Senyum Perawat Indonesia di Tengah Pandemi

325
SHARES
2.5k
VIEWS

Seorang perawat prihatin. Jasa yang diberikan seolah masih belum sejalan dengan imbalan. Di masa pandemi, mereka selalu dihantui berbagai berita tenaga medis yang gugur, nada miring dari sejumlah orang yang nyinyir dengan pelayan kesehatan. Alih-alih memerhatikan, para perawat adalah sosok terdepan dalam pelayanan kesehatan, tetapi masih saja kesejahteraan mereka abai. Bagaimana curahan hati ini menjadi pemerintah lebih memihak pada kualitas layanan kesehatan yang baik disertai imbalan jasa yang layak. 

Kampusdesa.or.id–Senyum perawat adalah obat bagi pasiennya. Siapa yang tidak senang dilayani, dirawat, dan dijaga dengan baik oleh perawat yang ramah, dan menarik? Mungkin bila itu terjadi, rumah sakit akan lebih crowded (sesak). Faktanya di lingkungan rumah sakit masih amat jarang ditemukan perawat yang demikian. Masih terhitung jari untuk di Indonesia. Namun, meski tidak seideal keramahan tersebut, anehnya rumah sakit di Indonesia hampir tidak pernah sepi.

Bila melihat sebab-akibat, hal ini terjadi karena kesejahteraan perawat masih belum memadai di Indonesia. Justru di negara yang perawatnya sudah mencapai taraf sejahtera, rumah sakit selalu sepi kecuali bila ada wabah/pandemi. Khususnya yang saat ini tengah terjadi, virus corona.Baca juga:

RelatedPosts

Bicara kesejahteraan perawat, tentu berkaitan dengan sudut pandang psikologis. Bila perawat menjadi model pelayanan kesehatan , dimana yang patut ditiru? Bekerja shift membuat ketidaktertiban pola istirahat/tidur, makan, aktivitas/olahraga dan berbagai pola kesehatan lainnya yang justru tidak mencerminkan hidup sehat. Nyatanya, masih ada beberapa rumah sakit yang melarang keras tidur bergantian saat shift malam.

Disadari atau tidak, semua itu tentu merupakan kawajiban. Ya, kami akui itu. Namun, bagaimana dengan hak-hak kami yang sampai detik ini tak juga dipenuhi? Seringnya ketika kami menyuarakan, justru selalu dipatahkan dengan respon yang sangat menyakiti. Seperti beberapa waktu lalu ketika pembatasan wilayah atau PSBB pertama diterapkan di sejumlah daerah.

Ada oknum yang mengambil kesempatan untuk mendapatkan popularitas dengan tidak normal. Dia menghina perawat dan Nakes lainnya. Langsung dipenjarakan. Belum lagi yang sebelumnya tak kalah viral tentang provokator yang melarang atau menolak proses pemakaman perawat RSDK Semarang, berakhir di balik jeruji besi. Hingga semakin hari, semakin ke sini, semakin banyak tersangka yang di pidana karena ketidakmampuan dalam menghormati Perawat/Nakes lainnya ataupun melanggar HAM (Hak Asasi Manusia) seperti Youtuber Sampah.

Rasanya baru kemarin harga diri perawat dijaga, dibela nama baiknya, namun, semua itu tak berlangsung lama. Sebab ketika mulai dibanjiri meme “We Also Have Family but Can’t Stay at Home” atau “I Stayed at Work For You, You Stay at Home For Us”. Justru banyak pula komentar yang tidak suka, dan justru berbalik menghina. Bahkan ada pula yang berkomentar untuk mundur menjadi Nakes bila kerjanya banyak ngeluh.

See? Banyak mengeluh? Padahal niat kami menyebarkan pendidikan kesehatan lewat gaya kekinian, tapi ditanggapinya berbeda. Akhirnya sebagian dari perawat di medsos ada yang kembali menyuarakan dan minta maaf serta meluruskan maksud bukan untuk mengeluh.

Sama halnya seperti Presiden membuka kembali Bandara. Hati rasanya perih, ingin meraung menangis meratapi nasib malang kami. Bagaimana rakyat mau menjunjung tinggi perawat kalau ternyata orang nomor satu pun tidak pernah menghargai jasa perawat dan Nakes lainnya. Lebih daripada itu, kesejahteraan perawat pun diabaikan.

Kami tidak punya pilihan selain bertahan demi keluarga, saudara, kerabat, sahabat, dan orang yang mencintai kami.

Terhadap apa yang telah terjadi, mudah sekali mengatakan bahwa ini takdir ilahi. Itulah mengapa Perawat dan Nakes lainnya masih tetap berdiri kokoh sebagai garda terdepan, walaupun masih begitu banyak yang nyinyir, menghina, dan meremehkan Perawat. Dan kami tidak punya pilihan selain bertahan demi keluarga, saudara, kerabat, sahabat, dan orang yang mencintai kami. Pandemi ini cukup mempengaruhi banyak hal, bahkan tak pandang bulu. Sekeluarga mampu dihabisi Corona.

Hanya ada satu keyakinan, badai pasti berlalu. Walaupun belum dapat dipastikan kapan semua ini berakhir, tapi kami pun percaya bahwa dibalik kesulitan ada kemudahan. Andai Allah, Tuhan seluruh alam mengambil nikmat keimanan dalam diri, mungkin kami hanyak akan terseok-seok atau seperti bangkai hidup. Namun, cinta kasih-Nya telah mengukuhkan jiwa raga ini hingga bersatu dalam sanubari dan melahirkan ketaqwaan seorang hamba. Karena Allah-lah sang pemilik hati, ditanamkan rasa tenang, ketegaran, kegigihan, dan kobaran api semangat jihad untuk tetap di jalan fi Sabilillah. Berharap inilah jalan meraih ridho-Nya dan menggapai surga-Nya di tengah pandemi.

Baca juga;

Meskipun tidak mudah, mengingat semakin banyak perawat atau tenaga kesehatan yang gugur, tapi kami-pun semakin berserah pada-Nya. Semakin dikukuhkan dalam jiwa bahwa semua yang dilakukan dari hati akan sampai di hati pula. Berusaha terus menerus menanamkan moral yang baik dan menebar kebaikan, agar pertolongan-Nya semakin melekat dalam kehidupan sehari-hari.

Semoga senyum perawat Indonesia kedepannya tak lagi diremehkan. Di masa yang akan datang, dibayar dengan kehidupan yang lebih sejahtera, bahagia, dan penuh keberkahan. Aamiin Allahumma Aamiin.

Mars PPNI

Berikut ini Mars Perawat versi 2020

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.