Membuat Pondasi Hidup yang Layak dan Baik

345
SHARES
2.7k
VIEWS

HIDUP memberikan pelajaran kepada pemiliknya untuk selalu bertahan dalam segala keadaan. Usaha yang dilakukan harus maksimal agar hidup itu sendiri dapat berjalan pada rel yang benar, untaian doa sebagai penguatnya dan rasa pasrah kepada Allah SWT menjadi ujung tombaknya.

RelatedPosts

Bagaimanapun juga, kita juga harus menerima taqdir Allah SWT yang telah termaktub dalam Lauhul Mahfudzz, yang antara lain adalah keberagaman. keberagaman yang ada dalam hidup perlu diperhatikan oleh manusia. Keberagaman itu ibarat sebuah bangunan. Sedangkan masing-masing pribadi itu bahan baku dari bangunan tersebut. Bahan-bahan itu antara lain batu kumbung, semen, batu koral, pasir, besi, dan lain-lain adalah perlambang dari unsur keluarga yaitu suami, istri, anak-anak.

Agar sebuah bangunan bentuknya bisa cantik dan berfungsi dengan baik, maka masing-masing untuk yang membentuk bangunan tersebut harus berperan sesuai dengan bagiannya. Besi berfungsi sebagai kerangka utama, semen sebagai zat yang digunakan untuk merekatkan batu bata, batako, maupun bahan bangunan lainnya yang bersifat pengeras dengan bahan bangunan lainnya, pasir digunakan sebagai campuran material pengikat adukan beton maupun pemasangan material lainnya. Apabila unsur-unsur bangunan tersebut bertingkah tidak pada fungsinya, maka bangunan yang hendak didirikan tak akan pernah jadi. Begitu pula dengan hidup ini. Keberagaman sifat, watak, perangai, jabatan, keahlian, dan perbedaan-perbedaan yang lain harusnya bisa membuat bangunan hidup menjadi lebih baik.

Dalam pembahasan ini kita ambil contoh sederhana sebuah bangunan keluarga. Sebuah keluarga tentunya kita semua telah mengetahuinya, ada beberapa bagian yang pasti, suami, istri, anak, adik, kakak, orang tua, mertua, dan lain-lain. Disamping itu juga ada keberagaman watak, sifat, pendidikan, keahlian, keluasan hati, keimanan, dan sebagainya.

Keluarga merupakan salah satu bagian hidup yang dilewati oleh manusia dalam misinya beribadah kepada Allah SWT. Keluarga yang baik tentunya adalah keluarga masing-masing anggotanya dapat berperan dengan baik dalam menjalankan kewajiban dan haknya berdasarkan syari’at agama islam. Hal ini berarti kebahagiaan sebuah keluarga itu akan terwujud apabila masing-masing anggota mampu dan selalu berusaha untuk menjalankan fungsinya dengan berpijak pada ajaran agama islam. Apabila hal tersebut tidak dapat dijalankan, maka pastilah keluarga tersebut akan hancur berkeping. Seorang suami yang mengingkari fungsinya untuk memberikan nafkah kepada keluarganya, maka kehidupan keluarganya akan selalu kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Seorang istri yang melupakan kewajibannya untuk menjaga kehormatannya, maka keluarga tersebut akan menjadi amburadul dan menjadi bahan cemoohan semua orang.

Proses pemenuhan kewajiban dan melaksanakan tugas pokok dan fungsi hidup dalam keluarga layaknya sebuah adonan cor yang berada dalam mesin molen (pengaduk cor). Dalam adonan cor tersebut ada pasir, batu koral, pasir, semen. Semua bagian tersebut diaduk sedemikian rupa sehingga membentuk adonan yang sangat bagus dan kemudian dipakai dalam cetakan-cetakan rangka bangunan. Semua unsur dalam proses pengadukan tersebut terjadi benturan-benturan. Seumpama bahan-bahan itu bisa berbicara, pastilah mereka akan menjerit dan mungkin sampai menangis ketika merasakan benturan-benturan yang dialaminya.

Sebuah jalinan keluarga tak mungkin akan datar terus. Gelombang-gelombang besar atau kecil pasti akan muncul seiring berjalannya waktu. Adakalanya cek-cok, pertengkaran, perselisihan, perbedaan pendapat dan lain sebagainya menghiasi jalannya sebuah keluarga. Keluarga yang baik akan selalu berusaha untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dengan jalan yang baik pula.

Dalam permasalahan-permasalahan yang muncul, setiap anggota keluarga adalah unsur-unsur yang selalu bergesekan. Jika gesekan-gesekan itu selalu dikelola dengan baik, maka hasilnya akan baik. Semisal, adanya perbedaan pendapat tentang pengelolaan keuangan (pendapatan dan pengeluarannya). Masing-masing anggota keluarga pastinya akan menunjukkan keinginnya atau kebutuhannya agar bisa terpenuhi. Seorang istri ingin agar kebutuhan perawatan wajah dan pakaian serta kebutuhan dapur, kebutuhan anak tentang biaya sekolah, sang suami juga mengutarakan keinginannya untuk mendirikan bangunan rumah dan perbaikan halaman depan. Untuk itu diperlukan sebuah musyawarah antara anggota keluarga agar bisa mengatur pengeluaran dan mungkin membuat prioritas pengeluaran. Sehingga semua kebutuhan keluarga bisa terencana dan terpenuhi dengan baik tanpa gontok-gontokan dan panas hati.

Untuk membuat sebuah pondasi keluarga yang baik, diperlukan beberapa hal-hal sebagai berikut:

Menyatukan visi dan misi bersama

Visi dan misi dalam sebuah keluarga bisa merupakan perwujudan dari niat awal membentuk keluarga. Untuk itu diperlukan pemikiran dasar bahwa setiap manusia dilahirkan adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Sehingga visi yang dirumuskan adalah niat untuk beribadah kepada Allah SWT dalam keluarga. Jika sudah demikian, maka setiap apapun yang dilakukan oleh pihak-pihak keluarga akan tercatat sebagai ibadah.

Sedangkan misi dalam keluarga adalah terciptanya keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah. sebagaimana yang diterangkan dalam Al-Qur’an Surat Ar-Ruum ayat 21, Allah SWT menegaskan:

“dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (Q.S Ar-Ruum [30] :21)

Kerjasama dan musyawarah antara pihak suami-istri

Apapun yang dilakukan oleh seseorang jika dilakukan bersama-sama maka akan menimbulkan sebuah rasa saling memiliki dan saling menjaga satu sama lain. Kedekatan dan lancarnya komunikasi satu sama lain akan semakin meningkat.

Musyawarah dalam memecahkan masalah sangat penting untuk dilakukan. Saran dan pendapat dari masing-masing pihak dalam musyawarah akan sangat membantu terselesaikannya sebuah masalah. Hal ini sangat penting buntuk mencegak terjadinya konflik dalam keluarga.

Saling menunaikan hak dan kewajiban

Kesadaran masing-masing pihak dalam menunaikan hak dan kewajiban akan memberikan keharmonisan. Tercapainya keinginan masing-masing pihak dari terlaksananya kewajiban membentuk suatu kebersamaan yang tak akan pernah ditemukan dari luar keluarga.

Belajar agama dengan baik

Salah satu hal yang tidak boleh ditinggalkan dalam sebuah keluarga adalah selalu belajar agama. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat At-Tahrim ayat 6 yang artinya “Wahai orang-orang beriman, lindungilah dirimu dan keluargamu dari Api Neraka” (terj. Qs. A
t-Tahrim ayat 6).

Ayat di atas adalah perintah kepada orang-orang beriman agar menjada diri dan keluarganya dari siksa api neraka. Tak ada hal lain yang dapat dilakukan oleh orang beriman untuk mencapai hal itu selain belajar agama dengan serius. Dengan belajar agama, manusia akan tahu perkara-perkara yang menjauhkan diri dari neraka dan perkara yang mendekatkan diri dari neraka.

Manusia beriman perlu mempertimbangkan dengan baik bahwa pendidikan agama tak hanya melalui pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan nonformal (pesantren dan amadrasah), manusia beriman perlu mempertimbangkan hal-hal lain guna pembelajaran agama keluarganya. Mengintip sedikit dari artikel Wahdah Islamiyah, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh manusia beriman dalam proses pencapaian tujuan “Menjauhkan diri dan keluarga dari siksa api neraka”, antara lain:

Bekali keluarga dengan ilmu.
Didik mereka menjadi pribadi yang beradab.
Ajak keluarga melakukan ketaatan.
Larang keluargamu melakukan maksiat.
Bimbing keluarga untuk selalu ingat kepada Allah dan berdzikir kepada-Nya.

Setiap manusia adalah pembelajar yang baik. Jika benturan-benturan yang ada dalam diri manusia didasari dengan niatan ibadah, maka hasil yang didapatkan akan sangat istimewa. Sebuah pondasi yang dibangun dari hasil kerjasama yang baik berdasarkan syari’at islam, maka pondasi tersebut akan berdiri dan menopang sebuah bangunan yang baik pula, misalnya bangunan masjid dan madrasah. Begitu juga sebaliknya, jika pondasi itu dibangun dengan kerjasama yang tidak sesuai dengan syari’at islam, maka meskipun pondasinya kokoh namun bangunan yang ditopangnya tidak berupa bangunan yang baik, misalnya bangunan diskotik atau warung minuman keras.

Muhammad Alim. Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Mulawarman (UNMUL) Samarinda-Kalimantan Timur, tahun 2011. Anggota aktif Komunitas Literasi Kita Belajar Menulis (KBM). Penulis bisa dihubungi melalui nomor WhatsApp 081330218115, facebook Muhammad Alim dan email: moh_alim86@yahoo.co.id

Sumber :

Al-Atsary, Abu Salman Farhan. 2014. Menikah untuk Bahagia: Antara Dua Arah Cinta. Jakarta: PT. Gramedia.

Sumber gambar : https://www.google.co.id

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.