Bisnis Gagasan, Tak Harus Kampusnya Bergedung

325
SHARES
2.5k
VIEWS

Sebuah surat elektronik melayang di email kami. Mereka akan datang mengunjungi Kampus Desa Indonesia. Apa yang kira-kira terbayang dibenak kita. Saya sendiri membayangkan mereka akan melihat proses pembelajaran di sebuah kampus, atau sistem yang dikembangkan di kampus desa seperti apa. Padahal kampus desa adalah kampus yang tanpa bangunan. Lalu apa yang bisa diperoleh dari kampus ini?

Kampusdesa.or.id–Sebuah surat elektronik melayang di email Kampus Desa. Surat itu berisi keinginan kunjungan (04 Maaret 2020) dari sebuah sekolah di Jember, Jawa Timur bernama Ar – Rahman Indonesia ke Kampus Desa. Para founder terhentak. Kami jelas tidak punya gedung dan kampus bergengsi. Apalagi akan ada psrjamuan layaknya sebuah studi banding di kampus mentereng yang dibayangkan mereka.

Kami ini bisnis gagasan. Menebar gagasan perubahan yang didasari oleh semangat autentik (asli/orisinil). Aneka sistem pendidikan yang berjalan lebih membelenggu daripada memerdekakan pembelajar. Oleh karena itu, Kampus Desa ada bukan bertumpu pada idealisme gedung menjulang yang menjadi pembatas belajar. Kampus Desa hadir dari sebuah gerakan belajar autentik. Proses belajarnya bukan dimulai dari sebuah sistem, tetapi dari kesadaran. Sistem mengikuti kesadaran, bukan sebaliknya. Buat apa bikin gedung jika kemudian hanya melahirkan pembatas dan pengisolasian manusia.

RelatedPosts

Kampus Desa ada bukan bertumpu pada idealisme gedung menjulang yang menjadi pembatas belajar. Kampus Desa hadir dari sebuah gerakan belajar autentik. Proses belajarnya bukan dimulai dari sebuah sistem, tetapi dari kesadaran. Sistem mengikuti kesadaran, bukan sebaliknya. Buat apa bikin gedung jika kemudian hanya melahirkan pembatas dan pengisolasian manusia.
Nah, mendapat kunjungan ini pun meski kami agak grogi dan galau, bukan mengenai tempat atau unjuk gedung megah, tetapi mengenai ekspektasi mereka yang perlu ditekuk menjadi kesadaran autentik. Jika urusan tempat menjamu mereka, di Malang banyak tempat co-working. Kami bisa gunakan sesuai selera. Tapi sebuah cara pandang bagaimana orang yang studi banding ini menjadi sekumpulan pelaku menejemen menjadi bisa terbuka dalam kesadaran baru. Termasuk dunia pendidikan sekalipun.

Kami pastikan, bahwa Kampus Desa adalah bisnis gagasan yang bersifat kewirausahawanan sosial. Gagasannya ada di transformasi. Kami memiliki beberapa ahli dengan latar-belakang profesi yang berbeda. Ada edukator, ilmuan psikologi, praktisi, pebakat, inisiator, bahkan orang yang ingin meniti perubahan. Ruang belajar dalam setumpuk pengalaman baiklah yang kami transformasikan sehingga yang utama adalah perjumpaan yang saling terbuka untuk menginspirasi. Rekaman baik yang kami distribusikan ke orang lain di seputar pendidikan autentik bisa kami narasikan menjadi inspirasi perubahan. Kami tidak akan membuat tempat kulian calon sarjana pendidikan yang terlalu berpaku pada sistem kaku pendidikan. Kami justru memberikan pengalaman baik pendidikan alternatif yang memanusiakan.

Rombongan Yayasan Ar-Rahman Indonesia besama founder Kampus Desa Indonesia. Lokasi: Sarijan Caffe
Toh, banyak sarjana pendidikan yang diluluskan, pun tidak mengubah pendidikan itu sendiri. Buktinya Nadiem Makarim telah banyak mengajukan aneka perubahan mendasar tentang pendidikan. Sedangkan guru masih kebingungan merancang gagasan merdeka belajar. Padahal sarjana pendidikan yang jadi guru melimpah. Maka, kami tidak akan menyuguhkan sejumlah sistem penyelenggaraan pendidikan yang mapan. Namun, kami akan memberikan ide dan pengalaman baik itu menjadi inspirasi perubahan.

Di sinilah Kampus Desa kemudian menyuguhkan kepada para orang yang ingin menemui kami (stakeholder) dengan gagasan inspiratif tersebut. So, kunjungan mereka mirip seperti diskusi interaktif menemukan pencerahan bersama. Kita pada akhirnya saling menemukan kesadaran baru tentang autentisitas. Selama ini, para pemangku pendidikan Al-Rahman Indonesia seperti merasa bersalah yang dilakukan karena kita tak membelajari berdasarkan fitrah anak (potensi kuat anak). Ini terbukti anak-anak yang masuk jurusan di SMK tidak selamanya mereka menjiwai jurusannya. Sekolah ternyata abai. Padahal anak-anak yang memiliki keragaman bakat, tidak harus diseragamkan. Mereka dapat dibangkitkan minat belajarnya dari keinginan kuatnya. Setiap anak adalah emas dan punya jalan untuk mencapai keemasan. Itulah sekelimut pencerahan pertemuan kami.

Kami percaya, jika para pemangku sekolah ini terinspirasi dan berani melakukan perubahan, niscaya sistem akan mengikuti manusianya. Mereka adalah tonggak dari keberanian untuk mengubah sistem.
Pencerahan singkatnya, pertemuan ini menginspirasi para penyokong utama sekolah ini. Kebutuhan pelatihan dan lain-lain tidak dibutuhkan saat ini. Kami percaya, jika para pemangku sekolah ini terinspirasi dan berani melakukan perubahan, niscaya sistem akan mengikuti manusianya. Mereka adalah tonggak dari keberanian untuk mengubah sistem. Banyak orang tercerahkan tetapi tidak didukung oleh keramahan sistem, akahirnya tak banyak mengubah pendidikan.

Disepahami dalam diskusi tersebut, kalau inspirasi dan semangat sudah menjadi mental potensial, maka akan ada saja jalan yang bisa ditempuh untuk melakukan perubahan. Seorang dari tamu yang mempunyai wewenang bertanggungjawab atas masa depan sekolah langsung menyahut, “setelah ini kita butuh mengubah visi dan misi sekolah.”

Kami pun saling bersemangat sembari mengakhiri diskusi dengan saling tercetahkan dan tumbuh semangat baru. Bisnis gagasan Kampus Desa adalah cara menemukan antara pengalaman baik yang kami himpun dari banyak jaringan, lalu kita masukkan ke semangat perubahan dan inspirasi bagi orang lain untuk ditiru dan disebarluaskan.

Apakah Anda rombongan berikutnya, silahkan kontak admin kami.

Picture of Mohammad Mahpur

Mohammad Mahpur

Ilmuan Psikologi Sosial, Peace Activist and Gusdurian Advisor, Writer, Pemberdaya Masyarakat dan Komunitas. Founder Kampus Desa Indonesia. Memberikan beberapa pelatihan gender, moderasi beragama, dan metodologi penelitian kualitatif, khusus pendekatan PAR

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.