Dilema Konten dan Kemasan (1)

328
SHARES
2.5k
VIEWS

Bagi seorang yang belajar desain, visualisasi konten menjadi tantangan tersendiri. Apalagi peraga foto yang pas sesuai selera untuk sebuah kemasan brosur. Memang enak kalau bisa menggambar sendiri. Tapi begitulah, memadukan gambar dalam sebuah desain kadang perlu menyelaraskan antara peraga gambar dan konten sebuah kemasan brosur.

Saya tulis artikel ini dalam rangka mengenang kritikan salah seorang sahabat saya tentang ilustrasi yang saya gunakan dalam sebuah brosur kursus. Kursus saya bergerak seputar pengembangan literasi untuk anak. Kegiatan di dalamnya erat kaitannya dengan pembelajaran di alam, sambil menggunakan berbagai metode bermain.

RelatedPosts

Peran lingkungan dan orang tua sangat dilibatkan. Karena itu saat harus mencantumkan ilustrasi pastinya saya memilih gambar yang menunjukkan kegiatan orang tua dan anak yang sedang belajar atau bermain di tengah alam.

Saya ini orang Indonesia muslim. Yang terbayang saat mencari gambar semacam itu tentu saja adalah gambar orang-orang muslim dengan identitas busana muslimnya. Atau setidaknya orang-orang Indonesia dengan putra-putri mereka, dengan wajah dan postur khas Indonesia.

Tahukah apa yang terjadi kemudian? Saya menemui banyak kesulitan. Saya coba ketikkan beberapa kata kunci:

Orang tua dan anak bermain di alam
Ibu dan anak belajar di alam
Ayah dan anak bermain di alam

Hampir tidak ada gambar yang sesuai harapan. Kebanyakan gambar orang tua dan anak sedang belajar membaca atau menulis. Atau mengaji Al Qur’an.

Tidak adakah gambar orang tua dan anak yang sedang bermain dalam konteks belajar di alam? Ada beberapa. Tapi rata-rata orang bule. Atau orang Asia yang berkulit putih dan bermata sipit.  Gambarnya indah, isinya seru. Tentang ayah atau ibu bule atau Asia sipit yang sedang menemani anaknya bermain layang-layang, gelembung sabun, bahkan bercocok-tanam dengan alat mainan atau bermain celengan dan uang.

Karena penasaran, saya mengetikkan kata-kata kunci yang lebih spesifik:

Ayah dan anak muslim bermain layang-layang
Ibu dan anak muslim bermain bercocok-tanam
Ibu dan anak muslim bermain gelembung sabun
Ibu muslimah dan anak bermain finger painting
Orang-tua muslim bermain di alam
Orang tua muslim dan anak bermain pesawat-pesawatan

Nggak keluar juga gambar yang bersesuaian. Kalau ada, lingkupnya di sekolah. Jadi orang dewasanya pasti guru, bukan ayah atau ibu. Mayoritas gambar orang tua dan anak sedang baca buku atau Al Qur’an. Hmm… pada ke mana nih orang-tua muslim saat mendampingi putra-putrinya belajar? Hanya di ruangan dan berkutat dengan diktat-diktat saja? Ada satu ibu berjilbab berpose dengan anaknya, tapi sedang selfie, terlihat bukan sedang beraktivitas belajar. Wahh… Bisa-bisa saya tidak segera memperoleh ilustrasi yang cocok nih untuk brosur saya.

Kembali saya mengetik kata-kata kunci agak lebih umum:

Orang-tua dan anak bermain di alam
Ibu dan anak bermain gelembung
Ibu dan anak bermain cocok tanam
Ibu dan anak membaca di tengah alam
Ibu dan anak bermain pesawat-pesawatan
Ibu dan anak bermain boneka
Ibu dan anak bermain tali.

Berdasarkan pengalaman pribadi, saat orang tua nimbrung bermain boneka bersama anaknya, banyak sekali hal yang bisa diajarkan. Belajar kosakata baru, bermain peran sosial, ketrampilan motorik, afektif, dan sebagainya

Hasilnya tidak jauh-jauh amat dari yang tadi. Kalau tidak percaya pembaca boleh mengeceknya sendiri di internet. Yang muncul gambar-gambar yang sama. Untuk poin 6 hasilnya, hampir semua anak bermain boneka tanpa ibunya. Sayang sekali ya. Berdasarkan pengalaman pribadi, saat orang tua nimbrung bermain boneka bersama anaknya, banyak sekali hal yang bisa diajarkan. Belajar kosakata baru, bermain peran sosial, ketrampilan motorik, afektif, dan sebagainya. Alhamdulillah untuk poin 7 saya menemukan gambar seorang ibu dan anaknya yang sedang bermain lompat tali dengan pose sangat bagus dan ekspresif. Tapi ibunya pakai hotpants dan tidak berjilbab lho.

Karena dikejar deadline, saya harus segera memutuskan gambar yang harus dipilih. Terjadilah perang batin dan dilema berfikir. Mengedepankan konten atau kemasan konten? Maksud konten adalah nilai atau pesan yang tersampaikan dari sebuah gambar, terlepas dari penampilan atau cara berpakaian orang-orang di dalam gambar tersebut. Kalau kemasan konten berarti penampilan fisik termasuk model pakaian yang dikenakan oleh para model di dalam foto.

Gerakan literasi ala saya ini justru berupa himbauan kuat agar orang tua mengenalkan tentang ayat-ayat Qouniyah pada anaknya, yaitu ayat-ayat yang menunjukkan keagungan Allah sebagai pencipta di alam semesta.

Jika saya ngotot dengan ikon muslim saja, pesan yang hendak saya sampaikan tentang pelibatan orang tua di tengah kemerdekaan anak belajar di tengah alam akan tersisih. Yang tertangkap malah pembelajaran konvensional yang monoton dan itu-itu saja. Sama sekali bukan tidak pro dengan pelajaran membaca buku bacaan atau mengaji Al Qur’an. Namun gerakan literasi ala saya ini justru berupa himbauan kuat agar orang tua mengenalkan tentang ayat-ayat Qouniyah pada anaknya, yaitu ayat-ayat yang menunjukkan keagungan Allah sebagai pencipta di alam semesta.

Secara dilematis saya pilih beberapa gambar aktivitas ibu dan anak belajar dan bermain bersama di tengah alam dengan sangat indah dan ekspresif walau tanpa balutan busana muslim. Toh saya sudah capek berkutat dalam pencarian gambar selama berhari-hari. Ilmu pengetahuan itu bersifat universal, kok. Hibur saya pada diri sendiri. Ehh… waktu brosurnya sudah jadi dan saya tunjukkan pada salah seorang sahabat saya untuk mendapat masukan ternyata inti masukannya adalah Sudah bagus, tapi lebih bagus lagi kalau orang tua dan anaknya berbusana muslim! Oalaaah… Tanpa pikir panjang saya langsung membalas chat wa nya: tolong carikan dong!

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.