Membangun Solidaritas Sosial di Tengah Situasi Pandemi COVID-19

327
SHARES
2.5k
VIEWS

Manusia mempunyai tanggung jawab dan kebutuhan untuk hidup bermasyarakat. Kesadaran paling penting yang harus dilakukan manusia di dalam hidup bermasyarakat adalah membangun kerjasama, saling membantu menopang kehidupan, dan mengatasi problem hidup. Hal ini dilakukan dalam rangka mencapai cita-cita yang lebih baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Situasi pandemi sekarang ini menjadi peluang sekaligus ujian bagi bangunan solidaritas sosial kita. Lantas sebagai makhluk sosial, mampukah kita saling membantu tanpa terjebak seka-sekat identitas

Kampusdesa.or.id–Dalam surat Muhammad ayat 7 disebutkan “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” Ayat ini menyebutkan bahwa orang yang beriman adalah mereka yang memiliki tanggungjawab untuk menolong agama Allah, bersungguh-sungguh menjalankan kewajiban dan meninggalkan larangan-Nya, mengajak kepada orang lain melakukan kebaikan untuk mengapai rida Allah. Terhadap orang-orang ini, Allah akan membantu mereka dengan memudahkan atau meringankan persoalan hidup serta menemukan solusi-solusi atasnya. Tentu jika orang yang beriman tadi benar-benar menolong Allah dengan menjalankan ajaran-ajaran agama secara konsekuen.

Kandungan ayat tersebut, berkaitan erat dengan kandungan surat al-Maidah ayat 2, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” Dalam ayat ini, terdapat hal yang sangat penting sebagaimana dikatakan Ibnu Qayim, bahwa ‘ala al-birri menunjukkan kepada perbuatan baik kepada sesama manusia/hablun min al-nas. Sedangkan wa al-taqwa kaitannya dengan hubungan manusia dengan Tuhan/hablun min Allah.

RelatedPosts

Kebaikan jika hanya dilakukan oleh satu orang maka hasilnya tidak akan efektif. Kebaikan harus dilakukan oleh banyak orang agar efektif menuju pada capaian yang lebih besar

Dari ayat ini, kita ketahui bahwa manusia diperintahkan oleh Allah untuk melakukan kebaikan tidak hanya dilakukan individual tetapi secara komunal. Sebab, kebaikan jika hanya dilakukan oleh satu orang maka hasilnya tidak akan efektif. Kebaikan harus dilakukan oleh banyak orang agar efektif menuju pada capaian yang lebih besar. Sebagaimana dikatakan Ali bin Abi Thalib, kebaikan yang tidak terorganisir akan kalah dengan kejahatan yang terorganisir dengan baik dan rapi.

Berkitan dengan ketakwaan. Ayat ini juga menunjukkan bahwa orang yang bertakwa bukanlah orang yang hidup dalam kesendiriannya. Namun, orang yang bertakwa adalah orang yang dapat mewujudkan tolong menolong, kerja  sama, dan membangun solidaritas. Penggalan pertama ayat ini bersifat positif, yakni tolong menolong dalam arti positif. Sementara penggalan berikutnya menunjukkan larangan tolong-menolong dalam hal sebaliknya, yaitu dosa dan pelanggaran.

Menurut Ibn Khaldun, Bapak Sosiologi Islam, dalam ayat ini kebaikan dan ketakwaan tidak akan terwujud tanpa adanya bangunan solidaritas sosial yang kokoh yang dibangun oleh masyarakat muslim itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan perangkat-perangkat yang memadai, misalnya organisasi, lembaga-lembaga filantropi yang sifatnya kemanusiaan, dimana ide dan gagasan satu sama lain dalam komunitas itu akan merumuskan berbagai cara atau metode yang tepat, bagaimana manusia sebagai makhluk sosial itu saling menyapa, saling tolong menolong, untuk mencapai kehidupan yang sejahtera, adil, dan makmur.

Solidaritas sosial terutama dalam hal berbagi kepada sesama tidak terikat oleh waktu dan situasi. Entah dalam situasi yang memungkinkan atau tidak, tolong-menolong dalam solidaritas itu tetap harus terjaga dengan baik

Dalam hal menolong, al-Qur’an juga menyebutkan bahwa sebagai salah satu ciri orang yang bertakwa adalah orang-orang yang menafkahkan hartanya dalam keadaan lapang maupun dalam keadaan sempit atau susah (baca Ali Imran: 133). Artinya, solidaritas sosial terutama dalam hal berbagi kepada sesama tidak terikat oleh waktu dan situasi. Entah dalam situasi yang memungkinkan atau tidak, tolong-menolong dalam solidaritas itu tetap harus terjaga dengan baik.

Sebab itu, dibutuhkan lembaga atau organisasi untuk membangun solidaritas ini dengan bagus. Hal ini dengan sendiriya membawa kebutuhan lainnya berupa metode yang tepat bagaimana masyarakat saling membantu (taawun) dengan benar dan tepat sasaran dan sampai pada tujuan. Selain itu, indikator-indikator capaian kerja sama dalam hal taawun ini juga diperlukan. Misalnya dengan siapa kita bekerja sama, apa tujuannya membangun kerjasama dan solidaritas, dalam bentuk apa bangunan solidaritas yang akan kita wujudkan. Tak kalah penting juga yang harus diperhatikan adalah kesesuaian taawun itu dengan situasi dan kondisi sasaran atau siapa yang akan kita bantu.

Baca Juga:

Meminjam istilah Emil Durkheim (1858-1917), solidaritas adalah suatu tindakan saling percaya yang menjadikan sebuah persahabatan, saling menghormati, mendorong rasa tanggungjawab, dan menunjukkan kepentingan bersama yang mana dengan solidartas ini akan tercukupi kebutuhan manusia satu dengan yang lain untuk menuju kehidupan yang ideal, kehidupan yang baik, dan kehidupan yang dicita-citakan bersama. Dari sini bisa disimpulkan, ternyata, kerjasama, solidaritas, dan saling membantu mempunyai dampak yang luar biasa. Baik dalam kehidupan individual maupun komunal.

Adapun terhadap siapa kita bertaawun, Islam memberikan opsi yang begitu luas, terutama jika kita kaitkan dengan konsep ukhuwah atau persaudaraan dalam Islam, yang meliputi ukhuwah Islamiyah, insaniyah, wathaniah, basyariyah. Selain itu, dalam Islam, kita juga termasuk dalam unsur sebuah ekosistem yang tidak dapat kita pungkiri baik itu ekosistem sosial maupun alam. Bahkan hadis nabi menunjukkan, bahwa orang yang harus ditolong tidak hanya orang yang madzlum (korban kezaliman), orang yang menjadi korban, atau kelompok rentan, orang yang lemah atau dilemahkan (mustadh’afin), tapi kita juga harus menolong orang-orang zalim.

Islam tidak hanya berpihak pada korban untuk mendapatkan perlindungan, tetapi Islam juga berusaha mengembalikan orang-orang yang berbuat kejahatan dan kezaliman agar sadar dan kembali pada jalan yang benar

Pertolongan kita kepada orang-orang yang madzlum atau dhaif atau dilemahkan adalah dengan cara memberdayakan, memfasilitasi, memudahkan urusan, dan menghubungkan dengan pihak-pihak dimana masalah-masalah mereka akan mudah terselesaikan. Sedangkan membantu orang yang zalim adalah supaya dia berhenti dari perilaku jahatanya. Oleh sebab itu, Islam tidak hanya berpihak pada korban untuk mendapatkan perlindungan, tetapi Islam juga berusaha mengembalikan orang-orang yang berbuat kejahatan dan kezaliman agar sadar dan kembali pada jalan yang benar.

Situasi saat ini merupakan dua momen yang penting bagi kita untuk membangun solidaritas, kerja sama, dan saling menolong. Pertama, dalam suasana Ramadan, dimana kita diperintahkan Allah untuk memperbanyak sedekah, memberikan pertolongan kepada orang-orang yang memerlukan, orang-orang retan, marjinal, korban musibah, dan sebagainya. Kedua, dalam situasi pandemi, kita juga hendaknya memperbanyak sedekah dan memberikan pertolongan kepada orang-orang yang terdampak pandemi. Jika kita lakukan apa yang dianjurkan oleh agama kita ini, maka sesungguhnya kita akan mendapatkan janji Allah, bahwa Allah akan memberikan pertolongan kepada kita semua dan akan memperkukuh kedudukan kita; kemuliaan kita di dunia dan akhirat.

Islam, baik secara langsung maupun  tidak langung, baik dalam al-Quran maupun hadis Nabi, banyak sekali mendukung atau mendorong umatnya untuk memperbanyak sedekah. Sebab dengan sedekah itu bisa menolak balak karena kita telah menolong orang lain, maka Allah-lah yang akan menolong kita. Konsep ini sudah dibuktikan dan dapat kita rasionalkan dimana setiap orang melakukan kebaikan kepada orang lain, saat ia dihadapkan dengan kesulitan atas problem kehidupan, maka amal ibadah itu akan kembali kepadanya. Dalam suatu hadis disebutkan bahwa jika manusia diberi kesempatan untuk hidup kembali, hal yang akan mereka lakukan adalah sedekah, bukan melakukan salat, puasa, atau ibadah mahdah lainnya, tapi justru ibadah yang menyangkut solidaritas sesama.

Masyarakat milenial yang merupakan masyarakat digital perlu merumuskan bagaiamana cara berkolaborasi untuk melakukan kerja-kerja cerdas, inovatif, reatif, untuk sukses bersama dan mencapai kesejahteraan bersama

Di era milenial dengan masyarakatnya yang khas dan makin berkembangnya teknologi digital sekarang ini memudahkan orang untuk membantu saudara-daudaranya. Misalnya mereka bisa dengan mudah saling menopang satu sama lain dalam hal memberikan kemudahan mendapatkan atau mengakses informasi. Ini sesungguhnya merupakan anugerah dari Allah yang bisa membantu menyelesaikan problem-problem orang yang terdampak PSBB dalam situasi pandemi sekarang ini. Masyarakat milenial yang merupakan masyarakat digital perlu merumuskan bagaiamana cara berkolaborasi untuk melakukan kerja-kerja cerdas, inovatif, reatif, untuk sukses bersama dan mencapai kesejahteraan bersama.

Oleh karena itulah, mari kita merenung sejenak bahwa penting bagi kita untuk membangun rasa empati terhadap sesama karena di saat inilah kita bisa melakukan ‘panen raya’ pahala dan rida Allah Swt. Ada Ramadan dengan keberkahan yang berlipat, tempat pahala, rahmat Allah yang akan dicurahkan seperti panen raya. Dalam suatuasi saat ini, jumlah masyarakat yang perlu dibantu cukup besar. Dalam keadaan longgar atau sempit, hendaknya kita tetap melakukan taawun dan berupasa dengan sungguh-sungguh supaya dapat meraih predikat sebagai muttaqin nantinya.

Semoga Allah selalu memberikan kekuatan kepada kita semua untuk terus menggalang solidaritas sosial dan mampu untuk menyelesaikan persoalan bersama, supaya masyarakat terbantu menyelesaikan persolan hidup dan mengatasi pandemi Covid-19 ini. Sebagai musuh bersama, pandemi Covid-19 maka kita lawan bersama dengan manaati himbauan dan perintah pihak yang berwenang. Melalui kerja sama ini pandemi semoga akan lekas berakhir dan kita dapat hidup dengan normal kembali. Aamiin.

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.