Nulis Lagi dan Ngomongin MABA Rantau

326
SHARES
2.5k
VIEWS

Menjadi mahasiswa baru di rantau, akan ada rasa home sick, culture shock, dan gejala menjadi orang asing di tempat PTN jauh dari rumah menjadi gejala yang tidak nyaman. Semua terasa tidak karuan, apalagi yang jarang bepergian jauh dan lama. Tak usak patak arang, toh setelah nyemplung di PTN, hati kolaps kangen rumah itu mesti. Obatnya ya ngumpul dengan organisasi daerah. Obat kangen rumah pun jalan bagi mahasiswa rantau

Kampusdesa.or.id–Anak freshgraduate SMA dari pedesaan di bulan-bulan ini sibuknya minta ampun. Gak jauh berbeda dengan aku tahun lalu. Sebenarnya, awal tahun sudah mulai sibuk isi berkas pendaftaran ini itu. Mengingat tiap tahun mekanisme pendaftaran jalur-jalur masuk perguruan tinggi berubah-ubah, pun dengan kriteria dan standar supaya lolos seleksi sampai benar-benar positif Maba (Mahasiswa Baru).

RelatedPosts

Next time, mungkin gaya nulisku pengen lebih santai supaya ide yang dituliskan lebih bisa masuk buat kutulis dan kalian baca.

Dari opening pendek di atas, akhirnya tanganku membawa jari-jari buat ngetik lagi di Kampus Desa, hehe. Puasa nulis yang lama banget. Udah niat buat bikin satu dua tulisan selama liburan kemarin, tapi masih belum bisa dapat mood yang bagus buat nulis. Ditambah mikir-mikir, kok gaya tulisanku kemarin-kemarin enggak banget. Karena murni report dari kegiatan-kegiatan yang aku ikuti. Next time, mungkin gaya nulisku pengen lebih santai supaya ide yang dituliskan lebih bisa masuk buat kutulis dan kalian baca. Anyway, selamat menikmati tulisanku selanjutnya, yang pengennya nulis sebulan sekali, supaya produktif dan konsisten, sayang banget Kampus Desa udah kasih ruang buat nulis tapi tidak dimanfaatkan dengan baik. Semoga mestakung deh! Tugas kuliah, baiklah kepadaku, hehe.

Kembali lagi ke urusan per-Maba-an. Asam asin Maba rantau. Kurasa setiap orang punya versi cerita mereka sendiri-sendiri mengenai bagaimana mereka survive ditanah rantau dalam usia yang masih sangat muda, lulusan SMA. Pun ada yang bilang “biasa aja”, tetap santuy karena mereka enjoy untuk bagaimana mereka beradaptasi dengan tanah rantau. Tapi aku percaya, tipe-tipe santuy seperti mereka sedikit banyak pasti masih home sick. Secara umum saja, dimulai dari proses seleksi perguruan tinggi.

SBM-PTN membutuhkan usaha yang dibelan-belani rino wengi ora turu (dibela-belain nggak tidur siang malam) untuk bisa goal, SBM-PTN memang harus sengotot itu.

Dari berbagai jenis jalur masuk yang undangan maupun yang bukan undangan alias tes, persaingan ketat sudah harus dihadapi para calon Maba. Belakangan ini, pemerintah mulai melakukan pemerataan, kuambil contoh pada jalur masuk PBSB (Beasiswa Santri). Pemerataan dijalur ini terasa sekali, banyak pendaftar yang berasal dari luar jawa yang berhasil lolos seleksi sehingga membuat pendaftar dari pulau jawa yang lolos pun berkurang, berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Belum lagi SNM-PTN yang peliknya minta ampun. Pelik dimana? Makin tidak bisa diprediksi, makin sulit menentukan strategi. Banyak orang memutuskan untuk memprioritaskan SBM-PTN kemudian sebagai plan A, sebab di SNM-PTN pun “Nothing to lose, lah!” SBM-PTN membutuhkan usaha yang dibelan-belani rino wengi ora turu (dibela-belain nggak tidur siang malam) untuk bisa goal, SBM-PTN memang harus sengotot itu. PBSB pun hanya untuk sekolah dibawah naungan pondok pesantren sebab beasiswa PBSB berasal dari KEMENAG. Ada lagi SPAN-PTKIN dan UM-PTKIN yang tak jauh beda dengan SNM-PTN dan SBM-PTN, hanya saja khusus untuk PTIN (Perguruan Tinggi Islam Negeri). Mereka yang kurang hoki di semua jalur tersebut, tapi tetep pengen keluar kandang memutuskan usaha lebih di tes jalur mandiri baik di perguruan tinggi negeri maupun swasta. Siapapun, dimanapun, semoga kesuksesan Bersama mereka. Aamin.

Dibikin “Alhamdulillah, udah masuk” saja ya? Supaya bisa ngomongin yang lain. Sampai ditanah baru, lalu apa? Tentunya akan riweh dengan ini itu seperti cari kos-kosan, daftar ulang, dan yang nggak kalah penting adalah ‘ngenakin diri’, istilah yang aku pilih untuk adaptasi. Home sick alias kangen rumah dan Culture Shock yang ternyata tidak hanya dirasakan anak rantau lintas negara tapi juga lintas kota serta provinsi. Dengan segala upayah sampai yang berbau mitos pun ditempuh supaya betah ditanah rantau. Pernah dengar cerita mengenai tanah kampung halaman? Konon katanya jika membawa segenggam tanah dari kampung halaman ke tanah rantau maka akan mudah beradaptasi alias betah ditanah rantau.

Berkumpul bersama para anggota organisasi primordial kupandang sebagai terapi paling halus untuk Home Sick, dekat dengan teman satu kampung halaman membuat rumah tidak terasa jauh.

Untunglah dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa, organisasi primordial memberikan banyak bantuan untuk para Maba rantau. Berkumpul bersama para anggota organisasi primordial kupandang sebagai terapi paling halus untuk Home Sick, dekat dengan teman satu kampung halaman membuat rumah tidak terasa jauh. Berbagi percakapan soal bagaimana cara bertahan hidup, atau lebih dari itu yaitu bersaing ditanah rantau dan menemui sukses. Tidak mudah, anak rantau harus usaha ekstra. Organisasi primordial, dimanapun ada. Mereka melabeli diri dengan nama-nama yang berbeda. Kumpulan Anak Rantau, Forum Mahasiswa Rantau, Ikatan Alumni, dan banyak lagi yang tentu saja dibelakangnya diakhiri dengan nama  asal mereka masing-masing. Yang intinya mereka adalah orang-orang dengan latar belakang asal yang sama. Ngumpul supaya kangennya bisa dibagi-bagi.

Organisasi primordial bak toko serba ada yang menyediakan hampir berbagai hal yang Maba butuhkan. Rekomendasi kos-kosan yang cocok, denah warteg yang ramah harga, cara daftar ulang sampai ngurus UKT kampus, dan banyak lagi.

Organisasi primordial atmosfirnya selalu akrab, tidak pernah kaku. Selalu murah tangan dan merias diri sebagai miniatur rumah, dalam perkumpulannya memang seakan benar-benar sedang dirumah, ngobrol dengan Bahasa daerah dan suasananya hangat, mau cak cuk pun oke oke saja. Organisasi primordial bak toko serba ada yang menyediakan hampir berbagai hal yang Maba butuhkan. Rekomendasi kos-kosan yang cocok, denah warteg yang ramah harga, cara daftar ulang sampai ngurus UKT kampus, dan banyak lagi. Organisasi primordial semakin cocok karena menawarkan bukan hanya suasana, tapi ikatan. Membentuk persaudaraan yang solid sehingga yang baru bisa disambut dengan ramah dan yang lama enggan lupa untuk sekedar bertanya “Nambah berapa anggota baru tahun ini?”. Persaudaraan itu yang membuat Maba tidak merasa sendiri dan lebih berani untuk mencoba banyak hal baru ditempat tinggal baru.

Akhir kalimat, selamat datang para Maba. Peluk hangat dari sesama perantau.

Picture of Nur Aisyah Maullidah

Nur Aisyah Maullidah

Berasal dari Lamongan, Aisy merupakan mahasiswi yang menempuh pendidikan S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Ilmu Hubungan Internasional. Minatnya yang besar terhadap isu gender dan keamanan telah membawanya aktif di beberapa organisasi dengan berbagai fokus seperti perempuan, perdamaian, dan keamanan yaitu GA4P Indonesia, Pengembangan Pemuda yaitu DYPLO, Kepemudaan yaitu Diaspora Muda Lamongan, Grup Aktivisme HAM yaitu Amnesty International Indonesia Chapter UIN Jakarta, Hubungan Internasional yaitu FPCI UIN Jakarta, dan Komunitas pemuda berbasis program PBB yaitu UNA Indonesia. Aisy dapat dihubungi melalui email nuraisyahmaullidah@gmail.com.

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.