Membaca Apesnya Tugas Akhir Mahasiswa

325
SHARES
2.5k
VIEWS

Ada sebuah keadaan dimana kita sudah memberikan usaha maksimal sejak persiapan, proses, sampai dengan presentasi, namun seringkali ada variabel lain yang membuat hasilnya tidak optimal. Bisa dikatakan, hal itulah definisi dari kata apes yang paling mendekati. Lawan kata dari apes yang paling mendekati adalah beruntung.

Kampusdesa.or.id-Selepas salat Jumat beberapa tahun lalu, saya dan tiga rekan dosen menuju kantin untuk makan siang. Salah seorang rekan dosen senior yang sangat kami hormati berseloroh, “kita harus bersyukur saat ini sedang diberi sebuah kenikmatan besar, menjadi dosen adalah sebuah nikmat yang harus disyukuri, karena ada beberapa pekerjaan halal namun bersifat apes”. Kami bertiga menyimak serius sambil menghisap rokok divine  kami. Selorohan tersebut berlanjut, “seperti yang sedang mampir di kampus kita hari ini, para auditor. Pekerjaan yang baik dan halal namun bersifat apes, karena keberadaannya selalu ditakuti dan dihindari. Setidaknya bagi beberapa ‘pejabat’ yang merasa ketakutan terhadap sesuatu yang sudah menjadi kebijakannya”. Kami manggut-manggut dan tersenyum kecil ‘mengiyakan’ selorohan tersebut sambil membayangkan desingan berita yang berseliweran saat auditor bertamu di kampus kami, dan mendapati beberapa pejabat mendadak melangsungkan perjalanan dinas. Ada pula pejabat yang pulang lebih awal dan tidak masuk selama kunjungan auditor dikarenakan sakit, bahkan tiba tiba ada nomer hape yang terblokir atau hapenya ‘hang’ sehingga tidak dapat dihubungi.

Apa kejadian di atas, tugas akhir mahasiswa dan selorohan tersebut? Bukan, kita tidak sedang membahas auditor dan pejabat kampus (tapi mungkin pada tulisan yang lain akan dibahas) melainkan kata ‘apes’. Sebuah keadaan dimana kita sudah memberikan usaha maksimal sejak persiapan, proses, sampai dengan presentasi, namun seringkali ada variabel lain yang membuat hasilnya tidak optimal. Bisa dikatakan, hal itulah definisi dari kata apes yang paling mendekati. Lawan kata dari apes yang paling mendekati adalah beruntung.

RelatedPosts

Berkarir sebagai seorang dosen (cieee… ngaku-ngaku wong biasanya menyebut diri sebagai teman mahasiswa) membuat saya mengalami proses ujian akhir dengan beragam rekan penguji dan juga membimbing beragam mahasiswa yang telah menempuh ujian tugas akhir pula. Berbagai rekaman memori dapat digali ulang untuk mengidentifikasi fenomena yang ada saat membaca tugas akhir mahasiswa, dan poinnya adalah sebagai berikut:

Menjadi calon pembimbing kadang jalannya berliku, ikut tegang dengan mahasiswa calon bimbingan, berharap-harap cemas karena kebetulan judul yang diajukan mahasiswa sesuai dengan preferensi dan kepakaran sang dosen. Namun seringkali harus menyiapkan tissu pengusap air mata (ini sih lebay aja penulisnya), ketika calon mahasiswa bimbingan tersebut curhat bahwa dia gagal menjadi mahasiswa bimbingan karena beragam alasan. Alasan ini, biasanya merupakan informasi pendukung/keterangan dari bagian akademik selepas rilis pengumuman daftar dosen pembimbing. Salah satu alasan yang populer adalah kuota dosen pembimbing penuh (seperti zoom meeting room aja, hehehe ngiklan dikit biar dapat kontrak endorsement). Ya, bagi beberapa mahasiswa hal tersebut cukup memukul karena telah mempersiapkan diri untuk dibimbing dengan dosen yang dimaksud sejak lama, biasanya terpikat ketika belajar dalam kelas kuliah yang diampu oleh dosen yang dimaksud. Jadi seakan-akan tugas akhir itu bisa dikerjakan bila dibimbing oleh dosen yang dimaksud, ketika mendapati pembimbing yang tidak sesuai, maka apes. Ok it’s a matter about perception, noted.

Lanjut, dalam ujian proposal tugas akhir, terjadi lagi adegan drama, sebuah momen sesaat setelah mendapati pengumuman tim penguji proposal yang sekali lagi dirilis oleh bagian akademik, mendapati list dosen dengan deret nama yang dikenal sebagai dosen ‘kritis’ sebagai pembimbing dan penguji merupakan momen yang shocking, berharap dapat mempertahankan apa yang sudah dipersiapkan terkait konsep penelitian yang didalamnya ada latar belakang, rumusan masalah atau pertanyaan penelitian, metode, lokus, responden/subyek penelitian, cara mengumpulkan data dan analisanya. Memang bagi sebagian mahasiswa, ada dosen favorit, dosen pujaan, dan ada juga dosen killer bin menakutkan (bukan arogan ya), atau yang kompleks seperti mendapati sederet dosen pembimbing/penguji sekaligus pejabat kampus (kalo ini memang kompleks dalam arti sesungguhnya) karena seringkali, menurut mahasiswa, peran antara dosen dan pejabat kampus sukar dibedakan alias jumbuh. Dosen sebagai mitra pembelajar (mahasiswa) dengan kedudukan setara dalam proses pembelajaran, sedang pejabat dengan kewenangan manajerialnya berperan sebagai pemuas stakeholder, salah satunya adalah mahasiswa. Mendapatkan dosen penguji proposal yang tidak sesuai, maka apes lagi. Again, it’s a matter about perception, noted.

Menjalani proses bimbingan, menerima takdir Tuhan dengan berusaha bekerja sebaik mungkin dibawah supervisi dosen pembimbing yang telah ditentukan ternyata juga menyimpan beragam cerita. Versi dosen pembimbing, mendapati bimbingan model all yes sir, paling enak diarahkan karena nurut. Tahapan bimbingannya bisa terstruktur, bisa disesuaikan dengan ritme kerjaan yang lain seperti mengajar, meneliti dan pengabdian (hehehe efek ngisi BKD), bisa bekerja dengan target versi dosen pembimbing.

Kemudian ada bimbingan model now, yaitu i’m ready sir, model mahasiswa yang bisa bikin stres dosen pembimbing. Mahasiswa yang bisa bekerja cepat, bahkan lebih cepat dari dosennya. Tipe mahasiswa yang tiap pagi konsultasi, sore harinya sudah setor hasil revisi. Tipe mahasiswa penodong seakan-akan dosennya suka molor, mahasiswa yang kuat terhadap targetnya sendiri (jadi teringat kisah salah seorang rekan dosen saat dia menjadi mahasiswa).

Mahasiswa bimbingan model finally, i’m sir adalah mereka yang diminta revisi kemudian kembali dengan tulisan sama yang di-print ulang berharap sang dosen lupa coretannya, atau mahasiswa yang diminta merevisi bagian A, tapi yang diganti bagian B, sehingga sebanyak apapun sesi konsultasi, progresnya tetap berkutat pad bab latar belakang. Kemudian, model it’s me, sir mahasiswa bimbingan yang sejak turun SK bimbingan belum pernah konsultasi dan kemudian tiba-tiba muncul berduyun-duyun pada minggu-minggu terakhir deadline pendaftaran sidang/ujian (biasanya terkait tenggat pembayaran SPP).

Terakhir, mahasiswa bimbingan tipe could I, sir?, mahasiswa bimbingan yang cuma sekali, atau bahkan belum sama sekali melakukan pembimbingan pasca seminar proposal, kemudian setelah ratusan purnama muncul lagi dengan mengiba karena rasa takut dan malu akan drop out dengan posisi injury time karena sudah mendekati semester terakhir.

Dari sisi konsultasinya ada mahasiswa tipe penjaga pintu, baik rumah dan atau kantor, selalu setia menanti kedatangan/kehadiran dosen pembimbing. Ada pula tipe fans fanatik, siap meluncur mendapati dosen di mana pun berada, seakan ia punya GPS yang bisa memindai posisi dosen pembimbing. Lain dosen lain mahasiswa, mereka punya versi sendiri tentang dosen pembimbing, ada dosen pembimbing yang selalu sibuk berpergian, selalu pergi ke luar kota sekaligus tipe dosen AKAP (antar kota antar provinsi), tipe signal lost dosen pembimbing yang sulit ditemui ketika dibutuhkan, ada tipe busy boss dosen pembimbing yang selalu rapat dalam sehari undangan rapatnya ada lebih dari tiga, dosen pembimbing ga pernah ngasih feedback atau tipe silent sealed, dosen pembimbing tipe transformer yang selalu berubah dan menggemari revisi, sehingga file revisinya berlabel dari revisi1 sampai revisixxx, lalu tipe ghost writer yang setiap sesi konsultasi menjadi sesi dikte tulisan dan tentu saja ada tipe chitchat friend yang membuat konsul seakan sesi curhatan. Untuk proses yang tidak sesuai dengan harapan itu adalah apes. Once again, it’s a matter about perception, noted.

Setelah proses yang panjang dan melelahkan tibalah pada saat yang dinantikan, ujian atau sidang. Mahasiswa yang sudah bersiap menghadapi ujian dengan siapapun dosen pengujinya adalah mahasiswa yang pasrah, seringkali mahasiswa ini beruntung. Namun tak jarang yang mengalami puncak ke-apes-an pada sesi ini. Mahasiswa merasa mendapati dosen penguji yang punya sentimen, diantara macam sentimen itu adalah: 1) topik penelitian tak sesuai dengan preferensi penguji, sehingga apa yang ditanyakan pada mahasiswa seakan-akan mahasiswa adalah pakar psikologi topik tersebut (macam takabur ilmu); 2) personal dosen pembimbing, seringkali masalah personal berimbas pada bimbingan, jadi mahasiswa terkena getah dari kompetisi tidak sehat antar dosen; 3) pandangan politik (eh ada lho dosen yang sok politik, untuk jadi pejabat main politik, untuk mengajar juga main politik, bahkan menggunakan kamar mandi pun main politik dan mereka bisa berbicara dengan tembok, pintu ataupun jendela bagi dosen tipe ini tembok pun bermata dan bertelinga….hebat ya) dan punya afiliasi organisasi sehingga berdampak pada ujian akhir mahasiswa; 4) romantis, tipe dosen yang memegang ilmu yang dikuasainya secara berlebihan atau bahkan romantisme masa lalu tanpa menyadari yang dihadapi adalah mahasiswa kekinian dan ilmu pengetahuan tumbuh dinamis; 5) agresor, tipe dosen penguji yang dengan pengaruh dan/atau posisinya mendikte penguji lain untuk memberi poin tertentu both in a good or bad marks.; 6) titik koma, dosen penguji yang amat teliti. Ketelitian terhadap penulisan titik koma, dan membahas serius ucapan terima kasih pada kata pengantar, atau mengkomentari motto, sehingga cukup membuat kelabakan bagi yang nulisnya asal, dan 7) dosen penguji susulan, penguji pengganti dan penguji manipulator yang biasa bekerja di luar sistem (atau tidak ada sistem?). Untuk proses ujian yang menghasilkan nilai tidak sesuai harapan itulah rasa apes. This is a conclusion. Apes is real, dude!!!

Yang bisa dipetik dari tulisan ini adalah dunia penuh dengan orang jahat, itu persepsi kita. Dunia juga dipenuhi orang baik, itu juga persepsi kita. Yang jelas kita hidup di dunia yang penuh dengan pembelajaran. Mari, mari, mari kita senantiasa belajar dan menjadi pembelajar yang baik.

*ditulis saat malam Jum’at, diselingi 2 kali lampu mati dadakan tanpa sebab, dalam mini studio KDI.

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.