Pengasuhan Anak Berbakat, Bisakah Menjanjikan Masa Depan Sesuai Cita-Cita Anak?

326
SHARES
2.5k
VIEWS

Mendapati anak yang bakatnya muncul sejak dini sungguh menyenangkan. Tapi apakah bakat anak dan kesukaannya dapat mengantarkan anak sukses di kemudian hari? Bagaimana semestinya menjadikan bakat dan kesukaan anak dapat menjadi bagian dari kesuksesan di masa depan? Pengasuhan anak yang benar, iklim sosial yang mendukung, ketabahan, daya juang, dan inisiatif karir yang relevan adalah jawaban penting dari sekedar membanggakan bakat mereka.

Kampusdesa.or.id–Pertanyaan. Assalamu’alaikum. Mohon pencerahannya. Anak saya umur 11 tahun, duduk di kelas 5 Sekolah Dasar. Dia senang pelajaran matematika dan ingin menjadi pengusaha yang sukses. Kira-kira metode pengasuhan dan pendidikan sosial yang bagaimana yang seharusnya saya terapkan sebagai pola asuh. Pertanyaan disampaikan oleh pemilik akun facebook @inayrus

Wa’alaikumsalam Wr. Wb. Mbak @Inayrus yang terhormat, saya mau langsung menjawab di komentar, sepertinya butuh berpikir dulu. Pertanyaan mbak Inay membikin saya perlu jeda dan berpikir. Maklum, kadang saya merasa memang jawaban tersebut butuh waktu menulis lebih fokus karena pikiran saya tak secanggih para jenius. Butuh momen agak serius dan kontemplasi. Akhirnya, saya sampaikan dalam tulisan berikut.

RelatedPosts

Anak usia 11 tahun sudah menemukan yang disukainya adalah berkah bagi orang tua. Sungguh tidak semua orang tua beruntung seperti itu. Perlu kiranya disyukuri bahwa anak-anak kita punya keistimewaan. Apalagi menyukai matematika. Pelajaran itu bikin banyak anak alergi karena mungkin rumitnya logika dan kompleksnya cara belajar matematika. Selain abstrak, butuh ingatan yang jlimet dan tekun untuk berpikir di jalur yang detil, dalam, dan panjang. Kerja memori dan logika bikin anak memang kesulitan karena anak masih suka imajinasi daripada bernalar logis. Jadi bersyukurlah jika dia anak yang sudah mampu membangun logika matematika.

Sebelumnya, saya punya pengalaman dengan anak saya. Suatu waktu dia sangat menyukai sesuatu, tetapi di lain waktu, dia akan bergeser ke kesukaan yang lain. Cukup lama anak saya sangat suka membaca. Kesukaannya bertahan bertahun-tahun. Tapi, saat tugas mendera dan full-day school diterapkan, kenyamanan membaca perlahan tergantikan oleh tugas sekolah. Akhirnya dia berubah menyukai desain, terutama saat di SMA. Desain itu akhirnya menjadi sebagian pilihan masa depan, termasuk memilih jurusan desain, tapi lagi-lagi, syarat memasuki kuliah desain tidak menjadi keberuntungannya. Anak saya akhirnya berbelok memilih kuliah ekonomi. Namun, karena desainnya dibutuhkan di organisasinya, sepertinya kesenangan desain tetap bertahan karena selain dia suka, dia pun mendapat pengakuan publik, meskipun tidak sebaik para desainer kelas wahid seusianya.

Berpindah kesukaan nampak juga terjadi pada anak kedua saya. Pengalaman ini memantik kesimpulan saya, sangat mungkin anak-anak itu bergonta-ganti kesukaan. Kesukaan itu momentun. Yakni suatu masa anak memang lagi demam sesuatu yang dia sukai. Tetapi juga kesukaan itu akan berganti karena waktu kesukaannya tidak lagi trend bagi dirinya. Boleh jadi akan bergeser ke kesukaan lainnya.

Lalu bagaimana dengan anak yang menyukai matematika?

Bagaimana orang tua kemudian menyikapinya? Senyampang anak menyukainya, orang tua patut menghargainya dan sebaiknya menghindari untuk memaksa anak melebihi dari kebiasaan menyukainya. Seperti memaksa mengikuti kompetisi sementara dia tidak berharap lebih dari sebagaimana orang tua menginginkan anaknya menjadi terkenal. Pastikan memang anak-anak tidak keluar dari jalur kesukaannya hanya gara-gara orang tua memaksa melebihi dari nilai aktual si anak.

Pastikan memang anak-anak tidak keluar dari jalur kesukaannya hanya gara-gara orang tua memaksa melebihi dari nilai aktual si anak.

Kecuali bagi anak yang gifted (berbakat). Dia tidak hanya suka tetapi diberi kelebihan memang dia mudah, cepat, dan barangkali ahli di bidang yang dia lakukan. Anak-anak yang berbakat, kemampuannya akan bertahan lama. Dia tidak hanya suka, tetapi dia memang memiliki kemampuan menggeluti apa yang dia pilih.

Baca juga: Orang Tua sebagai Mursyid bagi Anak-anaknya di Dunia Maya

Saran saya jika memang anak berbakat, dia perlu dijembatani agar bakatnya dapat selaras dengan cara dia memilih hidupnya. Tentunya ini butuh pendampingan dan pemberdayaan diri dalam waktu yang panjang.

Jadi bukan tentang kesukaan, tetapi saat melakukan sesuatu dia merasa bahagia dan terjawab eksistensinya. Bakat anak akan mengantarkan kesuksesan manakala dia mendapat pengakuan publik dan memeroleh imbalan yang menjadikan dia bisa hidup dengan bakatnya. Swjumlah kasus, ada banyak juga orang berbakat tetapi dia memilih jalan yang berbeda demi untuk menghidupi dirinya. Saran saya jika memang anak berbakat, dia perlu dijembatani agar bakatnya dapat selaras dengan cara dia memilih hidupnya. Tentunya ini butuh pendampingan dan pemberdayaan diri dalam waktu yang panjang.

Terlepas apa anak Anda berbakat atau sebatas menyukai matematika, yang paling penting adalah memupuk dan memberikan rangsangan yang terus menerus secara kreatif agar anak mendapatkan pengalaman positif saat momen menyukai matematika muncul dan menguat. Tumbuhkan daya juang yang relevan dengannya. Menurut buku Grit, Angela Duckworth, orang berbakat yang sukses tetap butuh ketabahan dan daya juang. Tanpa itu, kemampuan bakatnya hanya menjadi kebanggaan diri tanpa menuai hasil dalam hidupnya. Bagi orang tua, membelajari dan memotivasi anak untuk tabah dan berdaya juang membutuhkan ketelatenan dan kesabaran orang tua.

Bagaimana dengan keinginan menjadi pengusaha?

Berwirausaha tidak semata tentang ilmu tapi membutuhkan pengalaman baik. Untuk itu pengalaman positif dan praktis tentang wirausaha sebaiknya juga dikenalkan pada anak sesuai masa perkembangannya. Anak-anak bisa dikondisikan untuk diajak mengenali para profil wirausaha sukses. Bisa juga dikondisikan mendapatkan teman-teman yang suka latihan berwirausaha. Pembelajaran wirausaha dapat dibiasakan misalnya dengan latihan menabung, latihan berjualan lecil-kecilan. Bisa dilatih di sekolah bersama teman-temannya. Bisa juga dilatih menabung emas di pegadaian dan banyak lagi yang lainnya. Rangsangan dari luar yang kreatif sangat membantu anak mendapatkan pengalaman kecil yang positif. Bagi anak-anak, pengalaman kecil-kecil yang beraneka ragam seperti itu jauh lebih penting daripada mendapatkan satu pengalaman saja yang serius tetapi penuh dengan tekanan.

Matematika bisnis juga sebaiknya diberikan sebagai bahan pengayaan belajar atau bermain matematika anak.


Orang tua dan guru bisa melatih atau memberikan praktik wirausaha dengan menyertakan aplikasi praktis matematika. Misalnya belajar literasi finansial. Anak diberi permainan pasar-pasaran dan diberi tugas memraktikkan menghitung modal, laba, rugi, atau diajak latihan menghitung aset. Boleh juga kalau orang tuanya berdagang, anak-anak bisa dilibatkan untuk latihan pembukuan. Ini seperti praktik akutansi. Kita tahu hampir seluruh praktik akutansi melibatkan matematika. Matematika bisnis juga sebaiknya diberikan sebagai bahan pengayaan belajar atau bermain matematika anak. Tentu sesuai dengan perkembangan nalar mereka ya Mbak. Silahkan digoogling saja, sangat banyak beberapa permainan, game online misalnya, yang melibatkan unsur matematika dan dunia bisnis. Masih banyak contoh lain yang bisa dikembangkan.

Baca juga: Kelahiran Sekolah Rumah Sebelah

Keinginan seperti cita-cita. Dia asyik tapi kalau tidak mendapatkan pengalaman kecil yang baik sejak dini, keinginan itu akan menguap seiring berjalannya waktu. Inilah yang biasanya hilang dan luput dari sekolah. Kita dulu mungkin pernah begitu. Bercita-cita ini itu tetapi menguap seiring dengan rutinitas sekolah atau nasib yang berkata lain. Kebutuhan riil yang mendesak sehingga keinginan tinggallah mimpi. Bahkan keinginan, cita-cita, dan bakat kadang tidak mendapatkan tempat di kemudian hari karena memang secara praktis kita sulit mendapat ruang kerja yang sepadan. Akhirnya, yang penting mendapat pekerjaan dan bisa memenuhi kebutuhan hidup dengan cepat.

Pemesanan, hubungi penulis dengan inbox di sosial media
Orang tua sebaiknya pandai mencuri momentum. Saat anak menyukai matematika dan bercita-cita menjadi pengusaha, mainkan aneka rangsangan sehingga anak merasa situasi eksternalnya sangat mendukung. Aji mumpung anak menyukai. Hindari penunggalan pengalaman karena ritme perkembangan anak tidak saklek dan menyukai hanya satu kesempatan saja. Orang tua juga tidak boleh kagetan ketika anak bergeser kesukaan. Berdiri selalu mendukung dan memberikan peraga yang baik bagi anak pun dapat dilakukan sebanyak anak berganti aneka kesukaan. Jika suatu waktu anak bergeser dari kesukaan yang lain, orang tua pun tetap hadir sebagai pemberi dukungan, tanpa menyayangkan anaknya tidak lagi menyukai seperti harapan orang tua.

Mohammad Mahpur

Mohammad Mahpur

Ilmuan Psikologi Sosial, Peace Activist and Gusdurian Advisor, Writer, Pemberdaya Masyarakat dan Komunitas. Founder Kampus Desa Indonesia. Memberikan beberapa pelatihan gender, moderasi beragama, dan metodologi penelitian kualitatif, khusus pendekatan PAR

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.