REMAJA, PEMUDA, DAN AREK NOM

326
SHARES
2.5k
VIEWS

Tiga kata di atas boleh jadi membingungkan kita. Apa bedanya ? Ketiganya bisa dibedakan tetapi juga tipis bedanya. Saya ingin menguraikan itu berdasarkan pengetahuan saya dari hasil internalisasi diksi tersebut melalui pemahaman psikologi dan budaya sehari-hari. Remaja dan pemuda adalah padanan yang secara usia kronologis dalam psikologi dimasukkan pada rentang usia 12 sampai dengan 19 tahun. Remaja dan pemuda, menurut undang-undang perlindungan anak, ia termasuk kategori anak-anak yang belum sampai berusia 18 tahun.

Oleh karena itu, remaja dan pemuda boleh jadi masih membawa perkembangan mental anak-anak. Hal inilah yang kemudian sering diistilahkan remaja atau pemuda berada dalam usia transisi secara kepribadian. Usia remaja atau pemuda adalah masa dimana mereka berusaha menyempurnakan kematangan kepribadiannya yang telah dibangun sejak ia kecil. Dianggap transisi, masa remaja atau pemuda adalah masa dimana dua tarik ulur antara konsep internal diri seseorang dengan dinamika lingkungan sosial begitu kencang menjadi badai yang mengguncang apakah pemuda itu akan memilih berkembang secara produktif atau kontraproduktif.

RelatedPosts

Penyebutan pemuda, kadang yang kita lihat sosoknya melebihi usia 19 tahun. Begitu juga sebutan arek nom, tidak mengacu batasan usia itu. Sebutan itu mengisyaratkan api semangat maju (progresif), memiliki kekuatan pantang menyerah, bahkan mampu “menabrak” hambatan yang menghalangi kemajuan. Biasanya, sering ada orang yang mengatakan, “lek urusane sing abot-abot iku, ben urusane sing nom-nom ae.” Pemuda, arek nom bermakna mengemban amanat dan tanggungjawab terhadap urusan yang menantang, dan diyakini pemuda atau arek nom-lah yang berani mengambil peran progresif (maju). Pemuda, arek nom adalah pejuang bagi sebuah perubahan.

Makna demikian membutuhkan pribadi tangguh yang sudah dibibit sejak usia remaja untuk matang dimaknai sebagai pemuda atau arek nom. Bagaimana menyiapkan agar mereka menjadi tangguh, berdaya juang, dan sehat sehingga memiliki kemampuan menjadi pelaku di garda terdepan yang penuh percaya diri. Kesiapan ini tentunya berhadapan dengan aneka problematika remaja, pemuda atau arek nom yang pada akhirnya merusak, menjadi pribadi merugi, dan jatuh pada kejahatan dan perilaku kontraproduktif.

Pada rubrik selanjutnya, marilah kita mendiskusikan, mencurahkan pengalaman, berbagi pengetahuan dan mengembangkan nilai-nilai yang dapat diserap untuk membangkitkan daya dukung agar remaja, pemuda dan arek nom siap belajar menjadi lebih maju dan berkualitas. Silahkan para pembaca untuk bertanya, berkonsultasi dan berbagi pengalaman untuk saya ulas kembali agar bisa disajikan ke pembaca melalui artikel dalam rubrik psikologi remaja.

Mohammad Mahpur

Mohammad Mahpur

Ilmuan Psikologi Sosial, Peace Activist and Gusdurian Advisor, Writer, Pemberdaya Masyarakat dan Komunitas. Founder Kampus Desa Indonesia. Memberikan beberapa pelatihan gender, moderasi beragama, dan metodologi penelitian kualitatif, khusus pendekatan PAR

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.