Kenapa Hoax Covid-19 Cepat Viral di Media Sosial?

325
SHARES
2.5k
VIEWS

Agar hidup kita tidak dihantui oleh rasa takut dan cemas berlebihan hendaklah kita selektif membaca informasi tentang Covid- 19 pasalnya, banyak yang membuat kontens di medsos bukan orang yang mempunyai kapasitas. Misalnya, orang pendidikan, orang hukum, orang ekonomi, orang ahli agama, petani, pedagang, dan orang-orang yang tidak mempunyai keahlian dan kepakaran tentang itu, turut memperuncing dan menakut-nakuti masyarakat dengan kebohongan dan kebodohannya.

Kampusdesa.or.id–Rakyat Indonesia disuguhi pemberitaan yang tidak jelas sumbernya di media sosial, bagaimana tidak! orang yang tidak mempunyai kapasitas turut memperuncing dan memanas-manasi situasi genting saat ini. Sementara rakyat Indonesia mudah tersulut dan terpancing dengan pemberitaan-pemberitaan yang tidak valid sehingga memperuncing situasi dan kondisi saat ini.

RelatedPosts

Rakyat Indonesia kurang membudayakan sikap tabayun dan klarifikasi atas apa yang dapatkan dari media sosial. Padahal, hal itu jauh sebelumnya sudah disinyalir oleh al-Qur’an:

“Jika datang kepada kalian orang fasik (orang yang tidak bisa dipegang omongannya) membawa sebuah informasi (hoax) maka hendaklah kalian melakukan klarifikasi (tabayun).” (Al Hujurat: 6)

Ada sebuah cerita lucu datang dari bapak mertua yang bertugas mengajar di Desa Jampit Ijen Bondowoso, jika ada salah seorang ingin menikmati bubur ketan hitam, ia menebar berita hoax kepada masyarakat setempat:

“Samangken e pakon kyaeh salametan tachin ethem, ka angghui e jheualhi derih bheleih/ Sekarang disuruh oleh kyai mengadakan acara selamatan pakai menu bubur ketan hitam, tujuannya untuk terhindar dari bala’ dan musibah.”

Sehingga masyarakat tanpa berfikir panjang dengan serentak meyakini dan melakukannya serta menyebarkan berita hoax tersebut secara cepat dengan cara ketuk tular. Mereka dengan mudahnya share di facebook atau lewat aplikasi kirim pesan whatsapp, tanpa dicek dulu kebenarannya dan kadang sesuatu yang viral lebih mudah dipercaya. Padahal dampaknya menyesatkan orang lain.

Seperti halnya berita penangkapan oleh pihak berwajib kepada oknum profokator yang memprovokasi masyarakat untuk menolak pemakaman jenazah yang positif terinfeksi virus corona, dengan alasan mereka menyebar berita bahwa jenazah yang sudah dikubur masih bisa menyebarkan virus corona. Sehingga membuat masyarakat resah yang pada akhirnya mereka menolak pemakaman korban virus corona untuk dimakamkan di desanya karena takut tertular wabah Covid-19 itu. Padahal, menurut keterang medis jenazah yang terinveksi virus corana yang sudah dimakamkan tidak akan menularkan virusnya kepada orang yang masih hidup.

Memang berita hoax cepat viral di media sosial, sebagaimana yang diungkapkan oleh pepatah Arab yang mengatakan “Al-Khobaru ka al-ghubaari” Artinya, kabar bohong selalu cepat menyebar. Ada sebuah pepatah lain berbunyi “bad news travel fast” yang artinya, berita hoax cepat menjadi viral.

Oleh sebab itu, agar hidup kita tidak dihantui oleh rasa takut dan cemas berlebihan hendaklah kita selektif membaca informasi tentang Covid- 19 pasalnya, banyak yang membuat kontens di medsos bukan orang yang mempunyai kapasitas. Misalnya, orang pendidikan, orang hukum, orang ekonomi, orang ahli agama, petani, pedagang, dan orang-orang yang tidak mempunyai keahlian dan kepakaran tentang itu, turut memperuncing dan menakut-nakuti masyarakat dengan kebohongan dan kebodohannya.

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.