Kudapan Ilmu di Hamparan Sungai Petung Ulung

325
SHARES
2.5k
VIEWS

Urip iku Urup telah melekat dalam kamus hidup orang Jawa. Sebuah falsafah yang menganjurkan untuk hidup penuh makna. Manusia berharga jika ada ilmunya, dan ilmu akan bernilai jika ada amalnya. Disuatu pagi yang cerah, ruh-ruh kebajikan itu nampaknya bersinergi saling menguatkan, di sebuah desa, Jawa timur, Indonesia.

Kampusdesa.or.id–Mengalirnya mata air pegunungan di sepanjang sungai merupakan hal yang lumrah dilihat oleh khalayak umum, lain halnya dengan komunitas OLDWA (Ojo Leren Dadi Wong Apik) yang menyulap sungai menjadi pusaran sumber mata air keilmuan. Bengawan yang  terbentang dari kaki gunung Wilis melintasi Desa Margo Patut, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Nganjuk dibanjiri oleh ratusan peserta dari segala penjuru dari dalam maupun luar kota. Tidak hanya peserta yang membludak, para praktisi pun beramai ramai menyerbu kudapan ilmu di hamparan sungai Petung Ulung.

Para praktisi yang ikut serta menghadiri kegiatan ini diantaranya adalah Bapak Totok Isnanto. Beliau dari BAN-PAUD Jawa Timur. Ulasan singkat penuh kebermanfaatan yang didapatkan dari beliau yaitu mengenai Pemahaman Akreditasi PAUD-PNF Berbasis Compliencen dan Performance. Uraian Beliau sangat berguna bagi para pengelola PAUD, sebab ketika menghadapi akreditasi mereka selalu dibingungkan dengan masalah administrasi.

RelatedPosts

Saat ini penilaian mengedepankan pada proses pembelajaran, bukan  pada sarana prasarana, sehingga dengan proses pembelajaran yang apik sang buah hati akan nyaman berkreasi sesuai kodrat masing masing. Penilaian tidak hanya berupa berkas, team asesor bisa mengambil foto, video dari proses awal masuk kelas sampai selesai. Sehingga asesor harus datang 30 menit sebelum proses pembelajaran dimulai.

Selain Pak Totok, turut hadir pula Ibu Bekti Yanti yang mengulas tentang “Gerakan Sekolah Ramah Anak”  dengan begitu anak menjadi senang, guru tenang, orang tua pun bahagia. Sekolah ramah anak yang dimaksudkan oleh para pemerhati pendidikan dan masyarakat adalah mengakui serta mengaplikasikan hak yang seharusnya ada di lingkungan sekolah, yakni hak hidup peserta didik, melalui kerja sama sekolah dan lembaga sekitar.

Misalnya memenuhi hak atas keselamatan yang bekerjasama dengan dinas perhubungan, Kemudian  hak anak atas rawan bencana serta bekerja sama dengan BPBD, dan tak lupa hak tumbuh kembang anak sebagai sarana memahami kodrat, kapasitas individu siswa, sehingga kehangatan dalam ruang pendidikan dapat dirasakan terpancar ke seluruh segmen masyarakat.

Mr. Nafik Palil Yuniro pun ikut serta urun hadir dalam menyempurnakan kehangatan dengan membawakan tema “Manajemen Lembaga Wow”, Peserta diminta langsung mempraktekkan apa yang ia sampaikan. Harapannya, agar ketika sampai di lembaga masing-masing mereka bisa langsung mengamalkan dan mengajarkannya kepada anggota yang lain. Sebagaimana ibu Syarifah dari Sumenep membawakan success story nya dalam mengelola lembaga “WOW” berbasis MLBS yang di dampingi oleh Mr. Nafik Palil saat Konvensi Pendidikan Indonesia ke VII di Jombang.

Salah satu moment yang sangat mengharukan ada pada sesi manajemen laporan siswa berbasis LSC ( Led Student Center). Dengan saling berpasangan, peserta bergantian bermain peran menjadi orang tua dan satu lainnya menjadi siswa, banyak yang meneteskan air mata penuh haru. Diluar dugaan, padahal ini masih diaplikasikan oleh sesama guru, bagaimana jika itu diterapkan oleh orangtua bersama putra-putrinya sendiri? sungguh luar biasa tentunya.

Astatik Bestari. Pemilik PKBM Berstari Mojowarno Jombang. Pendidikan tidak perlu dibatasi. Saat menyampaikamnsucces stories di konvensi pendidikan

Dengan demikian pendidikan yang memanusiakan manusia bisa diterapkan untuk dan oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun baik di desa maupun di kota, di lembaga pendidikan formal maupun informal. Hal ini telah dibuktikan oleh Ibu Astatik Bestari Litbang PAUD Kecamatan Mojowarno Jombang, yang juga mengelola institusi berupa PKBM. Team PKBM Bestari mengajak anggota masyarakat untuk tetap belajar dengan berbagai permasalahan hidup mereka, sesuai jenjang yang belum mereka lalui dengan melakukan identifikasi peserta didik oleh team humas PKBM.

Tidak berhenti di situ, sikap yang dimiliki PKBM Bestari yakni melakukan pendampingan belajar bagi peserta didik yang berfungsi untuk memotivasi, mengontrol keaktifan belajar. Peserta didik yang ikut serta di PKBM Bestari beraneka ragam, anak punk, anak jalanan, pecandu narkoba, ibu rumah tangga, anak putus sekolah, bahkan pedagang di pasar. Motivasi beliau menegakkan PKMB selama ini justru berangkat dari peserta didiknya. Pernah ada saat ujian, ada ibu yang membawa bayinya, bapak bapak membawa Rengkek/obrog, karena baru pulang berdagang. Melihat semangat belajar yang ada, ia menyimpulkan bahwa pendidikan tidak mengenal usia dan waktu, siapapun dan kapanpun bisa mengenyam pendidikan.

Pernah ada saat ujian, ada ibu yang membawa bayinya, bapak bapak membawa rengkek/obrog, karena baru pulang berdagang. Melihat semangat belajar yang ada, ia menyimpulkan bahwa pendidikan tidak mengenal usia dan waktu,  siapapun dan kapanpun bisa mengenyam pendidikan.

Beragamnya menu kudapan yang disajikan pada hari pertama membuat peserta Konvensi Pendidikan Indonesia VIII bak keluarga baru, damai saling menginspirasi. “Bahagia” itu yang terlukis dari senyum ceria para peserta, kembali pulang dengan membawa beragam oleh-oleh keilmuan. Workshop, seminar, dan pelatihan yang biasanya terselenggara di dalam ruangan tertutup dan mewah, kini berubah di hamparan sungai  tempat terbuka. Tempat Wisata yang biasanya sesak dipenuhi orang-orang yang hendak menghibur diri, hari ini berubah menjadi berwisata sambil belajar dengan sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.

Editor: Arif Maulana

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.