Masih Ada Buku Hari Ini Di Tengah Budaya Digital dan Ngepop

325
SHARES
2.5k
VIEWS

Biasanya, di budaya perkotaan seperti Malang yang dipenuhi oleh pendatang kalangan mahasiswa, selalu rame di setiap jelang buka adalah budaya Ngabuburit. Kegiatan ngabuburit diisi dengan nongkrong atau menuju tempat yang banyak menjual menu berbuka. Biasanya tempat yang rame ada di sejumlah titik yang sudah disediakan oleh komunitas setempat. Isinya ya orang berjualan menu berbuka atau disela-selanya ada panggung hiburan.

Kali ini tidak demikian. Sejumlah aktifis mahasiswa yang bergerak di minat baca, menculik ngabuburit dengan kegiatan positif. Mereka menggelar buku di tempat publik Taman Singha Merjosari Malang. Yah, jangan dinilai “kok tidak membaca Al Qur’an saja di waktu sore untuk menambah pahala.”

RelatedPosts

Di tempat yang banyak pendatang, apalagi di kota pendidikan seperti Malang, sub-sub budaya baru selalu bermunculan sangat beragam, termasuk ngabiburit. Namun kali ini para aktifis yang kebanyakan lulusan mahasiswa dari universitas di Malang, termasuk Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, mencoba mewarnai, mencuri atau membongkar gaya ngabuburir dari semata beraroma komsumtif ke rekreasi cerdas dengan menonjolkan buku ke publik.

Cara ini seperti seorang yang sok saja, hari gini membaca buku, pamer buku. Ah ini kan generasi digital, kan sudah ada e-book dan aneka sumber pengetahuan pun bisa dicari di internet.

Yiak, no no no. Spirit Bukalapak menabur buku di ruang publik tidak lain adalah mencuri memori kolektif masyarakat di tempat-tempat umum rekreatif bahwa masih ada buku hari ini. Kehadiran buku di tempat rekreasi menculik perhatian publik jika buku pun bisa dinikmati di ruang terbuka. Jangan pernah malu membaca buku meskipun di tempat rekreasi, saat bersuka cita dengan keluarga atau sedang nongkrong menghabiskan waktu dengan muda mudi.

Membaca di ruang publik tidak tabu lo… Membaca buku juga bagian dari kegiatan rekreatif di tempat-tempat menghibur. Buku tidak hanya hadir dalam genggaman para pemilik gedung-gedung perpustakaan yang nun jauh dari hiruk pikuk masyarakat.

Buku dihadirkan oleh para aktifis menuju tempat-tempat menyenangkan. Buku diajak oleh para pegiat literasi (melek baca) keluar dari tempat-tempat yang wah menuju ruang terbuka. Tidak tanggung-tanggung, disebar di tempat rekreasi yang seolah-olah di tempat ini hampir pasti orang akan melupakan buku.

Ini ibarat kritik pedas dan samacam pengingat telak, kamu boleh senang-senang dengan ngabuburit tapi ini ada buku lo yang tetap bisa kamu ajak bersenang-senang di manapun kamu pergi ingin melampiaskan kesenanganmu.

Bukalapak buku di tempat rekreasi seperti kegiatan ibadah yang tugasnya mengingatkan para pencari maghrib, membacalah meskipun kamu berada dalam ruang suka cita. Membacalah dan tak perlu malu meskipun ada di tempat umum atau di tempat rekreasi. Kami terbukti tidak malu lo membaca di tempat umum begini. Justru terlihat keren kan, duduk bareng sambil ngobrol, pegang HP tetapi juga disela-selai membaca buku aneka warna.

Sekian dulu ya, sajian secuil kisah ketika kami hadir menemani sekelompok aktifis literasi NGABUBUREAD dari komunitas GUBUKTULIS dan GUSDURIAN MALANG kemaren sore.

Liputan ini dibikin oleh salah satu anggota keluarga ETHNO dan disajikan untuk produk #menu SAMBEL BLEDEG MBAK ATIK

Picture of Mohammad Mahpur

Mohammad Mahpur

Ilmuan Psikologi Sosial, Peace Activist and Gusdurian Advisor, Writer, Pemberdaya Masyarakat dan Komunitas. Founder Kampus Desa Indonesia. Memberikan beberapa pelatihan gender, moderasi beragama, dan metodologi penelitian kualitatif, khusus pendekatan PAR

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.