakini bahwa perpecahan di Indonesia lebih disebabkan oleh skenario politik daripada ketidakcocokan agama. Oleh karena itu, gerakan persaudaraan sejati terus diperjuangkan oleh GKJW hingga saat ini.

Dalam konteks hubungan antarumat beragama, Gus Dur juga mengajarkan pentingnya melampaui koeksistensi. “Bukan hanya hidup berdampingan, tetapi bertanggung jawab atas kehidupan orang lain, bahkan jika orang tersebut berbeda dengan kita,” tutur Pdt. Gideon.

Sementara itu, Pdt. Krista, salah satu peserta kegiatan dan juga pendeta dari GKJW menekankan bahwa bahasa “toleransi” saja tidak cukup untuk menggambarkan hubungan antarumat beragama di Indonesia. “Toleransi itu bagus, tetapi lebih dari itu, kita harus ‘menyaudara’, yakni turut peduli dan bertanggung jawab atas keberadaan dan kesejahteraan saudara kita yang berbeda,” katanya.

Acara ini ditutup dengan refleksi mendalam tentang bagaimana pesan-pesan Gus Dur masih sangat relevan di tengah situasi politik dan sosial Indonesia yang penuh dengan ketegangan. Semua peserta sepakat bahwa semangat persaudaraan sejati yang diperjuangkan Gus Dur harus terus dipupuk dan dikembangkan di masa depan. Persaudaraan tidak lagi cukup berhenti pada toleransi, tetapi harus berlanjut pada rasa saling peduli dan bertanggung jawab.