Seri Cerita Anak : Kacamata Onde, Empat Potong Cerita

326
SHARES
2.5k
VIEWS

Teman-teman, kami perlu minta maaf karena tak lekas memberi kabar lanjutan tentang buku “Kacamata Onde”. Semoga teman-teman belum telanjur kecewa. Selain memberi (ketidak)kejelasan lanjutan, bolehlah kita ngobrol sebentar.

RelatedPosts

Kita tahu, Indonesia mulai bergairah pada buku anak-anak. (Kita tidak bisa mengatakan era buku Inpres-nya Orde Bau itu sebagai “gairah”, to? Haha.) Buku anak dengan rupa-rupa tema, kita jumpai di toko-toko buku. Kita ingin segera membelikan anak-anak kita, keponakan, atau adik-adik buku-buku bagus. Tetapi, buku anak tidak selalu murah, lebih sering muahal karena pemanjaan mata yang mesti diperoleh bocah saat membaca. Hanya saat pameran akhir tahun atau di toko buku bekas kita bisa menjumpai buku-buku anak berharga murah.

Kami sangat ingin buku “Kacamata Onde” bisa dimiliki bocah-bocah dengan harga tidak mahal. (Kami pikir harga cetaknya juga akan seperti buku-buku terbitan Bilik sebelumnya.) Maka, selepas memamerkan poster ke teman-teman, dengan baik hati Pak Patrick Manurung mengajak saya dan Mbak Setya Ningsih ke Jogja buat cetak-coba ini buku. Kami ke Ortindo, daerah Gejayan. Satu buku jadi dalam hitungan jam.

Buku digital yang mulanya hanya bisa terlihat di layar mewujud di tangan. 52 halaman berwarna, di atas kertas bookpaper. Rasanya sangat menyenangkan-hampir-lebih-terasa-mengharukan bisa memegang buku anak kedua kami itu! “Apiiiiiiiiiiik!” Hanya itu yang bisa keluar dari mulut kami saat menghadapinya. Meski saat dilihat dengan seksama lagi, masih ada yang perlu dibenahi (huruf yang luput ter-convert, pindaian bermerek “canson”, dan warna). Tetapi tetap saja, melihat buku itu benar-benar hadir sebagai buku cetak yang bisa dipegang-pegang, dibolak-balik halamannya, oh!

Tetapi, ada rupa, ada harga. Buku cetak-coba mesti ditebus dengan 150 ribu. Saat itulah kami benar-benar mengalami dan mengerti kenapa buku anak penuh warna selalu berharga mahal. Kami menatap buku dengan sedih-sedih-mringis-tapi-seneng-juga-tapi-gimana-masa-mau-jual-buku-dengan-harga-segitu-huf. Wajah kami jadi kemrungsung juga.

Pak Patrick yang ikut terjerumus ke masalah kami (dan ikut bingung pula. Hahaha) mengajak ke percetakan temannya, Pak Oscar. Di sana, sambil ngobrol, terjadilah hitung-menghitung lanjutan. Hasilnya, dengan sistem POD, buku akan tetap berharga 100 ribuan per eksemplar. Meski bisa saja nekat cetak terbatas, kami tak mau buku berharga 100 ribu. Bocah mau bersenang-senang bersama buku saja kok, pakai mahal banget!

Setelah makan Indomie goreng, gorengan, es teh, dan rasan-rasan perbukuan anak di Indonesia di Burjo sebelah rumah Pak Oscar, kami pulang, membawa oleh-oleh masalah. Hari ini, kami berkabar pada teman-teman, juga demi berbagi masalah. Biar teman-teman tidak melulu mikirin masib sial tiang listrik yang tercederai oleh Setn*v gitu lho…

Akhirnya, atas nama Gusti Allah Foundation, buku “Kacamata Onde” berharap dapat cetak awal tahun depan dengan harga 45 ribu saja (jika dirimu memesan sekarang) atau 50 ribu saja (jika dirimu membeli setelah buku berhasil tercetak). 52 halaman penuh warna, kertas bookpaper! (Dan semoga saja bocah-bocah juga Bapak Ibu sekalian suka dengan cerita dan gambarnya!)

Jika teman-teman ingin berinfak untuk menambah dana cetak atau ingin memiliki buku, kami akan dengan senang hati menyambut!

Tak usah malu buat bertanya atau membagikan berita seru ini kepada kekasih, kerabat, teman, mertua, calon mertua, adik, kakak, Bapak Ibu Guru SD tempat Anda mengajar atau pernah belajar, dan kepada orang-orang yang menurut Anda akan mau ikut memiliki dan membaca buku ini. Terima kasih bangeeeettt!

Salam manis,
Na’im (085736294414)
Setya (085647037115)

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.